Baihu pun bergegas memasuki warung makan itu lalu duduk dan memesan makanan yang ada disana. Dia kemudian asik menikmati makanan yang telah lama tidak pernah dia rasakan. Sejak Gurunya tiada, Baihu hanya memakan buah-buahan di sekitar rumah Gurunya.
Ketika Baihu sedang memakan makanannya, tampak dua orang wanita berpakaian pendekar datang memesan makanan di warung makan itu dengan membawa dua buah pedang ditangan mereka.
Kedua wanita itu duduk di sebelah Baihu dan memesan makanannya.
“Pelayan, berikan kami dua mangkuk mie dengan daging ayam” teriak seorang wanita yang berbaju hijau.
Baihu melirik ke arah kedua wanita itu yang tampak berusia lebih tua darinya, namun dia tidak mempedulikannya. Baihu masih terus menikmati makanannya dengan santai.
“Nona Yang, kamu sudah mencari anak itu selama 3 tahun sedangkan anak itu menghilang selama 7 tahun. Apakah kamu yakin dia masih hidup?” tanya wanita berbaju hijau itu.
Wanita berbaju putih yang dipanggil nona Yang itu terdiam tidak menjawab kata-kata wanita berbaju hijau. Seorang anak berusia 8 tahun yang menghilang 7 tahun lalu tentu sulit menentukan hidup matinya.
“Kakak Xin, Aku tidak begitu kenal dengannya. Aku hanya disuruh untuk menemukannya oleh Ayahku.” sahut nona Yang itu.
Wanita berbaju putih itu adalah Yang Zi, anak dari seorang Jendral kerajaan kecil di wilayah selatan kota Wuxia yang kini dikuasai oleh Kerajaan Pesisir Laut Selatan. Sedangkan wanita berbaju hijau yang dipanggil Kakak Xin itu adalah Xin Ye, kakak seperguruan Yang Zi. Mereka berasal dari sekte Pedang Langit.
“Aku hanya bertemu dengannya sekali saat ayah mengajakku pergi menemui keluarga anak itu dan membicarakan perjodohan kami” lanjut Yang Zi.
Xin Ye tampak tersenyum geli mendengar kata-kata Yang Zi, “Nona Yang, usiamu saat itu 11 tahun sedangkan anak itu berusia 8 tahun dan kalian dijodohkan menjadi suami istri oleh kedua orang tua kalian” Xin Ye tidak bisa menahan tawanya karena geli.
“Kakak Xin jangan menggodaku. Aku sendiri menolak perjodohan ini. Aku tidak ingin menikah dengan lelaki yang tidak aku kenal, apalagi dia jauh lebih muda dariku” Yang Zi merengut.
“Iya... Iya, tapi mengapa kamu mau pergi untuk mencarinya?” tanya Xin Ye tidak mengerti
Yang Zi kemudian menghela nafasnya, “Aku mencarinya karena ini permintaan terakhir dari ayahku sebelum dia meninggal. Dia memintaku berjanji untuk menemukan dan menikah dengannya” sahut Yang Zi menundukkan kepalanya.
Melakukan permintaan terakhir orang tua apalagi dengan berjanji, membuat Yang Zi mau tak mau turun dari gunung kediaman sekte Pedang Langit untuk menemukan anak itu.
“Jika anak itu masih hidup saat ini, tentu dia berusia sekitar 15 tahunan.” kata Yang Zi kembali
Xin Ye merenung sebentar kemudian mendesah, “Ah... Aku tidak bisa berpikir jika perutku sedang lapar. Pelayan! tolong cepat sedikit. Kami sudah kelaparan” teriaknya.
“Baik. Makanan segera datang!” sahut pelayan sambil membawakan makanan mie dengan daging ayam sesuai pesanannya.
“Nona Yang, sebaiknya pencarian anak itu kita tunda dulu. Seluruh murid sekte dipanggil oleh ketua sekte untuk persiapan penerimaan murid baru sekte tahun ini” kata Xin Ye pada Yang Zi.
Wajah Yang Zi membeku mendengar kata penerimaan murid baru sekte. Dia mengingat saat dirinya pertama kali diajak oleh ayahnya untuk belajar di sekte Pedang Langit. Yang Zi kemudian dititipkan pada Gurunya Wang Lei, untuk melatih dirinya.
Melihat wajah Yang Zi yang diam membeku, Xin Ye kembali menggodanya, “Kamu pasti ingat saat kamu pertama kali masuk ke sekte Pedang Langit”
Wajah Yang Zi menjadi merah karenanya, usianya saat masuk ke sekte Pedang Langit adalah sekitar 12 tahunan, tepatnya beberapa bulan setelah kepergian bersama ayahnya menemui keluarga laki-laki yang menjadi jodohnya itu.
“Baiklah, mari kita makan dulu agar aku bisa berpikir lebih jernih lagi” kata Xin Ye sambil menyiapkan sumpitnya dan memakan mie yang dihidangkan itu.
“Kamu pasti menyukai kakak Gong Jun” goda Xin Ye kembali dan membuat wajah Yang Zi menjadi merah
“Siapa bilang begitu? Kakak jangan menyebarkan berita bohong seperti itu” sahut Yang Zi merengut.
Xin Ye memandang Yang Zi dengan tatapan tajamnya, “Wajahmu yang mengatakannya. Setiap aku menyebut nama Gong Jun, wajahmu menjadi berubah memerah karenanya.
“Kakak, aku hanya mengagumi kekuatan kakak Gong Jun yang berbakat” sahut Yang Zi membela dirinya sambil memakan mie nya juga.
“Kakak Xin, penerimaan murid baru terjadi setiap tahun. Mengapa dalam penerimaan murid kali ini ketua sekte meminta kita semua untuk datang kembali ke kediaman sekte?” tanya Yang Zi tidak mengerti
“Apakah kamu lupa tahun ini adalah tahun pertandingan bela diri di Puncak Terang antar 3 sekte besar?” sahut Xin Ye
Tiga sekte besar di kota Wuxia, yaitu Sekte Pedang Langit, Sekte Teratai Suci dan Sekte Matahari Bulan selalu mengadakan pertandingan bela diri setiap 3 tahun sekali antar ketiga sekte itu untuk mengukur peningkatan pelatihan dari masing-masing murid ketiga sekte besar itu.
“Ah, aku hampir melupakan hal itu” sahut Yang Zi dengan senyuman manisnya.
Ketika mereka sedang bersantap sambil berbincang, di sebelah meja mereka Baihu telah menyelesaikan makannya. Dia kemudian hendak pergi meninggalkan warung tersebut namun dihentikan oleh pelayan warung itu.
“Tuan, kamu harus membayar dulu makanan yang kamu makan tadi, barulah kamu bisa pergi” kata pelayan warung tersebut.
Baihu yang tidak mengerti tentang pembayaran itu lalu menjawab, “Maafkan aku tidak mengerti maksudmu. Dengan apa aku harus membayar makanan tadi?” tanya Baihu dengan wajah polos.
Mendengar kata-kata Baihu membuat mata pelayan itu menjadi merah dan merasa kesabarannya sedang diuji.
“Tuan, untuk pembayaran bisa menggunakan perak atau emas.” kata pelayan itu lagi namun kali ini wajahnya menyiratkan kekesalan pada Baihu.
Baihu mencoba untuk mengingat, apakah dirinya memiliki perak atau emas untuk membayar makanan tadi, lalu dia melihat ke dalam cincin penyimpanan peninggalan Gurunya dan melihat banyak keping emas disana.
Baihu kemudian mengeluarkan satu keping emas dari dalam cincin penyimpanan milik Gurunya. “Apakah ini cukup?” tanya Baihu sambil menyerahkan keping emas itu pada pelayan warung makan itu.
“Ini lebih dari cukup tuan” sahut pelayan itu dengan senyuman yang lebar di wajahnya.
Dari pembayaran makanan tadi, Baihu masih mendapatkan pengembalian uang sisa atas pembayarannya. Baihu lalu menerima uang pengembalian tersebut dan bermaksud pergi meninggalkan warung makan tersebut.
Baihu yang hendak pergi meninggalkan warung tersebut tiba-tiba menghentikan langkahnya dan berbalik untuk bertanya pada pelayan warung tadi.
“Kakak, apakah kakak mengetahui kemana arah menuju kediaman sekte Matahari Bulan?” tanya Baihu.
Pelayan itu termenung mendengar pertanyaan Baihu, kemudian dia menunjukkan arah ke pegunungan tempat dimana sekte Matahari Bulan berada.
“Ternyata aku memang tersesat ke arah yang berbeda” gumam Baihu dalam hatinya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
kenta jaya
wew... /Sweat//Facepalm/
2024-10-05
0
Zarin Zahra Ramadhani
walah nyasar
2024-08-10
1
Yan Sofian
yang zi dijodohkan dg baihu
2024-08-07
0