Wu Shan berusaha untuk bangkit namun sakit di tulang rusuknya yang retak dan perutnya yang terkena pukulan Raja Buas Shi Long membuat organ tubuhnya terkena imbas dan terluka.
Melihat Wu Shan yang tidak menyerah, mata Raja Buas Shi Long menjadi merah. “Wu Shan, pukulanku selanjutnya bisa membunuhmu. Sebaiknya kamu mengaku kalah dan kita akhiri pertarungan ini” teriaknya
Guru Wu Shan adalah orang yang keras kepala, dan akan terus berjuang tanpa mengenal kata menyerah hingga dirinya tidak bisa bergerak lagi. Jadi dia tidak mendengarkan saran dari ketua sekte Matahari Bulan Shang Chi dan juga dari Raja Buas Shi Long.
“A... hah... Aku masih bisa bertarung... hah...” sahut Wu Shan dengan nafas terengah-engah.
Dia berdiri dengan tertatih dan satu tangannya memegang dadanya yang sakit, tampak wajahnya sudah mulai pucat dan darah menetes dari sudut bibirnya. Semua mata melihat kondisi menyedihkan dari Wu Shan yang sudah tua itu.
Raja Buas Shi Long adalah orang yang kejam, namun dia menghormati musuhnya yang kuat. Melihat kondisi Wu Shan dan keputusannya dia memakluminya, sebagai seorang petarung mati di dalam pertempuran lebih baik dan terhormat daripada mati diatas ranjang karena sakit.
“Baiklah, aku akan memenuhi keinginanmu untuk mati dalam sebuah pertarungan” kata Shi Long yang kemudian bersiap untuk menyerang kembali dengan kekuatan puncak miliknya dan menggunakan jurus puncak Memindahkan Bumi dan Langit
Wu Shan mendengarkan kata-kata Shi Long. Dia kemudian bersiap mengerahkan sisa kekuatannya terakhir dan bersiap untuk menahan serangan dari Shi Long. Dia sudah tidak bisa menyerang, namun dia masih bisa menahan serangan dari Shi Long.
“Majulah” sahutnya meminta Shi Long menyerangnya.
Shi Long kemudian melompat ke udara lalu melayang dan menukik turun dengan kecepatan tinggi menyerang ke arah Wu Shan.
BUGH! BUMMM!
Kedua kekuatan petarung itu bertemu, Wu Shan yang mengerahkan kekuatan akhirnya dengan jurus puncak Empat Bulan menahan serangan dari Shi Long.
Tampak setelah ledakan, Shi Long terpental oleh serangan tadi. Wajahnya menjadi merah karena samar-samar dia melihat tubuh Wu Shan masih berdiri di tempatnya. Segera dia kembali mempersiapkan jurusnya dan menyerang ke arah Wu Shan.
BUMMM!
Ledakan kembali terjadi, kali ini Raja Buas terpental jauh dengan darah menetes dari sudut mulutnya. “Sialan, siapa berani mengganggu pertarunganku” teriaknya
Tampak ketua sekte Matahari Bulan Shang Chi berdiri di depan tubuh Wu Shan yang masih berdiri. “Saudara Shi Long, Guru Wu Shan telah meninggal dalam keadaan berdiri. Kamu sudah memenangkan pertarungan ini. Jadi harap jangan merusak tubuh Wu Shan karenanya” kata ketua sekte Matahari Bulan dengan wajah muram.
Mata Shi Long berkedut mendengar hal itu, dia hampir saja melakukan kesalahan menyerang lagi pada Wu Shan yang akan menghancurkan tubuhnya yang telah mati. Dia lalu berdiri dan berjalan mendekati ketua sekte dan Wu Shan, lalu dia membungkukkan tubuhnya memberi hormat pada Wu Shan.
“Meskipun aku memenangkan pertarungan ini, namun tanpa kekalahanku di masa lalu darinya. Aku tidak akan bisa menjadi sekuat sekarang. Aku sangat menghormati Guru Wu Shan” kata Shi Long yang kemudian menghormati Guru Wu Shan dan pergi meninggalkan tempat itu bersama para tetua sekte Ming.
“Ketua!” teriak para tetua sekte Matahari Bulan mendekati ketua sekte dan tubuh Wu Shan.
Ketua sekte Shang Chi berbalik melihat pada tubuh Wu Shan yang masih kaku berdiri dengan senyuman tipis di wajahnya. Tampak dia memilih sendiri keputusan untuk mati di medan pertempuran ini.
“Tetua Wu Shan seorang pahlawan sekte kita, dia memilih mati dalam pertempuran” kata ketua sekte Matahari Bulan yang kemudian membungkukan tubuhnya memberi hormat pada Guru Wu Shan diikuti oleh para tetua sekte Matahari Bulan.
Mereka lalu mengurus jasad Guru Wu Shan dan menguburkannya di puncak Gunung Awan Api itu dengan nisan bertuliskan “Seorang pahlawan mati dalam pertempuran”
“Selamat jalan teman” gumam ketua sekte Shang Chi yang lebih dekat dengan Wu Shan selama hidupnya sambil menuangkan segelas arak yang selalu dia bawa di dalam cincin penyimpanannya. Minum arak adalah merupakan kesukaannya dengan Guru Wu Shan di masa hidupnya.
Mereka pun pergi setelah memberi penghormatan terakhir pada Guru Wu Shan dan kembali ke kediaman sekte Matahari Bulan.
*****
Di rumah Guru Wu Shan, Baihu merasa gelisah dan dia belum pernah merasakan perasaan galau dan cemas seperti ini. “Ada apakah gerangan?” gumamnya bingung.
Kemudian dia memikirkan gurunya yang sedang bertarung hingga turunnya malam ini juga belum kembali.
“Apakah telah terjadi sesuatu dengan Guru?” gumamnya dengan wajah muram
Malam itu Baihu tidak bisa tidur dengan nyenyak, dia sewaktu-waktu terbangun dan melihat keluar kalau-kalau Gurunya telah kembali. Namun dia tidak melihat kedatangan Gurunya.
Keesokan paginya Baihu terbangun seperti biasa membereskan pekerjaan rumahnya, membelah kayu bakar, mengambil air kemudian berlatih. Namun Gurunya belum juga datang dari pertarungan.
“Mengapa Guru belum pulang juga?” gumamnya
Baihu yang sejak kecil biasa hidup sendiri tetap melanjutkan pekerjaan dan tugasnya seperti biasa. Dia juga mempelajari buku-buku yang diberikan oleh Gurunya dengan tekun. Jadi dia melakukan semua aktifitasnya secara normal sambil menunggu kedatangan Gurunya.
Sore itu tampak seorang lelaki di kejauhan yang berjalan mendekati rumah Guru Wu Shan.
“Guru!” teriak Baihu berlari mendekati lelaki tersebut. Namun wajahnya tiba-tiba berubah karena yang datang adalah ketua sekte Matahari Bulan Shang Chi dengan wajah tersenyum namun terlihat dipaksakan.
“Ketua sekte” hormat Baihu sambil menangkupkan kedua tangannya di depan memberi hormat pada ketua sekte Shang Chi.
“Dimana Guruku” tanya Baihu selanjutnya sambil melihat ke belakang ketua sekte kalau-kalau Gurunya datang dibelakangnya. Namun dia tidak melihat orang lain yang menyusul ketua sekte.
“Kemarilah nak! Duduklah dulu bersamaku” panggil ketua sekte yang sudah duduk di bangku teras rumah itu.
Baihu berjalan mendekati ketua sekte dan duduk di depannya menunggu kata-kata dari ketua sekte selanjutnya.
“Gurumu telah mati dalam pertarungan kemarin. Dia mati sebagai pahlawan dengan senyuman di wajahnya. Gurumu seorang petarung. Dia lebih memilih mati dalam pertarungan daripada menderita sakit selama sisa hidupnya karena terluka oleh pertarungan itu” kata ketua sekte dengan wajah muram
Wajah Baihu terlihat datar tanpa perubahan emosi dalam dirinya. Diusianya yang 11 tahun, dia sudah beberapa kali mengalami kehilangan. Saat berusia 8 tahun kedua orang tuanya mati terbunuh dalam peperangan, usia 10 tahun pelayan setia yang menjaganya mati karena dibunuh harimau di hutan.
Kini di usia 11 tahun Guru yang memungut dan mengajarinya mati terbunuh dalam pertempuran. Dia sedih, namun air mata tidak menetes di wajahnya. Emosinya tampak biasa saja mendengar berita kematian Gurunya.
“Nak, ikutlah bersamaku ke kediaman sekte Matahari Bulan. Kamu bisa meneruskan latihanmu disana” ajak ketua sekte padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Moch Galih
ayo ikut ke sekte
2024-12-14
0
kenta jaya
haaiisss.. /Cry/
2024-10-05
0
Zarin Zahra Ramadhani
yes
2024-08-10
2