Saat itu Rama tidak memiliki siapa-siapa, dan tidak tahu tujuannya kemana, namun Raka tiba tiba datang di pikirannya untuk menghiburnya.
Dari sejak saat itu mereka saling bertemu di dalam pikiran mereka dengan di bantu Raka untuk memasukinya.
Rama ketika akan tidur pasti menemui Raka dulu, dan bermain, mengobrol di dalam pikirannya sebelum kemudian benar benar tertidur.
Raka sendiri adalah satu wujud kegelapan yang ada pada tubuh Dewa Wasa.
Ketika lahirnya Rama dulu ternyata menyebabkan beberapa bencana di semesta Wandasukma, dan ternyata Rama lahir bersama sisi gelap dari ayahnya.
Dewa Wasa mengetahui itu ketika Rama saat lahir memancarkan aura dan energi berwarna cokelat kebiruan.
Yang mana energi itu adalah bentuk dari sebuah kebencian serta kegelapan yang ada dalam tubuh Dewa Wasa.
Mengetahui putranya lahir dengan energi yang sama, lantas Dewa Wasa memberi nama mereka Rama dan Raka.
Karena Raka adalah energi kegelapan lantas Dewa Wasa menyegel jiwa Raka di tubuh Rama, dengan di bantu oleh istrinya Dewi Keadilan, yang ternyata sedang mengalami luka parah pada waktu itu.
Namun demi keselamatan putra semata wayangnya, Dewi Keadilan mengorbankan jiwanya untuk menyegel energi kegelapan itu yang mengakibatkan jiwanya hampir hilang semua.
Yang membuat Dewi keadilan sampai saat ini tak sadarkan diri, dan dari situlah mengapa Dewa Wasa merasa bersalah kepada istrinya, dan berusaha sekeras tenaga untuk mencari Bunga Semesta hingga mengunjungi berbagai Semesta yang antah berantah.
***
Kembali pada sosok Rama.
Seketika langit yang tadinya masih cerah pun tiba-tiba berubah menjadi gelap dengan adanya petir yang menyambar kemana-mana.
Dan terlihat ada satu petir yang sangat besar menghujam ke bawah dengan sangat cepat.
Petir itu berwarna kuning dan masih di kelilingi oleh ribuan petir berwarna biru.
Jika di lihat, petir itu memang indah, tapi di balik keindahan itu mengandung sebuah ledakan yang mampu membelah bumi.
Petir itu menyambar tubuh seorang pemuda tampan yang sedang terikat oleh rantai energi.
Dhuuarrr..
”Aaaa…” teriak lelaki tampan itu.
Setelah terkena sambaran petir, tubuhnya yang seharusnya hancur malah terlihat lebih segar dan terdapat percikan-percikan petir kecil mengelilingi tubuhnya.
Dia menatap tiga pemuda yang mengelilinginya yang sudah hampir menjdi mayat hidup dengan tubuh yang sangat kering.
Dia pun lantas menggenggam rantai energi itu dan dengan sekali tekanan melalui tangannya, rantai yang kuat itu langsung melebur menjadi serpihan cahaya.
Kemudian dia mengibaskan tangannya ke arah tiga orang pemuda yang mengelilinginya.
Hanya dengan satu kali kibasan tangan, jiwa dan energi yang terhisap oleh jurus mereka, kembali ke tubuh masing-masing.
Setelah itu pemuda tampan itu mengibaskan tangannya sekali lagi untuk mengeluarkan energi berwarna hijau menuju ke arah tiga pemuda yang mengelilingnya dengan di ikuti sebuah ucapan.
”Terimakasih bibi, terimakasih paman, kalian mengorbankan nyawa kalian demi aku yang bukan siapa-siapa kalian”.
Setelah itu energi hijau itu menyeruak dan masuk ke dalam tiga tubuh di depannya dan membungkusnya.
Setelah terbungkus rapat, pemuda tampan itu mendekati mereka bertiga dan memindahkannya di sebuah tempat yang serba putih.
~
“Akhirnya kalian datang, tapi di mana putraku ?” Tanya sebuah cahaya yang sangat terang kepada tiga sosok yang terbungkus energi hijau.
”Si-siaal, jawab pertanyaanku Hasa, Rangga, Paman Gama.” lanjutnya dengan ucapan yang di ikuti dengan sedikit emosi.
”Dimana putraku sialan?”.
”Woe woe, bagaimana mereka akan menjawab jika kau tidak mengeluarkan kami dari energi ini, ini sungguh sesak tapi menyegarkan..” jawab Paman Gama yang hanya mampu melepaskan kepalanya dari energi yang membungkusnya.
”Si-siiaall, benar juga, aku lupa paman, hehehe” jawabnya dengan senyum bodohnya, dan mewujudkan dirinya yang di ikuti oleh keluarnya energi yang sama, namun energi itu menyerap energi yang membungkus Hasa, Rangga dan Gama.
”Dasarr bodoh, sialan, brengsek, mengapa sahabatku menerima murid bodoh sepertimu?” gerutu Paman Gama yang sudah keluar dari perisai energi itu.
Dia lantas memaki Dewa Wasa dengan sampah serapah yang membuat bibi Hasa dan Rangga terkejut mengeluarkan raut wajah yang aneh.
”Me-mengapa paman berani sekali berkata seperti itu kepada maha Guru.” gumam bibi Hasa dalam hati yang masih mengeluarkan raut wajah yang aneh.
”Siaall, ternyata dunia ini di penuhi oleh laki-laki yang aneh” lanjutnya dalam hati.
”Hehehe.. maafkan aku paman, aku sungguh lupa jika energi itu mampu menghentikan saraf tubuh guna mempercepat pemulihan” Jawab Dewa Wasa dengan wajah bodohnya.
“Haiihh, kalian berdua sama saja bodohnya” keluh Gama dengan wajah yang lemas.
Setelah itu pun Gama menjelaskan apa yang sempat terjadi pada tubuh Rama.
Dia juga menjelaskan, sepertinya Rama sudah bisa menguasai sisi gelap yang ada di tubuhnya.
Gama pun saking menikmati ceritanya, dia sampai melupakan bahwa disana ada Rangga dan Hasa yang sedari tadi merubah ubah ekspresi wajahnya karena mendengar ceritanya.
”Haiihh, jadi begitu, ternyata Raka sudah bangkit dan mencoba mengambil alih tubuh putraku,” jawab Dewa Wasa dengan santai setelah mendengar cerita dari Gama
”Tapi apakah tidak apa-apa untuk putramu Wasa , Jika sewaktu-waktu sisi gelap Rama kembali muncul lagi bagaimana? ini sungguh akan membunuh kami bertiga lagi” tanya Gama dengan lemas.
”Tenanglah Paman Gama, aku yakin putraku mampu menguasai sisi gelapnya, lagi pula sisi gelap yang ada pada tubuh Rama tidak sebesar yang ada pada tubuhku, pasti dia mampu menguasainya”.
“Dan juga putraku mewarisi jiwa dan energi suci ibunya, pasti akan membantu berdamai dengan Raka” lanjut jawaban dari Dewa Wasa.
“Jadi kau telah menamai sisi gelap itu dengan julukan Raka ?” tanya paman Gama.
”Benar paman, aku memberi nama dia karena aku tidak ingin menganggap dia musuh, namun menganggapnya sebagai anak seperti halnya Rama”.
”Mengapa kau lakukan itu Wasa?”. lanjut tanya Paman Gama penasaran.
”Karena aku sudah menganggap si Wata yaitu sisi gelap dalam tubuhku ini sebagai kakak paman” jawabnya dengan sebuah senyuman.
”Bodoh, aku tidak akan menganggapmu sebagai adik, sialan” tiba-tiba suara Dewa Wasa berubah menjadi lebih besar dan berbicara sendiri seperti membalas ungkapannya tadi.
”Si-siaall jangan sembarangan mengambil alih tubuhku Wata, brengsek.” suara Dewa wasa yang kembali seperti aslinya namun seperti membalas ungkapan suara besar yang dia lontarkan sendiri.
”Woee..woeee kalian berdua bisakah serius sedikit?” sela paman Gama kepada Dewa Wasa.
Setelah itu membuat mereka berdua diam dan memandang lekat ke arah Gama.
“Gleekkk.. sial, sungguh merepotkan bocah bodoh ini” gumamnya dalam hati ketakutan.
Sosok Dewa Wasa yang menatap Gama terlihat sangat berbeda, karena setengah wajahnya yang memiliki taring dan rambut berwarna putih, dan yang setengahnya lagi menunjukan sosok Dewa yang sangat tampan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments