Melihat kemana perginya kera itu, Wasa pun tanpa berpikir panjang melesat untuk mengejarnya, bukan karena ingin menghajar kera itu namun tujuannya hanya ingin menghindari kipas miliknya yang sangat mengerikan.
”Cih, Dewa dan Kera sialan” gumam Yaya, yang kemudian kembali ke bentuk semula dan melesat menyusul Wasa dan kera itu berada.
Sona sang kera ternyata melarikan diri bukan hanya karena takut, karena dia sangat merindukan sebuah pertarungan, hingga tanpa mempedulikan ocehan Yaya dia pun lantas melesat ke tengah-tengah musuh.
Jleg…
Dhuaarrr.
Suara benturan yang sangat kuat hingga menyebabkan debu mengepul ke udara.
”Hahaha, Mari berpesta..” suara Sonya dengan kegirangan.
Setelah itu dia melesat dengan sangat cepat dengan tongkat yang dia bawa dan menebaskannya ke ribuan makhluk yang ada di depannya..
Dhuaarr..
Dhuaarr..
Terdengar banyak sekali ledakan setelah kera kecil itu melesat.
Tak main-main, kecepatan kera kecil itu sangat cepat sekali, hingga tak mampu terlihat mata, hanya bayangan putih kesana kemari yang terlihat, dan sebuah ledakan setelah bayangan itu berpindah tempat.
“Sial, aku selalu saja ketinggalan pesta oleh si kera putih jelek itu” gerutu Wasa yang hanya mampu melayang di atas daratan dengan memandangi sahabatnya yang sedang menggila membunuh makhluk yang ada di depan matanya..
“Baiklah aku yang di sana, sepertinya dia adalah pemimpin semua makhluk aneh ini, energinya cukup besar juga” ucap Wasa dengan senyuman yang aneh.
”Yaya.. mari kita berpesta” lanjutnya sambil melesat menuju sebuah gunung yang terdapat satu makhluk dengan energi yang sangat kuat.
Yaya yang mendengar panggilan dari tuannya itu pun langsung melesat ke genggaman Wasa.
Seperti tidak pernah terjadi apa-apa, kipas itu dengan patuh mendengarkan perintah dari Dewa Wasa.
Dan memang seperti itulah persahabatan mereka, Meskipun berbeda jenis dan selalu dengan perdebatan, tapi mereka memiliki perasaan yang sama, memiliki rasa sakit dan bahagia yang sama juga.
Seakan-akan, mereka adalah satu jiwa dengan tiga wujud yang berbeda.
“Apa yang kau cari anak muda?“ tanya makhluk yang memiliki tubuh kekar dan tinggi yang hampir mencapai 10 meter, tubuhnya juga terlapisi oleh bulu bulu berwarna hitam pekat.
Wujudnya sungguh mengerikan dengan 4 taring di giginya, mata yang berwarna merah pekat, dan rambut yang panjang.
Makhluk itu juga sedang memengang tongkat yang terbuat dari emas yang sangat berat dengan ukiran-ukiran aneh.
“Ternyata kau tidak gegabah makhluk bulu” jawab Wasa yang sudah ada di depannya dengan tatapan yang tenang.
”Lantas apa yang kau cari hingga memasuki wilayahku anak muda, bahkan membunuh semua prajuritku?“ tanya makhluk berbulu itu lagi dengan sopan.
”Baiklah, aku hanya sedang mencari Bunga Semesta, apakah kau mengetahui tentang bunga itu makhluk berbulu?” tanya Wasa yang langsung pada intinya.
Setelah mendengar apa yang sedang di cari lawannya itu, sikapnya langsung seperti sedang berfikir dan mengingat-ingat sesuatu.
Hingga membuat Dewa Wasa berteriak kepada Sona untuk segera menghentikan pembantaiannya.
”Sona, berhentilah..” Teriak wasa yang langsung di patuhi oleh sahabatnya itu.
Sona lantas langsung melesat ke arah sahabatnya dan mendarat tepat di pundak Wasa.
”Wooee makhluk bulu, cepatlah berfikir apakah kau tahu ? jika tidak segera menjawab maka aku akan meratakan duniamu ini” teriak Wasa bertanya kepada makhluk berbulu itu.
”Si-siaall, aku pernah mendengar nama Bunga itu anak muda, tapi sungguh aku tak mampu mengingatnya” jawab makhluk berbulu.
”Ku mohon anak muda, jangan kau membunuh semua prajuritku”. Lanjut jawabnya dengan wajah memelas.
”Haiihh.. ku kira aku akan mendapat kesenangan dengan melawanmu, tapi ternyata kau malah tak berniat menyerangku” ungkap Dewa Wasa dengan kecewa.
”Aku tahu kau memiliki kanuragan yang lebih tinggi dariku anak muda, aku dapat merasakan adanya aura seorang pemimpin dan sebuah kedamaian dalam tubuhmu” jawab makhluk itu.
“Mohon terimalah hamba sebagai murid anak muda” lanjutnya dengan di barengi gerakan sujud di depan Dewa Wasa.
”Haihh.. lagi-lagi seperti ini” gumamnya dalam hati.
”Berdiriliah, lantas siapa namamu?”.
“Ba-baik tuan, nama hamba Utaka, tuan bisa memanggil hamba Uta” jawabnya.
Sedangkan Sona, dia hanya menyimak pembicaraan mereka saja, karena dia tahu jika bersama tuannya itu pasti akan sangat mudah menakhlukan berbagai makhluk hidup.
Setelah saling berkenalan, Dewa wasa bersama sahabatnya di bawa ke sebuah istana yang megah dan indah, hingga membuat Dewa Wasa tak mampu berkedip melihatnya saking terkejutnya.
***
Kembali di bumi, terlihat seorang pemuda sedang mengalami luka yang sangat parah.
Darah mengalir dari hidung dan telinganya, serta tangan kirinya yang hampir putus.
Matanya yang merah menandakan bahwa dia sedang tidak baik baik saja.
“Hahh..haahhh.. si-siall.. kenapa sebenarnya pemuda itu, merepotkan saja”. ungkap seorang pemuda tampan dengan kedua bola mata yang berwarna beda.
”Kanda, Paman Gama, cepat posisikan diri kalian di sana dan di sana, aku akan membuat segel untuk mengurungnya sementara” ujar wanita cantik dengan bola mata berwarna biru muda.
”Ciihh.. sebenarnya aku tidak mau di perintah wanita, tapi demi putra dari murid sahabatku, aku akan menurutimu” gerutu Pemuda dengan taring.
Mereka adalah Gama, Hasa dan Rangga yang sedang kewalahan menghadapi Rama yang sedang di kendalikan entah oleh apa yang ada di tubuhnya.
Mereka benar-benar terkejut tatkala melihat Rama yang tiba-tiba mengamuk dan mengeluarkan berbagai energi yang mampu menghancurkan se-isi bumi.
“Segel Karangkasukma Terciptalah” teriak tiga pemuda secara bersamaan.
Setelah teriakan itu, dari tubuh mereka mengeluarkan tiga warna energi yang berbeda.
Hasa mengeluarkan energi berwarna biru muda, Rangga mengeluarkan energi berwarna coklat dan Gama mengeluarkan energi berwarna Ungu pekat.
Ketiga energi itu melesat ke atas membentuk sebuah segitiga dan langsung mengurung Rama yang berada di tengah tengahnya
Setelah itu tiba-tiba ada benda yang jatuh dari atas, Benda itu terlihat seperti rantai energi yang langsung menusuk dada, dan punggung Rama.
“Aaaaa….” teriak Rama kemudian.
Dan akhirnya rantai energi itu mampu melemahkan Rama, namun jurus itu tak mampu bertahan lama, yang mana jurus itu ternyata bukan hanya menghisap energi namun juga menghisap setengah jiwa dari pemanggilnya.
Dan jika Rama tak mampu mengendalikan tubuhnya dengan cepat maka nyawa bibi dan pamannya akan lenyap terhisap oleh rantai itu.
”Rama, kau sudah ku anggap sebagai keluargaku, kau sudah ku anggap sebagai adiku, sadarlah Rama, bibi akan mengorbankan nyawa demi melindungimu” Ungkap bibi hasa yang menahan rasa sakit.
Matanya sudah meneteskan air mata dari tadi dan tubuhnya sudah mulai mengering karena jiwanya sudah mulai terhisap secara perlahan.
“Rama, sadarlah Rama, pasti kau mampu mengendalikannya, Jika tidak maka kami akan mati Rama, Cepat bangkitlah” teriak Rangga yang kondisinya sama dengan bibi Hasa.
”Tuan, bangkitlah tuan, sadarlah, kau adalah satu satunya yang mampu menyelamatkan bencana semesta, tolong sadarlah tuan” teriak Gama yang semakin lirih.
Kondisi Gama terlihat lebih buruk dari yang lain, karena dia memiliki energi paling besar di sana, yang berarti penyerapan jiwa dan energi untuk menahan segel itu juga semakin cepat.
“Aaaa…hahh..haaa.. aaaa” teriak Rama.
Dia sepertinya sedang melawan makhluk yang mengendalikan tubuhnya, karena terlihat dari matanya yang berubah ubah, yang menandakan Rama sedang melawan makhluk itu di dalam tubuh dan pikirannya.
Di tempat yang sangat gelap terlihat ada dua sosok dengan tubuh yang sama persis, hanya bola mata dan warna rambutnya yang berbeda.
Yang satu memiliki mata berwarna biru pekat dengan rambut hitam kelam, dan satunya memiliki mata berwarna merah dengan rambut berwarna putih bersih.
”Bocah.. apa hanya itu kekuatanmu? kau bahkan tidak layak menjadi putra Dewa” ucap sosok mirip dengannya yang berambut putih.
”Hahh..hahh..apa yang sedang kau lakukan terhadap tubuhku Raka?” jawab Rama.
Ternyata sosok yang menyerupai Rama itu bernama Raka, Dia adalah sosok jelmaan kegelapan yang ada di tubuh Rama.
Entah bagaiaman Rama tahu nama sosok itu, tapi jika dilihat dari ke akrabannya, Rama seperti sudah saling mengenal sejak lama.
Dan benar saja, ternyata Rama sudah sadar akan sosok Raka sejak lama ketika dia di tinggal oleh ayahnya yang juga ayah kandung dari Hasa.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments