Mengenali energi yang telah menghantam segel pelindungnya, Bibi Hasa pun terlihat sedikit tersenyum, karena dia sangat membutuhkan bantuan untuk membimbing Blue melewati segala rintangan yang akan datang.
”Blue cepat menjauh dan berlindung” Teriak bibi Hasa agar Blue menjauh
Karena setelah ini, akan ada pertarungan yang sangat dia rindukan..
“Akhirnya kau datang juga Rangga” ucap bibi Hasa di dalam hati yang di barengi dengan senyum manisnya..
Setelah bergumam, dia pun lantas melesat dengan kecepatan cahaya menuju sumber energi yang masuk dalam zona presepsinya.
”Selendang asmara..” teriaknya sembari memukulkan selendangnya ke arah pusat energi yang dia tuju.
Selendang itupun lantas berubah bentuk menjadi lurus layaknya tombak dan terbelah menjadi ratusan selendang.
”Haahh.. sial jurus ini selalu saja merepotkanku” ucap lelaki yang masih berlindung di balik awan.
”Segel Awan, Perisai Awan Pekat.. terciptalah” teriaknya sambil menjulurkan tangan ke depan, hingga terciptalah sebuah perisai pelindung yang terbuat dari awan yang berwarna jingga yang langsung mengurung untuk melindunginya.
Akhirnya di atas langit pun terjadi ledakan yang sangat dahsyat, hingga membuat tanah yang di pijak oleh Blue bergetar seperti terjadi gempa bumi, karena bertemunya dua jurus tingkat Dewa..
“A-apa yang terjadi di atas sana? aku tidak bisa melihatnya, apakah bibi akan baik-baik saja?” gumam Blue di dalam hati.
Dia lah Rangga sang kekasih Hasawati, dia selalu bisa menemukan kekasihnya dimana pun Hasawati berada, karena mereka sudah saling melakukan ritual darah agar saling terhubung.
Bukan tanpa alasan Dewa Wasa melempar Rangga juga, karena Dewa Wasa sudah tahu akan ritual sakral yang di lakukan dua penjaga semesta itu.
Maka dari itu Dewa Wasa juga sengaja melempar Rangga di tempat yang berbeda untuk menguji kesetiaan dari Rangga kepada muridnya tersebut.
Dan benar saja Rangga mampu menemukan Hasawati dengan cepat, yang menandakan mereka memang sudah saling terikat darah dan jiwa beserta rasa.
Di sisi lain di tempat yang semua berwarna putih, terlihat Dewa Wasa tersenyum senang karena Rangga mampu menemukan muridnya dan anaknya dengan cepat,.
Dewa Wasa yakin dengan ke dua pendekar penjaga semesta itu, Anaknya akan aman dan terlatih, apalagi Hasawati adalah muridnya sendiri yang sudah di bekali berbagai ilmu, dan jurus tingkat kekal melalui cahaya yang di lontarkannya beberapa waktu yang lalu melalui mimpi dari murid tersebut.
***
Kembali di pertarungan antara sepasang kekasih penjaga semesta itu, mereka saling menyerang jarak dekat setelah terjadinya ledakan besar.
Sudah ratusan jurus yang saling mereka berikan namun tetap saja berakhir imbang
Hingga pada akhirnya mereka berdua menarik tubuhnya sedikit jauh kebelakang dan membaca sebuah mantra untuk menciptakan jurusnya masing-masing untuk mengakhiri pertarungan.
”Selendang Semesta, Pusaran kematian,” Teriak bibi Hasa mengeluarkan jurus terkuatnya yang di iringi dengan lemparan sebuah selendang yang langsung menderu dengan cepat mengincar jantung pasangannya.
”Awan rasa, Badai awan abadi terciptalah” Teriak Rangga yang juga mengeluarkan jurus terkuat yang di iringi tinjuan ke depan untuk mengahadang jurus yang sedang mengincar nyawanya tersebut.
Dan terciptalah badai awan yang sangat besar berusaha menggulung pusaran semesta, dua jurus yang sama-sama berupa badai kematian itu akhirnya akan bertemu.
Namun tanpa mereka sadari di tengah-tengah badai yang akan bertemu itu terlihat ada cahaya biru kecil yang semakin lama semakin membesar melenyapkan ke dua jurus terkuat dari penjaga semesta dengan mudah.
Rangga dan Hasa pun terlihat bingung karena salah satu jurus terkuat mereka tiba-tiba lenyap.
Mereka menatap lurus di tengah-tengah bekas jurus mereka yang lenyap dan mereka melihat ada cahaya biru yang semakin memudar dan jatuh dari ketinggian.
Hasa pun sangat kaget, ternyata yang menggagalkan jurus mereka adalah blue yang berusia masih 10 tahun dengan postur tubuh besar hampir mirip dengan rangga.
Hasa pun lantas melesat dengan kecepatan cahaya untuk meraih Blue agar tidak terjatuh ke daratan dari ketinggian ribuan meter dari atas tanah.
Rangga pun juga sama melesat dengan kecepatan cahaya, dia tahu bocah dengan cahaya biru itu adalah putra dari Dewa Wasa, dia takut bila bocah itu terluka dan pada akhirnya dia akan terkena murka dari guru kekasihnya.
”Gleekk..”
Sambil melesat mencoba menyambar tubuh blue, Rangga membayangkan bagaimana bila dia terkena murka dari Dewa Wasa, hanya sekali ayunan tangan saja pasti dirinya akan hancur menjadi abu.
”Sungguh mengerikan.” ucapnya dalam hati.
Namun gara-gara dia terlalu banyak membayangkan akan murka dari Dewa Wasa dia sampai tidak sadar bahwa Hasa sudah di daratan dengan selamat dan sedang membaringkan Blue yang pingsan karena tidak bisa mengendalikan kekuatannya yang tiba-tiba saja mengambil alih tubuhnya.
Lantas ketika Rangga sadar pun dia sudah tidak bisa mengendalikan kecepatannya yang pada akhirnya mengahantam daratan dengan suara dan ledakan yang amat sangat dahsyat, sampai-sampai membuat daratan menciptakan sebuah getaran yang cukup besar.
Hasa pun yang melihat itu, hanya bisa menggelenggkan kepala dengn wajah yang aneh, tanpa peduli keselamatan dari kekasihnya tersebut.
Hasa tahu kalau kekasihnya itu memiliki raga baja, yang artinya Rangga tidak akan pernah terluka kecuali dengan energi ungu yang di miliki oleh Dewa Wasa.
”Dasar, masih saja menjadi makhluk yang bodoh” ucap Hasa dengan muka yang datar.
”Aa-aww, sakit sekali, wooe cantik kenapa kau tidak memperingatkanku?” teriak Rangga dari balik kepulan asap tempatnya terjatuh yang tidak jauh dari rumah Blue.
Namun tanpa peduli Hasa sama sekali tidak menggubris omongan dari kekasihnya itu, Hasa sudah terbiasa dengan sikap ceroboh kekasihnya itu, jadi dia hanya membiarkannya saja.
Dengan berjalan gontai menuju tempat Hasa dan Blue yang sedang terbaring Rangga pun meracau lirih tidak karuan kepada Hasa, karena tidak menjawab pertanyaannya.
”Dasar, wanita memang sulit untuk di tebak, mengapa aku bisa mencintainya? apakah hatiku salah arah?” Rangga meracau sendiri di sepanjang jalannya.
Hingga tanpa dia sadari bahwa ada wanita cantik di belakangnya yang sudah membawa sebongkah batu untuk memukul kepalanya dan...
Pletakk..
Suara batu yang membentur keras di kepala rangga hingga mengucurkan banyak darah.
”A-aww, sakit, sakit sekali, siapa yang berani memukulku dari belakang ? aku akan mencincangmu sialan..” setelah itu rangga pun berbalik dengan cepat dan menarik sebuah pedang yang selalu dia bawa dari pinggangnya.
Akan tetapi Rangga langsung menghentikan laju pedangnya ketika melihat siapa yang telah memukul kepalanya dengan batu itu ternyata adalah kekasihnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments