Mencoba mengikuti alur cerita hidup, memang tidak selalu berada di atas.. Di saat kau turun, terkadang juga tidak selamanya menyedihkan.. Hanya melakukan suatu hal yang membuat kita bahagia, tidak terlalu buruk untuk di lakukan.
“ Hey, Freya.. Masih di sini?”. Ucap Naufal yang menghampiri Freya saat terduduk di perpustakaan.
“ Ya Ka, aku masih memerlukan Referensi tambahan untuk data skripsiku..” Balas Freya dengan sedikit tersenyum.
“ Perlu ku bantu?.” Ucap Naufal kembali, terduduk disamping Freya.
Merasa tidak perlu merasa ada yang harus di sembunyikan dan tidak melakukan suatu kesalahan besar, Freya yang terdiam pun menganggukkan kepalanya seraya mengijinkan Naufal untuk membantunya dan mereka pun menghabiskan waktu bersama.
“ Kau masih mau di sini?”. Tanya Naufal kembali.
“ Memang jam berapa sekarang?, sudah waktu makan siang?”. Tanya Freya.
“ Ya, sudah jam 12.. Mau makan siang bersama?”. Tanya Naufal kembali.
“ Maaf kak, sepertinya buku yang aku cari tidak ada di sini.. Jadi aku mau pergi ke Perpustakaan kota..” Balas Freya sembari membereskan barang barangnya.
Freya yang tanpa basa basi berjalan meninggalkan Freya, menatap Freya dengan dalam seolah mencoba ingin mengatakan apa yang ada di dalam hatinya, namun melakukan perlawanan diri dengan menahannya. Hingga Naufal hanya duduk terdiam dengan menundukkan kepalanya.
Di sisi lain Freya yang mengemudikan mobilnya sampai di Perpustakaan kota, langsung mencari data apa yang di butuhkannya dengan sangat serius hingga melewatkan waktu makan siangnya dan waktu kembali berlalu menuju sore hari..
“ Seharusnya data ini sudah benar..” Ucap Freya sembari membereskan barang barangnya kembali.
(BZZTTT BZTTT BZZTT) Suara Handphone Freya yang bergetar dari dalam tas.
Freya yang menatap pada layar handphone dengan Ardiaz yang mencoba melakukan panggilan, langsung memilih untuk memutus panggilan itu dan mengacuhkannya.
(BZZTTT BZTTT BZZTT) Suara Handphone Freya yang kembali bergetar dari dalam tas.
Freya kembali menutup panggilan Ardiaz dan mencoba untuk mengalihkan pikirannya kembali. Melihat pada Jam tangannya, tersadar Perpustakaan yang akan tutup 1 jam lagi, Freya mencoba untuk keluar lebih cepat dan juga karena dirinya merasa lapar karena melewatkan jam makannya..
Seharusnya aku membawa cemilan atau kue jika ingin kemari. Gumam Freya dalam hatinya, mencoba untuk meninggalkan perpustakaan.
Secara tiba tiba Langkah kaki yang menghentak lantai terasa ramai di belakangnya, dari pantulan kaca di depannya Freya melihat beberapa pria tinggi sedang berjalan di belakangnya. Tanpa berkata banyak, Freya pun tahu bahwa mereka adalah anak buah Baron.
Kemana aku harus pergi?!. Freya bersikap tenang dengan melirikkan matanya ke kanan dan kiri mencoba untuk bersembunyi atau mengalihkan perhatian mereka.
“ Tunggu Gadis muda! Akhirnya! Kau pikir kau mau kemana, HAH?!.” Ucap salah satu pria anak buah Baron yang berbisik, berhasil menangkap Freya saat menarik paksa salah satu tangannya.
“ Lepaskan aku, jika tidak aku akan berteriak!.”
“ Aaahh, kau mau berteriak?... (BRAAKKK) maka berteriaklah jika kau bisa!.” Pria itu mencekik Freya kuat hingga tubuhnya terdorong menabrak rak buku.
Nafas Freya mulai terhenti dengan wajahnya yang mulai memerah, nafasnya tersendat dan mulai terasa lemas pada seluruh tubuhnya.. Dengan menggunakan tenaga tersisa, Freya membawa sebuah buku tebal, lalu...
(BHAAAKKK) Suara pukulan buku yang dilakukan Freya pada wajah pria itu.
Tangan pria itu terlepas dan Freya terhempas ke lantai dengan Nafas tersenggah mencoba untuk bernafas dengan kedua tangannya yang bergetar mencoba menahan berat tubuhnya.
“ Kurang ajar!... MATI KAU! (BHUUKKK) MATI! (BHAAKKK)” Pria itu pun marah dengan kesal menendang perut dan kembali mencekik Freya.
Mendengar suara gaduh, seorang petugas perpustakaan berjalan dengan menghampiri kemana arah suara itu berasal.. Anak buah Baron yang menyadari hal itu, langsung mendirikan Freya untuk berdiri tegap dan sedikit menjambak rambut belakang Freya dengan berkata,
“ Berdiri yang tegap dan bersikaplah tidak terjadi apa apa jika kau masih ingin hidup!.” Ucap Pria itu kembali berbisik kepada Freya dengan mendorong tubuh Freya untuk berjalan melewatai petugas perpustakaan itu.
Tak jauh dari arah pandangan Freya, terlihat Trolly berisi buku buku yang sepertinya dapat dia gunakan. Dengan berjalan sedikit cepat, Freya sengaja mengaitkan salah satu bantalan Tas Ranselnya hingga terlihat bahwa dia tertarik dan menabrak Trolly itu.
“ Maafkan aku Bu.. Biar aku bantu..”
“ Tidak apa apa, aku juga lihat Tas mu tersangkut Trolly itu..” Balas Wanita itu.
Freya mencoba mengulur waktu dengan membantu membereskan buku buku hingga membuat anak buah Baron mengalihkan pandangannya agar tidak menimbulkan kecurigaan. Dengan Jarak yang sedikit jauh, Freya langsung berlari dan bersembunyi dalam sebuah ruangan.
“ Sial! Kemana dia pergi?!”. Ucap salah satu rekan Baron pada temannya dengan berbisik.
“ Boss bisa menghabisi kita jika masih saja belum bisa mengatasi gadis itu!”
“ Tadi dia disini, kemana dia pergi?”.
Freya menutup mulutnya dengan kedua tangan, mencoba untuk mengatur nafas mendengar mereka yang berlarian diluar ruangan. Aku bisa menangani hal ini.. Aku pasti bisa!. Gumam Freya dalam hatinya menutup kedua matanya untuk bersikap tenang.
Tak terasa waktu berlalu, perpustakaan pun tutup dengan tidak terdengar lagi suara langkah kaki atau suara apa pun. Merasa sudah aman, Freya memberanikan diri untuk keluar dan berlari secepat mungkin.. Namun tiba tiba,
“ HEY TUNGGU!! HEY!!.” Ucap seorang pria yang berlari di belakang Freya.
Tidak memperdulikan teriakan itu, Freya semakin cepat melangkah larinya hingga tersudutkan pada dua belokan yang mengharuskannya untuk memilih dan terdiam sejenak.
“ TUNGGU! KAMI POLISI!. KAMI REKAN ARDIAZ!.” Teriak pria itu kembali.
Mendengar perkataan Pria itu, Freya langsung menghentikan langkahnya dan berbalik dengan melihat sekitar 8 orang pria membawa senjata dan rompi anti peluru, mencoba menghampiri Freya yang terlihat ketakutan, dengan nafas tersenggah selepas berlari.
“ Kau baik baik saja?”. Tanya pria itu kembali.
“ Ba..bagaimana bisa.. Kalian, me...” Ucap Freya terbata bata karena merasa takut dan lelah setelah berlari.
“ Ikut kami, akan kami jelaskan semuanya..” Balas Pria itu kembali.
Freya mengikuti arahan para pria itu dengan di kawal penuh penjagaan menuju mobil khusus polisi yang sudah berasa di luar Perpustakaan.. Mata Freya pun teralihkan dengan keempat orang pria yang tadi mencoba mengejarnya, tertangkap dengan tangan yang terbogol sempurna.
“ Mereka... Sudah...”
“ Ya, tenanglah kau sudah aman.. Sekarang ikut kami..” Balas Pria itu kembali.
Tangan Freya bergetar melihat tatapan membunuh dari keempat pria itu saat menatap Freya, namun tidak sedikit pun Freya membalas dengan memperlihatkan bahwa saat ini dia begitu ketakutan dan ingin menangis sebisa mungkin untuk mengeluarkan isi hatinya..
Freya ditempatkan pada sebuah ruangan yang nyaman dengan terjadi beberapa cemilan dan minuman yang sengaja di persiapka untuknya.. Terdiam melihat perlakuan yang diterimanya, Freya terduduk dan hanya menatap kosong ke depan tanpa berkata.
“ Kudengar, kau membantunya dalam menemukan ladang perkebunan tanaman itu.. Jadi sepertinya kami harus memberi penghargaan padamu..” Ucap salah satu komandan pasukan, atasan Ardiaz yang terduduk di hadapan Freya.
“ Bagaimana bisa kalian tahu kalau...”
“ Aaahh.. Ardiaz, dia berhasil melakukan experimen yang menyerupai obat itu. Meski tidak terlalu sempurna namun itu cukup menjadi alat bukti yang kuat. Dia membantu Tim kami yang berada di kepulauan untuk melakukan Penyergapan karena itu dia belum bisa kembali kemari..”
“ Apa?”. Freya memberikan tatapan penuh terkejut pada komandan itu.
“ Ardiaz menghubungi kami sesaat sebelum dia melakukan Penyergapan, meminta kami untuk melindungimu mengingat beberapa anak buah Baron yang ada di dalam kota..”
“ Dia... Melakukan itu?”.
“ AHAHAHA... Kau terkejut?, begitu juga kami.. Baru kali ini kami melihatnya begitu khawatir. Namun Freya, 1 hal yang harus kau tahu bahwa kami masih mendalami kasus ini..”
“ Dengan kata lain?...”
“ Dengan kata lain, kami masih belum yakin apakah masih ada anak buah Baron yang tersisa sehingga bisa di bilang, kondisimu pun masih dalam bahaya. Jadi Freya, berhati hatilah dan ini, hubungi kami jika kau menemukan sesuatu atau merasa ada yang aneh.” Ucap Komandan itu tersenyum dengan menyerahkan sebuah kartu berisi No. Telephone.
Freya mengambil kartu nama itu dengan tangannya yang masih bergetar menahan semua rasa di hatinya. Lagi lagi.. Ternyata aku selemah ini dan benar benar tidak bisa tanpa Ardiaz... Gumam hati Freya sembari menundukkan kepalanya.
********
-Sesampainya di rumah-
Freya yang diantarkan dengan mobil polisi dengan adanya 2 mobil lainnya yang akan berjaga selama 1X24 jam di rumahnya pun membuat Tante Maya begitu khawatir dan menangis begitu melihat Freya turun dengan selamat dari mobil patroli itu.
Freya di peluk erat bahkan dengan begitu menangis seolah menyayat hati, Tante Maya terduduk lemas tak mampu menahan berat tubuhnya dengan menggapai wajah Freya dengan kedua tangannya penuh kelembutan..
“ Kenapa ini terjadi pada gadis seperimu?... Apa yang harus ibu lakukan?... Freya, kau baik baik saja nak?”. Ucap Tante Maya dengan terus menitikkan air matanya.
“ Bu, berhenti menangis.. Lihatlah, Freya baik baik saja..” Balas Freya dengan tersenyum manis.
“ Ardiaz barusan menghubungi Ibu, tapi karena kau belum sampai, Ibu tidak tahu harus mengatakan apa padanya... Jadi....”
“ Sudah Bu, tidak apa apa... Ardiaz pun pasti mengerti.. Berhenti menangis Bu..” Freya memeluk Tante Maya dan menepuk nepuk punggungnya dengan pelan.
Dengan masih merasa sakit pada tubuhnya, Freya menutupi bekas cekikan dengan mengancing kemejanya hingga keatas agar Tante Maya tidak merasa lebih khawatir.. Bahkan saat berbicara pun Freya mulai merasa sakit pada tenggorokannya.
Selepas menenangkan Tante Maya dan selesai bersantap malam, mereka pun masuk kedalam kamarnya masing masing dan kini giliran Freya yang masih harus berjuang melawan dirinya sendiri untuk menahan rasa Trauma yang dirasakannya.
Tenanglah Freya, kau baik baik saja.. Tenanglah... Gumam Freya dalam hati sembari memeluk dirinya sendiri.. Tersadar akan perutnya yang mulai terasa sakit dan tenggorokannya yang juga terasa perih, Freya berdiri dan berjalan menuju kamar mandi untuk melihat kondisinya.
Terkejut akan luka Lebam berwarna biru keunguan yang mulai terlihat pada perutnya, serta lingkaran bekas jari jari pada lehernya Freya pun sudah tak kuasa lagi untuk tidak menahan tangisannya.
Ternyata sakit.. Baru kali ini aku merasa sakit sekali.. Gumam Freya dalam hati dengan memegang perutnya serta menitikkan airmatanya.
Selesai membersihkan tubuhnya, Freya pun sengaja menggunakan kemeja untuk tidur agar tidak meninmbukan kecerigaan jika suatu waktu Tante Maya masuk untuk melihat kondisinya. Namun jangankan untuk tertidur lelap, secara tiba tiba pada tengah malam Freya mengalami demam tinggi hingga membuatnya terjatuh dari tempat tidur.
(BRAAKKK) “ NAK?? ADA APA INI...?? FREYA KAU KANAPA?!”. Ucap Tante Maya yang terlihat histeris begitu mendengar suara Freya yang terjatuh dan masuk ke dalam kamarnya.
“ Aku tidak apa apa Tan.. Hanya bisakah memberikan obat pereda demam?”. Balas Freya dengan suara yang mulai terdengar serak.
“ Kenapa dengan suaramu?, Nak apa kau menyembunyikan sesuatu dari ibu?”. Tanya Tante Maya kembali dengan sangat khawatir.
“ Tidak apa apa Bu.. Sepertinya... Freya... Terkena Flu...” Balas Freya dengan mulai merasa kehilangan kesadarannya.
“ Kita ke rumah sakit sekarang!”
“ Tidak. Ibu, tidak... Berikan obat pereda demam saja..” Balas Freya dengan sedikit tersenyum.
Tanpa berkata Tante Maya membantu Freya untuk berdiri dan kembali tertidur di atas tempat tidurnya.. Berlari membawa obat pereda nyeri dan pereda demam, Freya meminum obat itu dengan mengeluarkan banyak keringat..
“ Nak, ganti bajumu, bisa tambah parah kondisimu jika tidak...”
“ Sendiri. Ibu, Freya ganti... Sendiri saja... Bajunya... Terima kasih...” Balas Freya sekuat tenaga mencoba tetap tersadar dan berbicara.
“ Baiklah, panggil ibu jika kau membutuhkan bantuan..”
“ Terima kasih Bu..” Balas Freya dengan tersenyum manis pada Tante Maya saat menutup pintu kamarnya.
Malam itu pun Freya lalui dengan sangat menderita mencoba menahan sakit pada Perut dan juga Lehernya yang terlihat semakin membengkak dengan warna yang mengkhawatirkan.
Tante Maya yang tahu tidak dapat melawan sikap Keras kepala Freya, mengetahui pasti ada sesuatu yang sedang Freya sembunyikan.. Tante Maya pun tidak memiliki pilihan lain selain menghubungi Ardiaz untuk memberitahukan kondisi Freya saat ini.
“ APA?”. Ucap Ardiaz dengan sangat terkejut.
“ Freya demam, suaranya serak, dengan berkeringat banyak seperti sedang menahan sakit.. Ardiaz, apa yang harus ibu lakukan?”. Ucap Tante Maya dengan sedikit berbisik karena takut terdengar oleh Freya.
“ Ardiaz kembali ke kota sekarang.” Balas Ardiaz sembari menutup panggilan telaphonenya.
Menjelang dini hari kondisi Freya masih demam dan mengigau tidak jelas hingga membuat Tante Maya semakin merasa khawatir.. Tante Maya yang sedang menunggu Ardiaz saat sedang dalam perjalanan, seketika Freya membuka matanya dan menatap kepada Tante Maya dengan berkata,
“ Ibu... Tidak meng...hubungi.. Ardiaz.. Kan??”.
“ Aaappa?.. Tidak, tidak.. Ibu tidak menghubunginya..” Tante Maya terlihat kikuk karena berbohong pada Freya.
“ Syukur..lah... Jangan... membuatnya... sulit atas... kondisi Freya saat...ini. Freya juga.. Tidak ingin.. bertemu dengan...nya..”
“ Kau tidak ingin bertemu dengan Ardiaz?.. Kenapa?”. Tanya Tante Maya pada Freya sembari mengompres kepalanya.
“ Karena, Freya... Berniat, untuk.. Berpisah.. dengannya...”
“ APA?!”
Genggaman tangan yang tidak dimengerti apakah harus tetap bertahan atau harus di lepaskan agar tidak merasa menyakiti satu sama lain, sepertinya terdengar bagus untuk saat ini.
(TING TONG TING TONG) Suara bel rumah yang berbunyi
“ Ardiaz....” Ucap Tante Maya dengan sedikit Ragu saat membuka pintu.
“ Ada apa Bu?, Bagaimana kondisi Freya?”. Tanya Ardiaz penuh khawatir.
“ Ardiaz, Maaf Nak.. Sebaiknya kau, pulang dulu..” Ucap Tante Maya dengan memalingkan pandangannya tak mampu memandang Ardiaz.
“ Apa?, kenapa Bu?”.
“ Freya.. Dia bilang... Tidak ingin bertemu dan jika kau memaksa... Maka dia akan... Berpisah denganmu...”
“ APA?”.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments