“ Jika ada yang tidak kau mengerti katakan padaku..” Ucap Sopha kepada Freya saat selesai mengajarkan cara menjalankan mesin pembuat kopi
“ Tentu, terima kasih..” Balas Freya sembari tersenyum padanya.
Tetap bekerja dan juga sebagai alibi agar dapat menghindari tatap wajah dengan Ardiaz, Freya akhirnya memutuskan untuk tetap bekerja, terlebih karena dia sendiri pun memerlukan uang untuk dirinya sendiri.. Tidak mungkin aku meminta uang atau lebih tepatnya menghabiskan uang pribadinya untuk keperluan pribadiku. Ucap Freya dalam hati sembari membuat kopi.
Harga diri tinggi yang tidak terbiasa tergantung dengan orang lain sudah Freya tanamkan dalam dirinya semenjak kematian orang tuanya.. Terbiasa sendiri juga menyebabkan Freya menjadi keras kepala dan terkadang sulit menerima masukan karena tidak terbiasa berkomunikasi lebih banyak dalam kesehariannya, sama seperti Ardiaz yang juga merupakan anak tunggal.
“ Freya, bisa kau bersihkan meja itu lalu cek gudang penyimpanan, apa barang yang dikirimkan sudah sampai atau belum..” Ucap Gerry dengan kembali terlihat sibuk.
“ Maaf Pak, sebelumnya saya lihat barang kering dan barang basah di satukan di gudang penyimpanan, apa perlu kupisahkan? Karena jika tidak sepertinya akan mudah terjangkit jamur dan mengundang tikus..”. Tanya Freya pada Gerry.
“ Dari sekian banyak pegawaiku, hanya kau yang berkata seperti ini padaku.. Jenius Freya, terima kasih banyak..” Balas Gerry dengan memukul pelan tangan Freya dan berlalu pergi.
Tidak mungkin bagiku untuk bekerja disini dengan tidak baik mengingat mereka begitu mengenal Ardiaz dan kini aku adalah istrinya.. Tapi, kenapa aku masih belum terbiasa dengan status ini?!. Ucap Freya dalam hatinya sembari berlalu masuk ke dalam gudang penyimpanan dan mulai melakukan pekerjaan dengan sangat teliti dan hati hati.
Menjelang malam saat Freya sedang membersihkan meja kotor di depan. Seorang pengunjung turis warga negara asing tiba tiba berniat memeluk Freya dari belakang. Namun berkat refleks Freya yang cepat dan menghindar, pengunjung itu tertelungkup jatuh ke atas lantai dan menimbulkan keributan. Setidaknya kini aku tahu, apa maksud dari yang Ardiaz katakan malam itu. Ucap Freya dalam hatinya, sembari menatap pada pengunjung warga asing tersebut.
“ You are very drunk sir.. Please, Go home..” Ucap Freya dengan sopan kepada turis mabuk tersebut dengan masih berdiri terhuyung huyung di depan Freya
“ Ada apa Freya? Kau baik baik saja?”. Tanya Sopha dengan menatap tajam pada turis tersebut
Para penjual yang merupakan warga sekitar pun mulai memberikan expresi siap melawan pada Turis asing tersebut yang memaki, berteriak, bahkan menarik kerah baju kerja Freya mengingat Hukum Adat yang masih sangat kental di kepulauan itu.. Freya yang tidak ingin menimbulkan masalah baru akhirnya mengambil tindakan yang menurutnya benar.
(BHUAAAKKK) Suara bantingan tubuh yang menghantam lantai.
“ Fre...ya...” Ucap Sopha terlihat begitu terkejut melihat Freya menarik tangan Turis tersebut dan membalikkan tubuhnya untuk membantingnya hingga tertidur di lantai dan tidak sadarkan diri
Dengan nafas tersenggah Freya tersenyum bangga dengan apa yang dia lakukan pada Turis tersebut yang tak hayal membuat para warga bertepuk tangan serta memujinya dan kerumunan pun berhasil menghilang dengan seketika.. Freya merasa lega, namun kehadiran Ardiaz yang tidak terduga, sempat membuat Freya berlindung dari balik tubuh Sopha.
“ Ada apa ini?.” Tanya Ardiaz pada Freya dan Sopha.
“ Bro.. Kau pasti tidak menyangka, istrimu pandai bela diri.. Barusan Freya membantingnya..” Ucap Gerry dengan menunjuk dan memperagakan gerakan Freya pada Ardiaz
“ Membanting? Dia?.” Ardiaz yang terkejut menunjuk ke arah Turis
Seketika Ardiaz menatap pada Freya yang masih berlindung dari balik tubuh Sopha merasa takut akan kemarahan Ardiaz seperti tempo hari.. Ardiaz menghampiri dan menggeser tubuh Sopha agar bisa menatap Freya yang semakin tertunduk dengan kedua tangan menadah sedikit keatas tanda bendera putih di kibarkan. Melihat itu Ardiaz tak kuasa menahan tawa yang belum pernah dia lakukan..
“ Kerja bagus..” Ardiaz memeluk dan mencium kening Freya di hadapan semua orang sembari terus tertawa dan tersenyum seolah bangga dengan apa yang dilakukan istrinya.
“ Ayolah Ardiaz.. Lakukan hal intim di rumah.. “ Ucap Gerry dengan nada jahilnya.
“ Aku berniat menjemputnya, apa dia sudah boleh pulang?” Tanya Ardiaz pada Sopha dan Gerry
“ Freya bekerja lebih banyak hari ini, tentu dia bisa pulang cepat..” Balas Shopa dengan Gerry yang menganggukkan kepalanya seraya setuju dengan yang dikatakan istrinya.
“ Lalu, bagaimana dengannya?”. Tanya Ardiaz dengan menunjuk pada Turis
“ Biar kami yang urus, kalian pergilah..” Ucap Sopha sembari tersenyum.
Tak menunggu waktu lama Ardiaz melepaskan Celemek yang Freya gunakan dan menunggunya untuk berganti pakaian lalu kembali menuju parkiran mobil. Selama perjalanan Ardiaz masih saja terlihat senyum senyum sendiri hingga membuat Freya gemas dan tidak tahan untuk bertanya.
“ Apa yang membuatmu begitu senang?”. Tanya Freya
“ Kau bisa membanting tubuh yang tidak jauh beda dariku? Kondisi fisikmu ternyata bagus, apa kau sering berolah raga?”. Ardiaz kembali bertanya dengan terus mengendarai mobilnya.
“ Ya, sesekali aku dan Tante Maya datang ke pusat kebugaran..” Balas Freya.
“ Lalu, kenapa kau tidak membantingku malam itu?. Bahkan aku menciummu saat itu?.” Ardiaz bertanya sembari tetap tersenyum pada Freya
Seketika pertanyaan Ardiaz membuat wajah Freya memerah dan begitu sangat malu hingga tidak bisa melawan atau menyanggah pertanyaannya hingga tidak ada jawaban yang akhirnya diberikan oleh Freya, sehingga membuat Ardiaz semakin tertawa kecil bagai anak kecil.
Ternyata dia bisa berexpresi seperti itu.. Seandainya bisa tiap hari kulihat senyuman itu diwajahnya yang tampan. Ucap Freya dalam hatinya sembari menatap keluar jendela, membiarkan Ardiaz berspekulasi seorang diri.. Begitu sampai di Cottage, Ardiaz mendapatkan panggilan mendesak yang akhirnya terpaksa meninggalkan Freya kembali seorang diri..
******
-Sesampainya di Pagar pembatas Hutan Liar di belakang pantai-
“ Ardiaz, Nak.. Kemarilah..” Ucap Pak Danu dengan melambaikan tangannya pada Ardiaz.
“ Ada apa pak?.” Ardiaz berdiri tepat disampingnya dan melihat arah yang di tunjuk oleh Pak Danu.
Terkejut melihat 2 nyawa pria tak bernyawa, Ardiaz mendekati mereka dengan perlahan dan dengan sigap menggunakan sapu tangan karet yang biasa dia gunakan untuk olah TKP bersama rekan kepolisian. Semua warga yang hadir pun melihat dan menunggu apa hasil pengamatan Ardiaz..
“ Di lihat dari kondisi tubuhnya, sepertinya korban baru 4 jam lalu meninggal. Tidak ada luka cakaran atau luka di tubuhnya yang lain selain memar karena benda tumpul atau saat terjatuh menghantam pohon atau batu besar..” Ucap Ardiaz menjelaskan.
“ Itulah Nak.. Kedua pria ini ada Pemburu handal yang kami percaya.. Mereka tinggal di dekat Balai Kota.. Anehnya mereka ini juga sangat pandai dalam bela diri.. Tapi kenapa...” Ucap Pak Danu dengan penuh pertanyaan di kepalanya
“ Pemburu sudah terbiasa dengan jalurr dan medan Hutan liar baik saat Panas atau hujan deras.. Jadi tidak mungkin mereka berdua meninggal di waktu yang sama seperti ini..” Ucap Bu Nisa yang ikut berbicara menatap kepada Ardiaz
“ Apa ibu dan bapak tahu kemana jalur yang biasa mereka lewati?”. Tanya Ardiaz
“ Tentu, tapi dengan yang harus terbiasa dan mengenal Hutan ini..” Balas Apk Danu.
Tanpa berkata Ardiaz kembali berjalan menuju mobil dan mengganti sepatu yang dikenakannya dengan sepatu Boot Lapangan yang khusus di guanakan untuk mendaki. Hanya dengan membawa senter, Camera, dan sebuah Tongkat, Ardiaz pun langsung meminta Pak Danu untuk mengarahkan 1 atau 2 orang untuk menemaninya masuk ke dalam hutan.
Di sisi lain Freya yang sedikit khawatir dengan Ardiaz yang tiba tiba berlalu pergi, mencoba menghubunginya namun tidak ada 1 panggilan pun yang terjawab. Entah hanya perasaanku saja, atau memang malam ini terasa sepi?. Ucap Freya yang bergumam sembari melihat ke arah luar jendela.
(TOOKKK TOOKKK TOOKKK) Suara pintu depan yang terketuk
“ Siapa?”. Tanya Freya dengan sedikit meninggikan suaranya
“. . . . . . . .” Tidak ada jawaban sama sekali dari luar.
(TOOKKK TOOKKK TOOKKK) Suara pintu depan yang kembali terketuk
“ Siapa?. Dengar yaa, tidak lucu sama sekali jika ingin bercanda saat ini?!”. Freya yang mulai merasa ada yang tidak beres, mengambil sebuah tongkat yang ada di depannya.
(TOOKKK TOOKKK TOOKKK) Suara pintu depan yang kembali lagi terketuk.
Freya mulai berjalan dengan sangat hati hati dan mengintip dari jendela kecil yang berada di ujung dapur dimana pintu depan dapat terlihat jelas dari sini.. Freya terkejut melihat 3 orang pria bertubuh tinggi dan berbadan besar berdiri terdiam di depan pintu yang membuat Freya menutup mulutnya dengan kedua tangan dan diam sejenak untuk berpikir.
Apa yang ahrus aku lakukan?. Bukankah Buronan polisi itu tidak akan bisa sampai kemari lagi?!. Freya yang bergumam dalam hari akhirnya memberanikan diri dengan memegang pisau dapur di kedua tangannya. Mencoba bersembunyi, namun secara tiba tiba..
(WEEE OOOO WWEEE OOO) Suara alarm Rumah Ardiaz yang berbunyi sangat keras.
Mendengar bunyi alarm itu, seketika ketiga pria itu berlari dan berhasil ditangkap oleh para Nelayan yang berlari kearah kediaman Ardiaz untuk melihat kondisi Freya. Adhi yang mendengar bunyi Alarm pun kemudian datang dan langsung menghubungi Ardiaz untuk segera kembali karena Freya terlihat begitu ketakutan dengan memegang pisau di kedua tangannya.
“ FREYA!”. Ardiaz sedikit berteriak saat turun dari mobil dan berlari masuk ke dalam rumah
“ Dia ada di kamarnya..” Ucap Adhi bersama beberapa Nelayan yang masih berjaga di halaman Rumah Ardiaz.
Ardiaz kembali berlari dengan tidak memperdulikan lumpur di sepatu dan bajunya, hanya untuk segera melihat Freya yang bersembunyi dari balik Lemari besar. Ardiaz menundukkan tubuhnya dengan mengulurkan salah satu tangannya kepada Freya dengan tersenyum hangat..
“ Apa... Urusanmu... Sudah selesai?”. Ucap Freya dengan masih sedikit ketakutan.
“ Maaf, maafkan aku Freya. Kemarilah..” Ardiaz masih mengulurkan tangannya menunggu hingga Freya akhirnya menggapai dan menggenggam tangannya dengan langsung menarik dan memeluk Freya
“ Apa kau terluka?. Kau baik baik saja?”. Ucap Ardiaz dengan terus memeluk erat Freya.
“ Alarm dan CCTV yang terpasang berfungsi sempurna.. Aku baik baik saja..” Balas Freya yang akhirnya menyandarkan dirinya pada Ardiaz merasa sangat lega dan nyaman.
*******
-Keesokan harinya-
Seperti sebelumnya, semua warga kembali berkumpul dengan Ardiaz dan Adhi serta beberapa Nelayan yang mencoba menjelaskan tentang kejadian semalam kepada Pak Danu, Bu Nisa, dan Pak Farhan. Terlihat kesal mereka langsung menggiring ketiga pria para Buronan polisi itu menuju Hutan liar belakang dan sudah tidak perlu ditanyakan kembali apa yang terjadi pada mereka bertiga.
“ Kau sungguh akan bekerja hari ini?.” Tanya Ardiaz pada Freya penuh khawatir
“ Ya, maaf aku membuatmu khawatir.. Aku hanya belum terbiasa dengan semua ini..” Balas Freya
“ Agar kau tidak khawatir, aku akan mengantarnya.. Kebetulan aku ada urusan ke sana..” Ucap Adhi sembari menepuk pundak Ardiaz yang mengijinkannya mengantar Freya.
Apa itu mobil ambulance?. Kenapa mengarah ke kediaman Ardiaz?. Gumam Freya dalam hatinya saat berada di mobil Adhi bersimpangan dengan sebuah mobil lainnya.
Ardiaz setuju untuk melakukan Otopsi pada kedua pria yang tewas semalam. Pak Danu yang menunggu hasil pun meminta Ardiaz untuk segera menghubunginya mengingat kejadian yang dialami juga oleh Freya. Dengan serius Ardiaz pun bekerja pada ruang kerjanya di Gudang kayu hingga lupa waktu akan Freya yang ternyata sudah pulang bekerja.
“ Kenapa lampu gudang kayu menyala?.” Ucap Freya dengan penuh rasa Penasaran.
Freya memberanikan diri untuk berjalan dan masuk kedalam Gudang kayu yang terlihat tidak dipakai dan hanya dijadikan tempat penyimpanan barang yang tidak digunakan. Namun seketika anggapan itu berubah disaat Freya melihat sebuah pintu yang terbuka dengan lampu yang kembali menyala.
“ Kenapa di sini dingin sekali?”. Ucap Freya sembari terus berjalan dan memeluk dirinya sendiri
Terhenti pada sebuah tirai plastik tebal, terlihat bayangan seorang pria dengan 2 buah ranjang besi yang tertutup sebuah kain putih.. Pria itu menggunakan Baju khas Kedokteran saat sedang melakukan tindakan operasi dimana saat Freya mencuri pandang, ternyata pria itu tidak lain adalah Ardiaz.
(BRAAAKKKK TRRAANNGGGG) Suara meja berisi pisau bedah dan lainnya yang tidak sengaja terdorong oleh Freya hingga jatuh berantakan
“ Kau?. Apa yang kau lakukan di sini?”. Ucap Ardiaz dengan masih menggunakan masker dan memegang Pisau bedah di tangannya
“ Maaf, aku tidak tahu kau sedang bekerja.. Aku melihat cahaya saat pulang, karena penasaran aku...” Freya seketika terdiam melihat Ardiaz yang mengerutkan Dahi dan Alisnya
“ Tunggu, jangan kesana.. FREYA BAHAYA!!.” Ardiaz langsung berlari dengan spontan menarik tubuh Freya.
Lantai ruangan yang steril dan mengharuskan memakai sepatu khusus saat masuk, membuat Freya tergelincir tanpa sadar menyalakan Gergaji otopsi yang digunakan memotong tulang, hingga mengenai salah satu kepala dari salah satu mayat tersebut.
“ Apa itu.. Isi kepala?”. Freya yang terkejut diam mematung di dekapan Ardiaz.
“ Lalu, Apa isi kepalamu?!”. Tanya Ardiaz dengan nada sedikit kesal.
“ Aku tidak tahu ada kabel disini, kenapa kau tidak merapikan kabel kabel ini? Apa kau tidak tahu itu berbahaya?!.” Freya yang berbalik menyalahkan Ardiaz mencoba melakukan perlawanan diri.
“ Kau.. Menyalahkanku?. Ini ruang kerjaku!.” Balas Ardiaz.
“ Karena itu aku mau meminta maaf karena sudah masuk kemari tanpa ijin! Aku...”
“ Freya, jangan bergerak.” Ucap Ardiaz yang tiba tiba melalui Freya untuk menghampiri Mayat.
Dalam tindakan Freya yang terlihat mencari masalah, Ardiaz menemukan sebuah Butir Peluru yang bersarang di dalam kepala salah satu mayat tersebut. Tanpa berpikir lama, Ardiaz memindahkan Mayat satunya dan membedah bagian kepalanya yang juga ditemukan Sebuah peluru yang bersarang di kepalanya.
“ Peluru ini berukuran sangat kecil..” Ucap Freya saat melihat Ardiaz mengarahkan tangannya kearah cahaya.
“ Ya, dengan peluru seperti ini akan sangat mudah membuat seseorang menghembuskan nafas terakhirnya tanpa bersuara nyaring.. Senjata yang digunakan biasanya dibuat oleh Pengrajin khusus pembuat senjata.” Balas Ardiaz yang mencoba menjelaskan pada Freya.
“ Apa menurutmu, pengrajin itu ada di pulau ini juga?”. Tanya Freya sembari menatap Ardiaz.
“ Freya, tunggu.. Kenapa Bahu kananmu merah? Apa itu darah?”. Tanya Ardiaz dengan langsung membuka paksa kemeja yang dikenakan Freya.
“ OooUuww..” Rintih Freya kesakitan.
Tersadar akan dirinya yang masih memegang pisau bedah saat menarik Tubuh Freya, alih alih agar tidak terkena alat Gergaji Otopsi, justru Ardiaz melukai Bahu Freya dengan tanpa sadar merobek lurus kemeja dan mengenai Bahu kanan Freya.. Kebodohan apa lagi yang terjadi hari ini?!. Ucap Ardiaz dalam hatinya dengan merasa kesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments