Kesadaran akan ketidak hadiran orang terkasih yang membuat menunggu begitu lama akhirnya semakin menimbulkan kecurigaan, tak ingin terduduk dengan termenung menunggu kedatangannya, kaki pun mulai berlari untuk mencari mengikuti kata hati.
“ Diaz, Kau mau kemana?”. Ucap Adhi saat melihat Ardiaz mencoba berlari keluar.
“ Freya.. Dia belum juga kembali. Ada salah satu wanita berkata bahwa Freya menuju Gedung tua, tapi entah kenapa aku merasa tidak tenang.” Balas Ardiaz.
“ Perlu kutemani?, aku akan membawa mobilku.” Tanya Adhi.
“ Terima kasih.” Balas Ardiaz sembari tersenyum dengan menepuk pundak Adhi.
Ardiaz pun segera berlari menuju mobilnya diikuti Adhi yang menyusul dari belakang. Bu Nisa yang sempat melihat tingkah Ardiaz dan Adhi yang terlihat gelisah dan terburu buru, segera menghapiri suaminya dan juga untuk berbicara dengan beberapa warga adat kepulauan.
“ Pak, ibu melihat Ardiaz pergi terburu buru dengan mobilnya barusan..”
“ Apa?. Kemana anak itu pergi?”. Tanya Pak Danu yang mulai khawatir.
“ Tidak tahu, tapi Freya masih belum kembali, sepertinya ia mencarinya.”
“ Apa kita kelewatan?. Freya bukan berasal dari sini, pasti perlu penyesuaian untuknya, bukan?”.
“ Kenapa kita tidak berpikir kesana Pak?. Bagaimana ini?.” Bu Nisa pun sudah mulai gelisah.
“ Maaf Bu, Pak.. Saya memberitahu Freya tempat menemukan Pohon cendana..” Ucap seorang wanita yang tiba tiba berjalan menghampiri.
“ Jangan bilang, kau menyuruhnya untuk ke...”
“ Ya Bu, Gedung tua..” Ucap wanita itu dengan menundukkan kepalanya merasa bersalah.
Bu Nisa seketika terhuyung karena merasa lemas dan terduduk pada sebuah bangku.. Pak Danu yang menahan tubuhnya pun memberikan pandangan bertanya dan khawatir seolah berkata, bagaimana ini pada satu sama lain.. Terdiam tak dapat berkata lagi, mereka semua pun akhirnya hanya dapat berdiri mematung menatap satu sama lain.
Di sisi lainnya, Freya yang mencoba untuk bertahan hidup memutuskan untuk menerobos barang barang usang yang penuh dengan kotoran dan sarang laba laba mencoba mengelabuhi para buronan polisi itu setelah berhasil masuk dan sedikit memanjat cerobong asap tua yang usang.
“ SIAL!. Kemana gadis itu?! Bisa bahaya jika kita sampai kehilangan dia lagi!”.
“ Boss sudah pergi dan barang pun sudah dibawa. Sekarang kita fokus menemukannya. Aku yakin dia masih berada dalam bangunan ini. Kita berpencar.”
Ucap Kedua pria bertubuh besar dengan membawa alat pemukul kasti dan pisau di tangannya. Melihat salah satu pria itu berpencar, Freya tertegun penuh gugup dari balik sebuah lubang yang membuatnya frustasi akan seorang pria yang mencoba berjalan mendekatinya dan menyingkirkan barang barang yang menghalangi langkahnya.
Bagaimana ini?. Kemana aku harus pergi lagi?!. Panjat Freya, panjat lebih tinggi... Gumam Freya dalam hatinya, terus menggerakan kaki dan tangannya untuk bergerak senada agar tidak terjatuh.
Freya memanjat hingga tubuhnya sudah tidak mampu lagi menahan berat tubuhnya, terlebih dengan keterbatasan oksigen akibat cerobong asap yang sudah di penuhi debu. Jantung Freya yang berdebar, seolah dapat terdengar keluar dengan kembali mengatur nafasnya, Freya menadahkan kepalanya keatas dan menyandarkan tubuhnya pada dinding kasar di belakangnya.
“ SIAL!. SIAL!. Kenapa aku yang harus mencari gadis itu?!. Lihat saja jika kau kutemukan, akan kuhabisi hingga titik terakhir darahmu menetes!.” Ucap Pria pembawa pisau yang kesal karena harus memindahkan barang barang saat ingin berjalan menuju cerobong asap.
Ardiaz, apa kau mendengarku?... Tolong aku... Kumohon, datanglah.... Ucap hati Freya dengan mulai menitikkan airmatanya karena merasa begitu takut dan tersudut akan tidak ada upaya lain yang bisa dia lakukan untuk menyelamatkan diri.
Gerungan Mobil Ardiaz dan Adhi terdengar dari kejauhan, membuat salah satu pria yang menyadari kedatangan mereka segera berlari menuju pria satunya memberitahu bahwa keadaan tidak aman dan harus segera meninggalkan gedung itu. Dengan penuh amarah, kedua pria itu pun langsung berlari dan Ardiaz serta Adhi pun langsung berlari setelah memarkirkan mobil mereka.
“ Apa ini, robekan baju Freya?”. Tanya Adhi pada Ardiaz sembari memberikan kain itu.
“ FREYA!!. FREYA, KAU DIMANA?!. FREYA!!”. Teriak Ardiaz berkali kali dengan berlari mengitari gedung dengan penuh kepanikan.
“ Aku akan coba cari di halaman.” Ucap Adhi pada Ardiaz dengan langsung berpencar.
Ardiaz kembali berlari dengan sangat cepat menuju lantai atas gedung dimana terlihat barang barang usang yang berserakan dan hancur berantakan. Kedua tangannya kembali mengepal dengan air liur yang tersendat di tenggorokannya. Kedua matanya tidak berpaling dari sebuah cerobong asap tua dengan kembali berlari dan menendang apa pun di depannya.
“ FREYA.. APA KAU DISINI? FREYA JAWAB AKU!”. Teriak Ardiaz yang tidak dapat melihat karena kondisi yang gelap dan pengap.
“ Too longgg.. Aaa.. d..ah.. Ti..dak.. a..han..” Balas Freya dengan terbata bata.
Merasa tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Freya, Ardiaz mengambil Handphone dari dalam sakunya dan mengarahkan Flashlight kearah atas Cerobong asap dimana Freya masih mencoba menahan berat tubuhnya yang terlihat mulai goyah dan bergetar.
“ FREYA, AKU ADA DI BAWAH. KAU BISA TURUN PERLAHAN?. AKU AKAN MENANGKAPMU! PERCAYALAH!”. Balas Ardiaz dengan sedikit meninggikan suaranya.
Mendengar perkataan Ardiaz, Freya sedikit demi sedikit menggerakkan tubuhnya dengan menahan menggunakan kedua kakinya untuk mendorong tubuhnya agar sedikit demi sedikit bergerak mundur ke bawah. Namun dengan kondisi Freya yang mulai merasa lemah, kakinya terlipat hingga punggungnya menggores dinding kasar dan terjatuh ke bawah dengan cepat.
(ZRREETTT ZRREEETTT BREEEKKKK) Suara Baju Freya yang terobek akibat dinding kasar yang mengenai punggungnya.
“ Aku menangkapmu. Kau tidak apa apa.. Tenanglah.” Ucap Ardiaz saat menopang tubuh Freya yang tergelincir turun dan tersandar pada Ardiaz lemas.
Ardiaz yang kembali melihat luka goresan di punggung Freya akibat bajunya yang terobek panjang, dengan sigap melepas jaket yang dikenakannya dan langsung menutupi tubuh Freya. Menatap wajah Freya yang terlihat pucat dengan nafas yang tersenggah, Ardiaz kembali menggendong Freya dan berjalan menuju mobilnya yang terparkir.
“ Diaz, bagaimana kondisinya?”. Ucap Adhi yang langsung berlari menghampiri.
“ Aku akan membawanya pulang, bisakah kau membantu menjelaskan pada Bu Nisa, Pak Danu, dan yang lainnya?”. Balas Ardiaz sembari menutup pintu mobil.
“ Tenang, aku akan beri penjelasan pada mereka.. Semoga Freya tidak apa apa.” Adhi tersenyum dan menepuk pundak Ardiaz membiarkan mereka berlalu pergi.
Ardiaz mengemudikan mobilnya secepat mungkin dengan sesekali membelokkan pandangannya kearah belakang dimana Freya tertidur dengan sedikit rintihan menahan rasa sakit atas luka goresan di punggungnya yang panjang. Begitu sampai Ardiaz membaringkan Freya secara tengkurap dan tanpa basa basi merobek dan melepaskan tali penyangga dadanya yang masih terpasang.
“Maaf, aku... Selalu merepotkanmu...”. Ucap Freya bernada lemas.
Ardiaz tidak menanggapi perkataan Freya dengan langsung mengambil kotak obat serta keperluan lainnya yang diperlukan.. Freya merintih kembali dengan semakin terlihat pucat mengingat darah yang juga menetes dengan usapan lembut cairan Antiseptic yang dilakukan Ardiaz saat mengobati luka Freya dengan sangat hati hati.
“ Aku sempat mendengar bahwa kedatangan mereka ke Gedung tua itu adalah untuk mengambil sebuah barang.. Mungkin... Ada sesuatu disana, atau...”
“ Atau kau terlalu bodoh untuk berbicara. Minumlah obat ini dan Istirahatlah. Kita bicarakan lagi nanti”. Balas Ardiaz setelah selesai memberikan obat terakhir dan membalut lukanya.
“ Ardiaz, ada seseorang disana.. Sebelum para Buronan polisi itu datang, aku melihat seseorang berlari kearah belakang gedung saat aku mencoba menghampiri salah satu Pohon Cendana..”
“Freya, kau tidak dengar apa yang kukatakan?. Kita bicarakan nanti saat kau sudah me..”
“ Tidak, aku ingin memberitahumu saat masih ingat.. Aku takut lupa jika menundanya..” Freya menarik tangan Ardiaz yang mencoba berdiri, agar segera terduduk kembali.
“ Baiklah, aku mendengarkan.”
“ Pria itu.. Dia membawa sebuah tas, menggunakan topi berwarna hitam dengan jahitan tulis berwarna merah.. Lalu... Dia... Berkaca... mata.......” Ucap Freya yang sudah tidak kuat, tertidur akibat efek obat yang diberikan Ardiaz.
Selepas Freya tertidur, tiba tiba terdengar suara dari luar Cottage dimana beberapa warga datang bersama dengan Bu Nisa dan Pak Danu dengan membawa berbagai makanan dan minuman. Ardiaz segera berdiri dan berjalan keluar dengan menutup pintu ruang kamar, agar Freya tidak terganggu oleh suara gaduh dan dapat beristirahat.
“ Nak, bagaimana kondisi Freya?. Ibu dengar dia terjatuh dari atas pohon dan terluka parah karena mencoba mengambil batang kayu cendana?”. Ucap Pak Danu Khawatir.
Ardiaz langsung melihat kearah Adhi yang memalingkan wajahnya dengan bersenandung, berpura pura tidak tahu.. Ardiaz menghembuskan nafas panjang dan akhinya mengikuti alur cerita yang di buat oleh Adhi agar tidak menimbulkan kecurigaan warga.
“ Ibu, boleh melihat kondisi Freya saat ini?”. Ucap Bu Nisa yang terlihat begitu mengkhawatirkan dengan langsung berlalu pergi menuju kamar setelah Ardiaz mengijinkannya.
“ Maafkan kami nak.. Kami lupa bahwa Freya masih memerlukan adaptasi dengan kebiasaan adat yang kita lakukan disini.. Seharusnya kami lebih peka, Maaf.” Ucap Pak Danu dengan mengeleng gelengkan kepalanya seolah merasa kalut dengan keputusannya hingga Freya terluka.
“ Tidak apa Pak. Freya juga sebelumnya setuju setelah Bu Nisa menjelaskan, bukan?. Jadi, Freya juga pasti mengerti.” Balas Ardiaz dengan sedikit tersenyum.
Belum lama berbicara, Bu Nisa berjalan keluar dengan mencoba menahan tangisnya.. Sontak para warga dan Pan Danu pun menyadari akan kondisi luka Freya yang benar benar terlihat parah. Semua menundukkan kepalanya dengan menyalahkan dirinya sendiri dan merasa malu kepada Ardiaz yang dianggap sebagai orang penting yang mereka hormati.
“ Tidak apa apa. Aku akan mencoba mengobati Freya lebih cepat, agar bisa menemui kalian kembali dan baru kita adakan jamuan makan besar”. Ucap Ardiaz dengan tersenyum.
“ Benarkah?, Maafkan aku Ardiaz.. Aku tidak ber..”
“ Aku tahu bu. Anda hanya berniat membantu Freya.” Ardiaz kembali tersenyum pada wanita yang memberitahu Freya dimana lokasi Pohon cendana dapat di temukan.
“ Baiklah semuanya, mari kita pulang dan biarkan Diaz mengobati istrinya.. Jangan kita ganggu lebih lama lagi.” Ucap Adhi sembari tersenyum.
Semua berlalu pulang dan menyerahkan makanan dan minuman yang ditinggalkan untuk Ardiaz dan juga Freya.. Adhi memeluk Ardiaz seraya berbasa basi dan memukul pundaknya kembali mencoba memberikan semanagat pada Ardiaz yang tersenyum padanya.
*******
-Pertengahan malam-
Freya terbangun karena merasa haus. Dengan hanya menggunakan selimut tipis berbahan kain, Freya menutupi tubuhnya yang tidak menggunakan sehelai baju sama sekali dan berjalan keluar untuk mengambil segelas air. Namun tanpa disadari, ternyata Ardiaz masih terjaga dengan menonton pertandingan Bola di ruangan tengah dan akhirnya menyadari Freya yang terbangun.
“ Ada apa?, kau butuh sesuatu?”. Tanya Ardiaz dengan melangkah mendekati Freya.
“ Aku... Merasa haus..” Balas Freya.
“ Tunggu di kamar, akan aku ambilkan.”
“ Apa itu makanan?, kenapa banyak sekali?”. Tanya Freya saat melihat meja makan yang penuh dengan piring dan menu makanan.
“ Apa kau lapar?. Makanan yang disajikan untuk jamuan kita, diantarkan kemari oleh beberapa warga serta Bu Nisa dan Pak Danu.” Ucap Ardiaz dengan menatap Freya.
“ Apa?. Lalu.. Apa yang.....”
“ Adhi, mengarang cerita mengatakan kau terjatuh lepas landas dari atas pohon saat mencoba mematahkan batang pohon cendana..”.
Freya pun terdiam dan hanya tertegun pada Ardiaz yang mencoba memalingkan pandangannya dari Freya saat menjelaskan. Aaahh, pasti kini aku mendapatkan julukan sebagai cewe lemah, mengingat Pohon Cendana yang tidak begitu sulit untuk di panjat!. Apa? aku terjatuh dari atas pohon?!. Gumam hati Freya sembari membayangkan seekor anak monyet yang terjatuh dari atas pohon.
Ardiaz sedikit tertawa melihat reaksi penolakan Freya yang mengerutkan keningnya dan bibirnya yang berkata tanpa mengeluarkan suara.. Mengerti akan sedikit rasa kesal Freya, Ardiaz berjalan mengambil segelas air dan memberikannya kepada Freya.
“ Terima kasih..” Ucap Freya sembari memberikan gelas kosong kepada Ardiaz.
“ Masuklah kembali, jangan bergerak terlalu banyak dan istirahatkan tubuhmu.”
“ Tunggu, apa aku sudah memberitahu tentang seorang pria yang ku lihat saat berada di gedung tua?”. Freya menarik lengan baju Ardiaz agar dia menatapnya.
“ Ya, kau sudah menceritakannya sebelum kau tertidur.”
“ Ada 1 hal lagi, sebelum aku berjalan masuk ke dalam gedung, ada sebuah mobil sedan hitam yang terparkir dengan Logo yang sepertinya aku pernah lihat disuatu tempat..”
“ Logo?. Kau yakin?”.
Ardiaz langsung mengambil Laptop dari dalam kamarnya dan mencoba mencari Logo menurut dengan apa yang dikatakan dan digambarkan oleh Freya. Mereka berdua bekerja sama hingga akhirnya muncul sebuah Logo Rumah Sakit yang akhirnya Freya ingat.
“ Kau yakin?”. Tanya Ardiaz pada Freya.
“ Ya, daya ingatku terbilang bagus sejak dulu. Lingkaran biru kuning ini dan juga garis putih ditengahnya.. Ini Logo yang menempel pada mobil itu..”.
“ Ini Rumah sakit tempatku bekerja, serta Almarhum ayah dan ibuku bekerja.”
“ APA??”
Freya menatap pada Ardiaz yang masih menatap tajam pada Laptopnya dengan keseriusan yang begitu kental terlihat. Mencoba untuk membiarkannya, tanpa sadar Ardiaz menatapa pada Freya seakan akan menemukan sebuah jawaban. Namun, saat Ardiaz akan berkata..
(KRUUKKK KRRUKK GRRR) “ Eehehe, Tiba tiba aku merasa lapar.. Apa kau lupa aku belum makan sejak siang kemarin?”. Pangkas Freya mencoba menutupi rasa malunya karena bunyi perutnya yang terdengar nyaring.
Ardiaz terdiam dan mengingat dengan apa yang dikatakan Freya adalah benar adanya. Namun dengan penampilan Freya yang hanya menggunakan selimut kain tipis yang menutupi tubuhnya, membuat sisi lain Ardiaz yang ingin menyentuhnya muncul. Mencoba untuk berpikir jernih dan mengalihkan pikirannya, Ardiaz melangkah pergi menuju dapur.
“ Kau juga merasa lapar?”. Tanya Freya dengan polos berjalan di belakang Ardiaz.
“ Kau.. Lebih baik duduk sebelah sana.” Ucap Ardiaz yang menunjuk bangku diurutan ketiga, jauh dari tempatnya terduduk.
Ada apa dengannya?, sebelumnya dia mengijinkanku untuk duduk di sebelah atau di depannya! Apa dia sedang marah padaku?. Tapi, kenapa?. Gumam Freya dalam hati dengan berjalan mengikuti perintah Ardiaz dan terduduk di tempat yang Ardiaz pinta.
“ Maaf bisa kau ambilkan daging ikan itu?”. Ucap Freya.
“ Ini?”. Ardiaz mengarahkan piring yang berada disampingnya pada Freya.
“ Bukan yang di bakar, aku ingin yang bumbu saos asam manis..” Balas Freya.
Ardiaz yang terlihat bingung dengan semua menu makanan yang hampir terlihat sama, membuat Freya berdiri dan berjalan untuk mengambil sendiri menuju kearah Ardiaz. Sembari berjalan tanpa sadar, selimut kain tipis yang berada di pundak Freya terkulai kebawah hingga tanpa sadar setengah dada Freya yang putih terlihat begitu jelas oleh Ardiaz.
(BRAAKKKK TRAANGGG) Suara gelas yang terjatuh mengenai piring saat Ardiaz mendorong kursinya kebelakang secara tiba tiba.
“ Maamaaf, aku tidak lapar. Kau habiskan saja semuanya.” Ucap Ardiaz sembari menutupi bagian tengah celana dengan kedua tanganya, berlalu pergi melewati Freya.
“ Apa? Semua?. Kau pikir aku gentong raksasa atau Gorila berjalan?... Hey Ardiaz?!.. Ada apa dengannya?, aneh sekali..” Ucap Freya dengan polos, memakan makanan yang dia inginkan.
Ardiaz masuk kedalam kamarnya dan mendorong meja kerjanya untuk menutupi pintu agar tidak terbuka. Mencoba menjaga nafas dan pikirannya, Ardiaz mengalihkan dengan melakukan sedikit gerakan olahraga hingga dia merasa kelelahan.
" Tahan dirimu!. Dia sedang terluka!. Perban. Stetoskop.. Perban. Termometer.. Kain kassa. Kain selimut tipis.... ARRGGHHH ARDIAZ!! Kau sudah gila?!”. ~ ~ ~ ~".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments