Impian dan cita cita sering kali mendatangkan keraguan yang membuat kita bertanya akan pilihan apa yang seharusnya kita ambil. Tak lepas akan menimbulkan konsekuensi batin, Resiko di luar itu pun datang menanti meski siap atau tidak siap.
“ Maaf, Bu.. Pak.. Bisa anda katakan lagi?”. Balas Freya dengan terkejut.
“ Hari ini kami memanggilmu untuk menawarkan Program Studi S2 tentu dengan Beasiswa..” Balas salah satu Dosen.
“ Apa kau memiliki cita cita untuk melanjutkan studimu?, sangat di sayangkan dengan usiamu yang sangat muda ini, kau bisa mengambil program studi dimana saat lulus bersama mereka di usia yang sama, kau memiliki perbedaan dengan mendapat 2 gelar sekaligus..”
“ Apa... Keputusan ini harus di tentukan saat ini juga? Atau bisa saya pertimbangkan?”.
“ Tentu pikirkan dengan baik.. Awal Perkuliahan di mulai 3 bulan lagi.. Jadi masih banyak waktu untuk kau pertimbangkan..” Balas Dosen itu dengan tersenyum pada Freya.
Berjalan keluar ruangan Freya tertegun karena merasa bingung dengan keputusan apa yang harus dia ambil.. Memutuskan untuk berkumpul bersama teman temangnya yang lain di sebuah Kantin kampus, secara tidak sengaja Freya mendengar pembicaraan yang kembali membuat gelisah..
“ Hey, apa kau dengar berita tentang Pak Jodi dan si Rara.. Kudengar mereka menjalin hubungan di belakang secara diam diam” . “ Ooohh pantas saja nilai Rara tinggi!!. Menyebalkan sekali!!” . “ Mereka tertangkap saat sedang makan bersama di salah satu Resto” . “Bahkan kudengar dia mendapat Beasiswa untuk Studinya.. Memalukan sekali!”.
Terhenti pada sebuah sendok dan garpu yang terpegang, Gelas pun tertumpah akibat tangan Freya yang bergetar.. Tersadar akan kisahnya dengan Ardiaz yang tidak terlalu jauh berbeda, dia pun hanya menundukkan kepalanya merasa bingung dengan apa yang harus dia lakukan.
Bagaimana ini?, keputusan apa yang harus ku pilih?. Gumam Freya dalam hatinya yang jauh dari dalam lubuk hatinya menginginkan untuk melanjutkan Studi, namun Ardiaz yang sebagai suami menjadi Dosen pengganti utama di Kampusnya.
“ Hey Freya! Kudengar kau mendapat program lanjutan S2?. WOW!! Kau akan ambil bukan?.” Ucap Dion sembari memukul pelan tangan Freya.
“ Beasiswa yang ditawarkan pun kudengar dari sponsor perusahaan ternama.. Pasti sangat menjanjikan.. Hey Freya, siapa tahu Manager atau CEO itu masih muda dan tertarik padamu seperti cerita cerita di Film..” Ucap Misca yang dengan imajinasinya tertawa tanpa beban.
Mendengar perkataan Dion dan Misca saat ini, membuat Freya semakin menundukkan kepalanya bahkan tak urung membuatnya mengacak acak rambutnya hingga membuat Dion dan Misca mengerutkan alisnya melihat tingkah laku Freya..
Menjelang malam langkah kaki Freya terhenti disaat seorang pria berdiri di depan pintu rumah yang sebelumnya.. Siapa pria itu?, apa yang sedang dia lakukan?, kenapa aku merasa seperti pernah melihatnya?. Gumam Freya melihat pria yang berdiri dengan memainkan Handphonenya.
“ Maaf, anda siapa Pak?.” Tanya Freya pada Pria itu.
“ Aaahh kau pasti Freya, bukan?”. Balas Pria itu.
Freya menatapnya dengan penuh curiga dan mulai menjaga jaraknya.. Dengan mulai mengambil posisi siap untuk memukul atau berlari, pintu rumah tiba tiba terbuka dengan Tante Maya yang terlihat serius berjalan keluar sembari membawa Handphone di tangannya.
“ Freya.. kau sudah pulang Nak?..” Ucap Tante Maya dengan sedikit terkejut.
“ Siapa pria itu Bu?”. Balas Freya spontan.
“ Freya, apa kau lupa siapa aku?. Aku adalah pamanmu.. Handy..” Balas pria itu.
“ Bekas Paman lebih tepatnya.” Ucap Tante Maya yang memotong pria itu berbicara.
Freya tersadar akan ingatannya yang buram disaat Pria itu meninggalkan Tante Maya begitu saja saat mengetahui kondisi Tante Maya yang tidak bisa memberikan keturunan.. Usia Freya yang saat itu masih terbilang anak anak, melihat Tante Maya menangis pilu karena kepergiannya.
“ Lalu, apa yang kau lakukan di sini?”. Balas Freya sinis.
“ Freya begini.. Aku ingin...”
“ Jangan katakan kau ingin berbaikan dengan Ibu dan menikah kembali dengannya!.” Freya menatap pria itu dengan menatapnya penuh amarah.
“ Freya, setiap orang bisa melakukan kesalahan bukan?, aku adalah Pamanmu Freya.. Kau sudah tumbuh besar sekarang..” Balas pria itu sembari mencoba berjalan mendekati Freya.
“ Berhenti. Jaga jarakmu dariku!.” Ucap Freya sedikit mengancam.
Tatapan Handy terlihat berbeda saat ini.. Membelakangi Tante Maya, Handy melihat Freya seakan penuh Hasrat seolah membayangkan hal yang tidak tidak di benaknya.. Freya yang merasa risih akan tatapannya, mencoba berlalu melewati Handy dan berjalan menghampiri Tante Maya.
“ Tunggu Freya!”. Balas Handy yang tiba tiba menarik tangan Freya.
“ HANDY! APA YANG KAU LAKUKAN?! KAU SUDAH GILA?”. Ucap Tante Maya penuh emosi mencoba melepaskan genggaman tangannya dari Freya.
“ Saaakit.. Lepaskan tanganku!.” Ucap Freya dengan menatap Handy.
“ Sejak kapan kau tumbuh menjadi wanita secantik ini??”.
(PLLAAKKK) Suara tamparan yang dilakukan Tante Maya kepada Handy.
“ Lepaskan tanganmu darinya, atau...”
“ Atau apa Maya?! Apa yang bisa kau lakukan?? Atau apa, HAH?!”
“ Atau aku akan membuat perhitungan denganmu!”.
Mendengar suara seorang pria lainnya yang berjalan masuk dari pagar pintu masuk, Freya merasa lega dan begitu bahagia melihat Ardiaz dengan gagah melangkah masuk dengan posisi seolah siap untuk bertarung dengan Handy.
“ Siapa kau anak muda?. Berani sekali berbicara tidak sopan?!. Apa orang tuamu tidak mendidikmu?”. Ucap Handy menatap Ardiaz dengan masih menggenggam tangan Freya.
“ Orang tuaku mengajarkan untuk bersikap hormat pada orang yang memang pantas untuk di hormati. Jadi, sampai kapan tangan kotormu itu mau memegangnya?”. Balas Ardiaz.
“ Anak muda sepertimu bisa apa, HAH?!. Sombong sekali kau, apa kau tahu aku seorang Pengacara ternama?”. Balas Handy dengan nada mengancam.
“ Aku tidak perduli dengan posisimu. Yang kuinginkan, lepaskan tanganmu dari istriku.”
Handy menatap Ardiaz penuh terkejut.. Dia pun mengalihkan pandangannya untuk menatap Freya dan juga Tante Maya yang sedang menatapnya penuh kebencian.. Tak lama sifat buruk Handy terlihat dengan tertawa lepas dan kembali menatap Ardiaz.
“ Hey, anak muda.. Pergilah. Kau tidak mempunyai urusan di sini!. Istri?, siapa yang kau sebut dengan istri?.. Wanita tua ini? Atau Gadis cantik ini?”. Ucap Handy dengan menunjuk kearah Tante maya dan Freya sembari tersenyum miring untuk merendahkan.
“ Ini peringatan terakhirku, lepaskan tanganmu darinya.” Ucap Ardiaz dengan semakin terlihat emosi.
Handy seketika terdiam terkena aura Ardiaz yang begitu mendominan.. Handy mulai merasa perlu melangkah mundur disaat Ardiaz mencoba untuk melangkah dengan melepaskan genggaman tangannya yang sontak membuat Freya langsung berada di pelukan Ardiaz.
Dengan masih memeluk Freya, Ardiaz kembali menatap tajam Pria yang bertubuh tidak lebih tinggi darinya dan juga berjalan melewatinya untuk berdiri dihadapan Tante Maya yang juga sedikit terlihat ketakutan dalam menghadapi Handy.
“ Ku lihat.. Pria muda itu seperti melindungi kalian.. Untuk apa?, toh aku tidak berniat untuk melukai kalian bukan?.. Kedatanganku hari ini hanya ingin bertegur sapa setelah sekian lama..”
“ Pergi Handy. Kami tidak ingin melihatmu!.” Balas Tante Maya tegas dari balik tubuh Ardiaz.
Mendengar perkataan Tante Maya, sontak membuat Handy langsung terlihat emosi dan ingin melampiaskan emosinya. Namun dengan Ardiaz yang menatapnya sangat tajam, Handy terdiam dan memilih untuk berjalan mundur untuk meninggalkan rumah..
“ Aku akan berkunjung kembali lain waktu.” Ucap Handy sembari membalikkan tubuhnya.
“ Aku kau tidak mendengarnya?, mereka tidak ingin bertemu denganmu lagi. Jadi, untuk apa kau datang kemari?”. Balas Ardiaz dengan masih merangkul Freya di dekapannya.
“ Aku tadinya tidak ingin mencari masalah, tapi aku tidak tahan dengan sikap sombongmu itu anak muda.. Jadi kemarilah jika kau berani!.” Handy kembali membalikkan tubuhnya dan menatap Ardiaz dengan penuh menantang.
Mendengar perkataan Handy, Freya yang tahu akan sikap tegas Ardiaz pun langsung menarik kemeja yang di kenakan Ardiaz lalu mendekap pinggang Ardiaz mencoba menahan pergerakan tubuhnya. Ardiaz yang menyadari maksud dari tindakan Freya, memilih untuk mendengarkannya..
“ Aaahh, jadi kau takut?.. Sudah kuduga, nyalimu hanya sebatas itu!.” Balas Handy dengan kembali tertawa menyeringai penuh menghina.
“ Jujur, jika istriku tidak menghentikanku saat ini serta Ibu yang menundukkan kepalanya karena merasa malu dan takut, percayalah.. Dengan senang hati aku mengirimmu ke Rumah sakit untuk melakukan perawatan.” Balas Ardiaz dengan menatap tajam kembali.
Handy kembali terdominasi oleh Ardiaz yang mencoba menahan emosinya dengan berjalan mundur dan kembali membalikkan tubuhnya dengan tidak lagi berkata. Handy segera keluar dan berjalan menuju mobilnya yang terparkir dan berlalu meninggalkan rumah.
“ Ayo kita masuk ke.. Dalam..” Ucap Tante Maya dengan masih terlihat gugup.
Begitu masuk Freya langsung menarik tangan Tante Maya yang ternyata sudah tidak kuasa untuk menahan air matanya.. Freya langsuung memeluk erat dan membiarkannya menangis sangat pilu hingga membuat Ardiaz pun terdiam membiarkan mereka hingga merasa tenang..
Tante Maya memutuskan untuk beristirahat di dalam kamarnya dengan langsung meninggalkan Freya dan Ardiaz untuk berbincang.. Ardiaz menatap lembut pada Freya yang berakhir pada Freya yang bersandar kembali di pelukan Ardiaz..
“ Apa kabarmu?, tanganmu sakit?”. Tanya Ardiaz sembari memeluk Freya
“ Aku baik baik saja.. Kapan kau datang dari pulau?, Adhi mengantarmu?”.
“ Ya, begitu sampai aku langsung kemari..” Balas Ardiaz dengan mengusap lembut rambut Freya.
Freya terdiam sejenak merasa hangat dan nyaman, entah sejak kapan Freya merasa bahwa dalam pelukan Ardiaz dia bisa merasakan itu.. Ardiaz pun membiarkannya dengan terus mengelus lembut rambut Freya yang panjang dan sedikit ikal..
“ Aku.. Mendapat tawaran untuk melanjutkan Studi Program S2..” Ucap Freya dengan masih berada di pelukkan Ardiaz.
“ Aku tahu, karena itu juga aku datang kemari untuk membicarakannya denganmu..” Ardiaz mulai melepaskan pelukannya dan duduk bersama dengan Freya pada sebuah Sofa di ruangan tengah.
“ Freya, apa kau ingin melanjutkan S2?”. Tanya Ardiaz sembari tersenyum dan menggenggam tangan Freya erat.
Freya yang merasa bingung hanya menundukkan kepalanya dan tidak membalas pertanyaan Ardiaz. Melihat Freya yang seperti itu, sudah cukup bagi Ardiaz untuk membaca situasi dan maksud Freya yang tersembunyi di dalam hatinya.
“ Apa kau mau, berkuliah di luar negeri?”. Tanya Ardiaz
“ Apa?”. Freya bertanya dengan penuh terkejut
“ Bukan maksudku mengatakan Universitas di dalam Negeri kurang bagus dan lainnya.. Kampus kita sendiri pun masuk dalam 3 terbaik.. Hanya aku ingin kau memiliki pengalaman lebih jika berkuliah di luar negeri..”
“ Maksudmu..?”
“ Selain bahasa, kau juga bisa memperdalam pengalaman yang jauh lebih kompleks.. Hukum di setiap negara berbeda, kau bisa belajar dari situ untuk mempertajam pengetahuanmu..”
“ Apa kau memintaku berkuliah di tempat kau dulu mengejar gelas Magistermu?”. Tanya Freya.
“ Ya, aku juga memiliki sebuah Apartment yang cukup untuk seorang pasangan muda untuk tinggal.. Kau bisa menempati sambil menempuh study mu.” Balas Ardiaz kembali.
Freya pun terdiam mendengar saran yang diajukan oleh Ardiaz.. Pikirannya pun langsung membayangkan akan percakapan beberapa mahasiswa yang kala itu berbicara di kantin kampus, sehingga cukup membuat Freya mengerti akan apa yang dimaksud oleh Ardiaz.
Namun Freya masih saja terdiam dan belum menanggapi apa yang disarankan oleh Ardiaz, membuat Ardiaz kembali memeluknya erat dan membelai rambut Freya kembali dengan lembut.
“ Jangan berpikiran macam macam. Aku menyarankan ini bukan karena ingin kau jauh dariku atau apa pun itu.. Aku hanya tidak ingin membuat masalah yang menyulitkanmu saat aku mendaftarkan Akta pernikahan yang tertunda itu..”
“ Apa?... jadi, kau serius ingin mendaftarkannya?”. Tanya Freya dengan kembali merasa terkejut.
“ Ya, seharusnya aku lakukan itu sejak awal namun aku masih ingin melihat kondisi dan perkembangan baik aku dan juga dirimu..”
Freya kembali terdiam dan hanya menundukkan kepalanya semakin dalam ke pelukan Ardiaz.. Ardiaz yang masih memeluknya pun mendorong tubuh Freya dan menatapnya dengan berkata,
“ Freya, aku tidak ingin menghalangi impian dan juga cita citamu.. Dengan semua yang terjadi, aku pikir ini adalah jalan keluar terbaik untuk kita berdua. Bagaimana menurutmu?”. Tanya Ardiaz kembali dengan menatap Freya begitu serius.
“ Aku hanya masih merasa ragu dan memerlukan waktu untuk berpikir.. Bisakah?” Ucap Freya dengan memberikan tatapan memelas kepada Ardiaz.
“ Tentu saja..” Balas Ardiaz dengan kembali tersenyum pada Ardiaz.
Pembicaraan terhenti dengan Tante Maya yang keluar dari kamarnya karena merasa lapar.. Merasa tidak ada apa pun di dalam rumah, akhirnya Tante Maya menyarankan untuk makan bersama di sebuah Resto yang tak jauh dari rumahnya..
“ Kalian pesanlah, Ibu mau ke toilet dulu..” Ucap Tante Maya tersenyum dengan berlalu pergi.
“ Kau ingin pesan apa?”. Tanya Ardiaz pada Freya.
“ Apa saja, bisa kau pesankan karena aku juga sepertinya mau ke toilet..” Balas Freya dengan langsung berlari.
Setelah selesai Freya pun kembali berjalan menuju meja, namun bukan merasa lapar seketika kepanikan pun menjalar disaat melihat beberapa temannya sudah terduduk begitu ramai di samping Ardiaz dan juga Tante Maya saat ini..
“ PAK.. Ga nyangka bisa bertemu Pak Ardiaz..”. “ Jadi Ibu adalah Ibunya Pak Ardiaz?..Masih muda dan sangat cantik sekali, pantas Pak Ardiaz begitu tampan..”. “ Apa bapak sudah memesan makanan?”. “ Dari sini bapak mau kemana?”. Ucap beberapa Mahasiswi yang terlihat begitu Antusias melakukan percakapan kepada Ardiaz.
Freya yang mendengarkan dari kejauhan, bersembunyi dari balik dinding dengan kepanikan dimana Tante Maya hanya bisa tertawa melihat tingkah lakunya. Ardiaz merasa serba salah dengan tidak dapat berkata satu pun dengan hanya menggaruk garuk kepalanya seolah merasa pusing.
Aaahhh, kenapa di saat seperti ini mereka ada disini?!, Mana dompetku ku titipkan pada Ardiaz.. Laparrrr.... Gumam Freya dalam hatinya dengan mengerutkan bibirnya ke bawah sembari memegang bunyi perutnya yang bergetar..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments