Kecemburuan Pertama

“ Halo Freya, maafkan aku salah membaca pengumuman.. Ternyata kau melewatkan 1 mata kuliah yang harus kau selesaikan sebelum mengikuti sidang skripsi..”

“ Misca, apa kau bercanda?”.

“ Ternyata laporan mata kuliah praktek hukum sebelumnya lupa Dion kumpulkan!. Jadi nilai kelompok kita belum masuk sedangkan persyaratan sidang wajib menyelesaikan jumlah SKS..”

Freya pun terdiam mendengar Penjelasan Misca yang juga terdengar kesal saat melakukan panggilan telephone pada pagi hari. Bagaimana ini?, apa yang harus aku lakukan sekarang?. Gumam Freya dalam hatinya sembari menatap keluar pintu kamarnya menatap Ardiaz yang sedang terduduk mengerjakan berita laporan untuk rekan kerjanya di kepolisian.

Langkah kaki Freya pun sedikit ragu mengingat dirinya yang selalu merepotkan, membuat Ardiaz kesulitan.. Namun, karena tidak ada jalan keluar tersisa, keberanian diri pun terpaksa muncul dengan Freya yang datang mengahmpiri Ardiaz dan duduk disebelahnya.

“ Ada apa?, katakan..” Ucap Ardiaz yang sudah mulai mengerti maksud tindakan Freya.

“ Itu.. Aku.. Sebenarnya..... Ardiaz, aku... Sepertinya harus kembali ke kota secepatnya..”

“ Secepatnya?”. Tanya Ardiaz terkejut dengan langsung menatap Freya.

Freya pun menjelaskan dan memperlihatkan Transkrip nilai yang diberikan Misca melalui sebuah foto yang memperlihatkan 1 matakuliah yang tidak memiliki nilai.. Ardiaz terdiam dan melayangkan pandangannya ke depan dengan langsung berpikir serius.. Freya menunggu keputusan Ardiaz dengan begitu gugup mengingat Dermaga pelabuhan yang juga masih belum selesai masa perbaikan.

“ Pembayaran kuliahmu sudah lunas. Selain itu, apa masih ada yang harus diselesaikan?”. Tanya Ardiaz serius kepada Freya.

“ Tidak ada.. Hanya itu saja..”

Ardiaz terlihat begitu serius berpikir.. Freya pun dapat mengerti akan kekhawatirannya akan keselamatan Freya yang masih belum aman, juga pekerjaannya, namun tentu tidak bisa mengabaikan perkuliahan Freya.. Setelah menetapkan suatu keputusan, Ardiaz berdiri dan berjalan memutari ruang tengah dengan langsung mengambil Handphone dari dalam saku celananya.

“ Dhi.. Dengan kondisi Dermaga pelabuhan yang sekarang, apa aku bisa menggunakan Yacht milikmu untuk berlayar ke kota?”. Ucap Ardiaz kepada adhi.

Ardiaz kembali berbicara serius dengan Adhi menuju depan Cottage, membiarkan sejenak Freya terduduk menatapnya di sofa ruangan tengah. Selepas berbicara Ardiaz kembali masuk ke dalam dan langsung berdiri di hadapan Freya dengan menatapnya begitu dalam.

“ Aku, tidak perlu mengingatkanmu akan kondisimu yang masih berbahaya bukan?”.

“ Ya, aku tahu dan sangat mengerti..” Balas Freya kembali menatap Ardiaz.

“ Bersiaplah, sore nanti kita berlayar bersama Adhi.”

Mendengar perkataan Ardiaz, Freya terlihat senang namun mencoba menyembunyikan perasaannya sehingga membuat Ardiaz pun tertawa kecil padanya.. Dengan segera keduanya pun bersiap bersiap dan langsung menuju Dermaga pelabuhan pada hari mendekati senja.

Seperti perkataan Ardiaz, Dermaga pelabuhan yang masih belum selesai di perbaiki, membuat kapal yang hendak berlabuh pun tersendat karena harus masuk secara bergantian satu demi satu. Mungkin ini sebabnya Ardiaz secara mendadak meminta kepergian pada sore ini, jadi kami bisa sampai kota tepat pada pagi hari. Gumam Freya dalam hatinya.

“ Tidurlah, perjalanan masih lama. Beruntung cuaca bagus malam ini, jadi kau bisa tidur dengan pulas.” Balas Ardiaz pada Freya selepas makan malam.

“ Kau, tidak istirahat?”. Tanya Freya dengan menarik lengan kemeja Ardiaz.

“ Kamar tidur hanya ada 1, apa kau mau tidur bersamaku?”. Ucap Ardiaz sembari tersenyum kecil.

“ Aaappa??.. Selamat malam kalau begitu!.” Freya yang terkejut langsung berlari masuk kedalam.

Jantung Freya secara tiba tiba berdegup kencang tanpa dia sadari.. Wajahnya pun tiba tiba memerah saat melihat pantulan dirinya dari balik kaca.. Kembali bergumam dalam hatinya, Freya mengatakan Ternyata ini yang dimaksud Ardiaz kemarin dengan menahan diri.. Kenapa sulit sekali dikendalikan?. Apa yang harus aku lakukan, aku seolah ingin melompat untuk memeluknya..

*******

-Pagi Hari-

Terdengar suara Klakson kapal yang begitu nyaring meski itu jauh, lampu tidur pun terkalahkan dengan sinar matahari yang masuk ke dalam kamar menandakan hari sudah pagi. Tunggu, jam berapa ini? Apa sudah sampai?. Gumam Freya kembali dalam hati dengan langsung berdiri menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan kembali ke anjungan atas tengah kapal untuk menemui Ardiaz.

“ Pagi..” Ucap Freya pada Ardiaz dan Adhi.

“ Pagi, pergilah sarapan.. Maaf kami duluan, karena saat memanggilmu, kau ternyata sedang berada  di kamar mandi.” Balas Ardiaz.

“ Tidak apa apa.. Kalau begitu aku kembali ke bawah untuk sarapan..” Balas Freya tersenyum.

Dengan bersemangat Freya menghabiskan makanannya dan benar benar seperti mendapatkan nyawanya kembali, Freya terlihat begitu Antusias begitu kapal Yacht terhenti dan terparkir di Dermaga pelabuhan di kota dan bukan di kepulauan. Ardiaz yang melihat Freya begitu bahagia pun tersenyum dari kejauhan saat membawa koper dan barang lainnya.

“ Baiklah, kita berpisah di sini, dan Freya aku sudah memesankan sebuah mobil yang akan mengantarkanmu.” Ucap Ardiaz sembari menyerahkan koper tas Freya.

“ Apa?”. Tanya Freya terkejut menatap kepada Ardiaz.

“ 1 lagi.. Kau, tidak perlu memakai cincin ini saat berada di sini.. Seperti kataku, jangan merasa terbebani dan kau bebas dengan kehidupanmu saat berada di sini.”

Ardiaz melepaskan Cincin pernikahan yang melingkar di jari manis Freya dan memasukkan cincin itu ke dalam kantung saku kemeja formalnya. Freya terdiam dan tidak berkata, hanya terdiam seperti patung yang tak bernyawa seolah menunggu perintah Ardiaz..

“ Ada apa?.. Bukankah kau sedang terburu buru untuk pergi ke Kampus?”. Tanya Ardiaz sembari menatap pada Freya.

“ Maamaaf.. Aku ingin bertanya, apa kita akan berprilaku seperti tidak mengenal satu sama lain dan menjaga jarak?. Apa aku bisa pergi kemana pun aku mau?.” Tanya Freya saat menatap Ardiaz.

“ Ya..” Balas Ardiaz Spontan dengan melengkungkan senyuman di wajahnya yang tampan.

Freya tiba tiba merasa sesak yang dia tidak mengerti akan mengapa dan karena apa sesak itu datang menyapa, hingga tanpa sadar kedua tangannya sedikit menekan dan memukul mukul pelan pada dadanya.. Dengan memutarkan pandangannya, Freya memberanikan diri menatap Ardiaz dan mengatakan apa yang ingin dikatakannya.

“ Baiklah, tapi sebelumnya bisakah kau yang mengantarkanku pulang dan ke kampus?”. Tanya Freya.

“ Kau ingin, aku mengantarkanmu menggunakan mobilku?”. Tanya Ardiaz terkejut.

“ Ya, aku sudah lama tidak menggunakan kendaraan Online, dan merasa... Tidak nyaman... Tapi, jika kau sibuk aku akan pergi sekarang dengan me..”

“ Aku akan mengantarkanmu. Tapi sebelumnya ada yang harus aku kerjakan. Tidak apa apa?”.

“ Ya, tidak apa apa.. Terima kasih..”

Lambaian tangan pada Adhi sebagai perpisahan pun berujung kelucuan tak terduga, disaat tali tambang yang menjulur secara tidak sengaja menghantam wajahnya hingga terlihat memerah namun masih dapat membuatnya tersenyum cerah.. Ardiaz yang menggelengkan kepalanya, kembali berjalan menarik koper Freya menuju mobilnya yang terparkir dan pergi meninggalkan pelabuhan.

Sepanjang perjalanan Freya merasa canggung kembali dan merasa aneh dengan suasana baru yang dia rasakan sekarang.. Namun saat melihat Ardiaz, expresi wajahnya terlihat biasa saja seolah tidak terjadi apa pun yang membuat Freya mengerutkan keningnya.

“ Kita sampai.” Ucap Ardiaz saat selesai memarkirkan mobilnya.

“ Rumah sakit?. Aku pikir kau akan ke kantor kepolisian..” Balas Freya dengan menatap Ardiaz.

“ Laporan sudah kukirimkan pada rekan kerjaku di kepolisian, sedangkan di sini berbeda. Aku juga mau menemui salah satu Professor yang menjadi Dosenku saat kuliah dulu.” Balas Ardiaz

“ Lalu, apa aku harus di sini atau menunggumu di Lobby?”. Tanya Freya pada Ardiaz.

“ Lobby?. Untuk apa?. Kau istriku, bukankah seharusnya menunggu di ruanganku?.” Balas Ardiaz dengan langsung membuka pintu mobilnya.

Selepas pintu mobil Ardiaz terbuka, seperti biasa Ardiaz mengulurkan salah satu tangannya untuk menggenggam erat tangan Freya dan berjalan bersamanya. Awalnya Freya merasa tidak ada masalah, namun begitu memasuki Lobby pintu masuk terlihat pera Perawat dan beberapa Dokter seolah terkejut dan melihat dengan mata terbuka begitu Ardiaz masuk kedalam Rumah sakit.

“ Tunggu.. Aku merasa haus, ada mesin penjual otomatis disana.. Kau duluan saja, aku akan menyusulmu..” Ucap Freya yang mencari alasan agar Ardiaz melepaskan genggaman tangannya.

“ Baik, langsung ke lantai 10. Aku tunggu kau disana.” Balas Ardiaz dengan kembali tersenyum dan berjalan menuju Lift.

Freya berjalan menuju mesin penjual otomatis dengan memperhatikan dari kejauhan para Mata yang masih menatap kepada Ardiaz seolah tersipu malu.. Tersadar akan kehadiran Ardiaz yang ternyata cukup dikenali, Freya menundukkan kepalanya dan tersadar akan posisinya.

Kau melepas Cincinku dan meminta berpura pura tidak ada yang terjadi diantara kita, hanya untuk menjaga perasaan dan juga kepentinganku. Lalu, bagaimana bisa aku memberatkanmu dengan status pernikahan itu?. Apa yang kau pikirkan?!. Gumam Freya dalam hatinya melihat kearah Ardiaz yang tersenyum kepadanya dan masuk kedalam Lift.

“ Maaf, Ruangan Dokter Ardiaz dimana?”. Ucap Freya pada salah satu Perawat yang berjaga.

“ Kau.. Siapa?. Kenapa menanyakan ruangannya?!”. Balas Perawat itu bernada sinis dengan menatap penuh curiga pada Freya bersama Perawat lainnya.

“ Aku... Aku bisa dibilang Keponakannya..” Balas Freya.

“ OOOHHH.. KEPONAKAN.. Tentu silahkan, di ujung lorong belok ke kanan, pintu kedua, itu ruangannya..”

“ Terima kasih..” Balas Freya dengan tersenyum pada perawat itu.

Menakutkan, Expresi mereka langsung berubah seketika saat mendengar aku adalah keponakan Ardiaz?!. Gumam hati Freya dengan sedikit berlari menuju ruangan Ardiaz. Namun dengan lingkungan Rumah sakit yang luas dengan banyak ruangan dan belokan, akhirnya sempat membuat Freya tersesat berujung pada kejadian yang tidak sangka akan di lihat oleh Freya di hadapannya.

(KLOONNTAANGG) Bunyi kaleng minuman yang terjatuh dari tangan Freya saat melihat seorang wanita memeluk Ardiaz begitu erat.

“ Freya.” Ucap Ardiaz yang terkejut, langsung mendorong wanita itu agar melepaskan pelukannya.

“ Kenapa? Siapa dia?”. Tanya wanita itu kepada Ardiaz.

Baik Freya maupun Ardiaz sempat terdiam. Freya pun hanya memandang kepada Ardiaz menunggu reaksi apa yang diberikan olehnya. Ardiaz melangkah mundur dan memperlihatkan Cincin yang melingkar dijarinya pada wanita itu. Belum memulai berkata, tiba tiba Para Perawat yang berjaga melewati mereka dan mengatakan hal yang mengejutkan Ardiaz.

“ Hey, apa kau sudah menemukan Ruangannya?”.

“ Itu Dokter Ardiaz, panjang umur.. Dok, keponakanmu mencarimu..” Ucap Perawat tersebut dengan memegang pundak Freya lembut.

“ KEPONAKAN?”. Ardiaz terkejut menatap kepada Freya yang akhirnya menundukkan kepalanya tak berani menatap Ardiaz.

“ Aaahh, kau adalah Keponakan Ardiaz?... Kenalkan aku Winda..” Ucap Wanita itu dengan mengulukan salah satu tangannya kepada Freya.

“ Aku Freya..” Balas Freya yang membalas uluran untuk berjabat tangan dengannya.

“ Ardiaz, kau baru kembali dan sudah bertemu dengan Prof. Johan juga.. Kau pasti kosong.. Kita makan bersama, oke?”. Ucap Wanita itu kepada Ardiaz.

“ Maaf aku tidak bisa.” Ucap Ardiaz spontan.

“ Bagaimana dengan makan malam? Kau kosong?”. Tanya winda kembali.

“ Maaf, tidak bisa juga”. Ardiaz langsung berlalu pergi meninggalkan Winda dan para Perawat dengan Freya yang mengikuti di belakangnya.

Apa dia marah? Kenapa dia terlihat merah?. Bukankah dia bilang kami harus menjaga jarak seolah tidak ada apa pun yang terjadi?!. Gumam Freya dalam hatinya saat melihat reaksi Ardiaz yang tiba tiba berbeda, mengemudikan mobilnya sepanjang perjalanan menuju kampus.

Ardiaz terlihat sedikit kesal dengan apa yang dikatakan Freya kepada para Perawat itu namun merasa bingung dengan apa yang harus dia katakan pada Freya, hingga akhirnya memilih untuk diam dan menahan emosinya hingga sampai di belokan kampus dimana Freya minta di turunkan agak jauh agar tidak menimbulkan kecurigaan dan Ardiaz menurutinya tanpa berkata apa pun.

“ Aneh... Kenapa dia kesal?.. Dia mengambil Cincinku tapi kenapa aku tidak bisa mengambil Cincinnya juga?!. Pria Menyebalkan!”. Ucap Freya kesal sembari berjalan menuju kampus.

Sesampainya di kampus Freya pun mengurus semua yang diperlukan dan mendaftar kembali untuk mengikuti 1 mata kuliah susulan untuk pengumpulan nilai sebagai syarat sidang skripsi.. Selesai itu, terlihat ruangan Administrasi kampus yang dipenuhi oleh mahasiswa bahkan kedua sahabatnya yaitu Dion dan Misca pun datang kesana.

“ Apa yang mereka lakukan?”. Ucap Freya sembari berjalan menuju ruangan tersebut.

Terdengar suara gaduh dari kejauhan yang mengutarakan tentang kehadiran seseorang yang begitu sangat di tunggu.. Semua semakin berteriak, terlebih para Mahasiswi yang mendapatkan kabar bahwa Ardiaz akan menggantikan Dosen yang sedang cuti hamil untuk beberapa bulan.

Aaahh, jadi dia akan mulai mengajar lagi?. Itu sebabnya dia ke Rumah sakit tadi untuk berunding dengan Kepala Bagian. Gumam Freya kembali dalam hatinya.

“ PAK ARDIAZ, BENAR BAPAK AKAN MENGAJAR LAGI?”. “MATA KULIAH APA PAK?”. “ PAK, APA ANDA AKAN MEMBUKA FORUM DISKUSI KEMBALI?”. Ucap beberapa mahasiswa yang histeris melihat Ardiaz yang keluar dari Ruangan Administrasi.

Ardiaz terlihat kewalahan menangani para mahasiswa yang mengerumuninya hingga bagian keamanan kampus datang dan memberikan ruang untuknya bernafas lega.. Dari kejauhan Ardiaz melihat Freya yang sedang berbicara dengan kedua sahabatnya dan terlihat bercanda dan tertawa lepas.. Namun seketika, senyuman Ardiaz berubah ketika melihat..

“ Hey Freya.. Apa kabar?.” Ucap salah satu kakak senior Freya di kampus.

“ Kak Naufal.. Baik kak..” Balas Freya tersipu malu.

“ Kudengar kau akan lulus lebih cepat.. Apa nilaimu sudah keluar?”. Tanya Naufal dengan menatap pada Freya sembari tersenyum.

“ Itulah kak.. Semua gara gara Dion, aku jadi harus mengulang paling tidak 2 sampai 3 bulan..”

Balas Freya sembari memukul punggung Dion dengan kesal.

“ Sakit Freya.. Kau itu tenaga wanita atau pria sih!!”. Balas Dion dengan menangkis kuat tangan Freya hingga tanpa sadar Freya termundur dan akan terjatuh menuruni beberapa anak tangga.

“ AWAS FREYA!! HATI HATI!!.” Balas Naufal dengan menarik dan memeluk Freya.

Dari kejauhan Ardiaz melihat Freya yang akan terjatuh terselematkan dengan berakhir bersandar pada pelukan seorang pria dimana pelukan mereka terlihat sangat intens dan wajah yang beradu begitu dekat.

“ Kau tidak apa apa?”. Tanya Naufal pada Freya.

“ Tidak, terima kasih kak.. DION, KAU..!!”

(GEDEBUKKK BHRAAAKKK) Suara keras Papan Pengumuman yang sengaja di pukul Ardiaz hingga terjatuh kelantai.

“ Maaf. Tiba tiba tanganku terasa gatal dan malah menjatuhkan papan itu.” Ucap Ardiaz dengan sedikit tersenyum saat semua orang menatapnya.

Freya menatap kepada Ardiaz dari kejauhan yang juga menatapnya dengan tajam. Freya yang akhirnya menyadari bahwa tangan Naufal masih melingkar di pinggangnya, mendorong pelan Naufal agar melepaskan tangannya dan pamit untuk berlalu pergi di ikuti Dion dan Misca di belakangnya.

“Kenapa Freya, kau seolah ketakutan?”. Tanya Misca khawatir.

“ Tidak.. Tidak ada apa apa.. Hey, bagaimana jika kita pergi makan?”. Balas Freya.

“ Oke, kita ke tempat biasa.. YEAAHH!! GO GO!!”. Ucap Dion dengan bersemangat.

Merasa yang sudah lama tidak bepergian dan bersenang senang bersama, Dion dan Misca pun akhirnya mengajak Freya mengunjungi salah satu Cafe yang dekat dengan sebuah Bar hiburan para anak muda datang. Freya yang merasa Ragu pun terbantahkan mengingat perkataan Ardiaz kepadanya, hingga setuju untuk masuk dan bersenang senang bersama Dion dan Misca.

Ardiaz mencoba menghubungi Handphone Freya berkali kali karena Tante Maya yang menghubunginya dengan memberi kabar bahwa hingga tengah malam ini, Freya masih belum pulang. Ardiaz kembali mengendarai mobilnya dan sengaja meletakkan suatu aplikasi pada Handphone Freya agar dia dapat dengan mudah menemukan Freya, mengingat kejadian yang terjadi selama di pulau.

“ Freya, kau masuk ke sana?.” Ucap Ardiaz saat berdiri di depan pintu masuk Bar hiburan.

Kaki kokoh melangkah dengan kedua tangan yang mengepal. Tak urung pada kedua mata dan tubuh yang menghindari pelukan dan rayuan yang datang kepadanya untuk menikmati malam, akhirnya tatapan mata itu pun menemukan sosok wanita yang menjadi kunci hatinya.

Episodes
Episodes

Updated 62 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!