Awal Pertengkaran

Kaki kembali melangkah tanpa tujuan memutari dermaga mencoba mencari sesosok pria yang tiba tiba menjadi tumpuan hidup. Merasa asing pada tempat baru dimana semua mata memandang seolah bertanya tentang apa yang sebenarnya aku lakukan disini? Sungguh tidak berguna.

“ Nona Freya, mencari siapa? Ini masih dini Hari, apa tidak lelah terlebih baru mengadakan acara pernikahan?”. “ Sungguh malang sekali, malam pertamanya di habiskan seorang diri..” Ucap 2 Orang wanita yang tiba tiba menghampiri Freya karena melihatnya diam bagai patung.

“ Aahh tidak apa apa bu.. Aku yakin Ardiaz sudah terbiasa seperti ini, jadi aku pun harus membiasakan diri..” Balas Freya sembari tersenyum malu.

“ Bijak sekali.. Kau terlihat masih muda, tapi sangat pengertian sekali..” . “ Ya, kau juga cantik.. Ardiaz pasti bahagia bisa menikah denganmu..” Balas kedua wanita itu kembali.

Tertunduk malu, Freya mencoba mengalihkan pandangan yang akhirnya dapat menemukan sosok yang dia cari.. Freya mencoba melambaikan tangannya, namun Ardiaz mengacuhkan dan langsung berlari menuju ujung dermaga dimana terlihat seseorang sedang terluka.. Freya pun kembali menurunkan tangannya lalu kembali terdiam bagai patung.

“ Pak Diaz memang seperti itu.. Jangankan padamu, pada Bu Nisa atau Pak Danu saja, dia acuhkan jika sedang fokus bekerja..” Ucap salah satu wanita mencoba menenangkan Freya

“ Bagaimana jika nanti siang kau datang bersama kami, membawa makanan dan minuman untuk mereka?”.

“ Makanan?” Tanya Freya merasa bingung

“ Ya, kami biasa membawa makanan dan minuman ketika para suami tengah sibuk bekerja.. Terlebih dengan gotong royong seperti ini, kedatangan kita pasti sangat amat membantu..” Ucap Seorang wanita kembali dengan tersenyum pada Arumi

Makanan?.. Lalu apa yang aku harus masak? Aku bahkan tidak tahu apa masakan kesukaan Ardiaz.. Ucap Freya dalam hatinya dengan kembali termenung. Lambaian tangan dari kedua wanita itu menandakan bahwa mereka harus segera pergi dan meninggalkan Freya untuk kembali seorang diri merasa bingung dengan apa yang harus dia lakukan.

Freya akhirnya memutuskan untuk mencoba saran yang diberikan kedua wanita itu dan mencoba membuat suatu masakan yang dapat di santap oleh Ardiaz.. Tanpa beristirahat dengan ikut terjaga semalaman, Freya mengendarai mobil Ardiaz untuk berbelanja ke pasar dengan sisa uang yang dia punya karena semua tas dan perlengkapannya terbawa ke kota oleh para sahabatnya.

“ Maaf, dengan uang Rp 100.000,-  aku bisa membeli apa saja?” Ucap Freya pada salah satu penjual di pasar yang sebelumnya sudah dia kenal saat KKN.

“ Apa yang ingin kau masak, Nak?” Tanya penjual itu sembari tersenyum.

“ Maaf, apa ibu kenal Ardiaz dan makanan kesukaannya apa?”. Tanya Freya kembali dengan sedikit berbisik malu malu

“ Aaahh Nak Diaz?... Hmmm dia suka hidangan laut, tapi tangkapan ikan hari ini sepertinya kurang dengan uangmu jika ingin memasak 2 menu..” Balas penjual itu pada Freya.

Freya mulai bingung dan tidak tahu harus bagaimana mengingat ini adalah kali pertamanya melakukan hal ini.. Meski di kota Freya terbiasa mandiri, tetap terasa asing baginya memasak untuk suami yang baru dia kenali dan harus memasak untuknya diwaktu yang sama.

“ Bagini saja, bagaimana jika kau beli wortel, buncis ini dan 1KG Udang, kemudian kau masak bumbu asam manis?”. Ucap Penjual itu mencoba memberikan saran

“ Sempurna.. Terima kasih banyak bu..” Balas Freya dengan tersenyum padanya.

Freya kembali mengemudikan mobil Ardiaz dan segera kembali ke Cottage untuk mengeluarkan kemampuannya dalam memasak.. Dengan mudah Freya mengolah semua bahan makanan karena kebiasaan hidup sendiri selalu dia lakukan setiap hari mengingat pekerjaan Tantenya yang sangat sibuk bahkan di hari libur.

“ OooUww.. LAGI?! Kenapa pisau ini tajam sekali!”. Ucap Freya kesal yang tidak dapat membedakan mana pisau buah dan pisau daging hingga membuat jarinya teriris pisau beberapa kali

Dengan tangan penuh luka serta kaki yang masih terasa sakit saat berjalan, Freya segera mandi untuk membersihkan dirinya selepas makanan dan minuman sudah selesai dia siapkan. Tak menunggu waktu lama, Freya segera berlalu pergi menuju Dermaga dimana kedua wanita itu pun sudah menunggu Freya untuk berjalan bersama sama..

Terkagum dengan sarung bekal yang terlihat mewah namun imut, kedua wanita itu pun mencoba memaklumi Freya mengingat usia dan pernikahan mereka yang baru saja berlangsung. Dengan berbicara bersama, akhirnya mereka tiba di tenda regu penyelamat yang memang sudah dipersiapkan para warga untuk beristirahat.

“ Sayang, kau bawa apa siang ini?”. “ Terima kasih banyak, apa kau lelah menyiapkan ini?”. Ucap kedua suami dari 2 wanita yang pergi bersama Freya

Freya yang merasa malu dan masih memerlukan waktu untuk penyesuaian tiba tiba membayangkan expresi wajah tampan Ardiaz saat memujinya dan membelai lembut kepalanya sama seperti yang dilakukan oleh para suami itu pada istrinya.. Tersenyum malu dengan tertunduk, Freya terlihat seperti anak kecil yang salah tingkah sehingga mengundang tawa dari orang yang melihatnya..

“ Hey Freya, menunggu Ardiaz?. Wah, semua membawa bekal makan siang? Apa tidak ada buatku?.. Tau begini aku juga menikah!.” Ucap Adhi yang tiba tiba datang ke tenda untuk beristirahat.

“ Eeemm, apa kau melihatnya?” Tanya Freya pada Adhi.

“ Dia masih mengobati warga yang terluka, tapi sepertinya sebentar lagi selesai..” Balas Adhi sembari meminum sebotol minuman dingin

“ Aku membuat ini kebanyakan, apa kau mau mencobanya?”. Freya membuka sarung bekal dan menyajikan terpisah untuk Adhi dan juga untuk Ardiaz.

“ Serius Freya.. Ini enak sekali.. Kau hobby memasak?” Ucap Adhi terkejut saat mencoba masakan Freya dengan semangat menghabiskan makanannya.

Kemana Ardiaz?, Kenapa dia masih belum kemari?, Apa dia baik baik saja?. Gumam Freya pada dirinya sendiri sembari memutar kedua matanya kesana kemari mencoba mencari Ardiaz. Tak lama Ardiaz terlihat dari kejauhan dengan penuh kelelahan berjalan sembari memijit pundaknya sendiri menuju tenda istirahat..

Dari kejauhan Expresi wajah Ardiaz seolah terlihat marah, dengan Freya yang berpikir mungkin dia kelelahan bekerja dan lain sebagainya hingga karena merasa tidak sabar, Freya berlari kearah Ardiaz dan berdiri tepat dihadapannya..

“ Bagaimana hari ini? Apa kau lelah?” Tanya Freya sembari tersenyum

“. . . . . .” Ardiaz hanya diam dengan menatap pada Freya tajam

Ada apa dengan tatapannya itu?. Apa aku melakukan suatu kesalahan?. Ucap Freya dalam hatinya karena Ardiaz yang terlihat seperti memendam emosi di hatinya.

“ Aku membawa baju salin untukmu, kemeja dan kaosmu sudah kotor sekali.. Lalu...”

“ Pulang.” Ucap Ardiaz sepontan dengan memotong Freya yang sedang berbicara

“ Apa?... Tapi aku.. Aku mencoba memasak hidangan laut kesukaanmu, Adhi pun sudah mencobanya dan mengatakan itu enak.. Apa kau mau ke tenda lalu men..”

“ PULANG FREYA!. Apa yang ada di pikiranmu?, APA KAU BODOH DAN BENAR BENAR PEMBUAT MASALAH!!.” Ardiaz membentak Freya di depan semua orang

“ Apaa..? Aku... Tidak...”

“ P U L A N G, FREYA!!”. Ardiaz kembali membentak Freya

Terkejut dengan penuh ketakutan, Freya langsung berlari secepat yang dia bisa dengan kondisi kakinya yang masih terasa sakit.. Terus mencoba berlari dengan nafas yang tersenggah kelelahan, Freya akhirnya terhenti pada sebuah bangku di halte pemberhentian Bis yang berada di perbatasan Dermaga kemudian berlalu pergi.

“ Diaz, aku pikir kau kelewatan tadi..” Ucap Adhi pada Ardiaz yang mulai terlihat tenang

“ Aku hanya khawatir keadaannya yang masih rawan dan berbahaya baginya.. Aku tidak bisa memastikan apakah semua orang di dermaga ini betul betul warga atau para buronan polisi yang sedang menyamar.” Balas Ardiaz pada Adhi mencoba menjelaskan

“Tapi setidaknya, kau tidak perlu membentaknya di hadapan kami semua.. Apa kau tidak lihat, Freya mencoba melakukan hal seperti yang para istri itu lakukan untuk suaminya?.” Balas Adhi dengan menunjukkan jarinya pada kedua pasangan suami istri yang berada di tenda penyelamatan

“ AARRGGHHH!!” Ardiaz yang akhirnya tersadar merasa kesal atas tingkahnya pada Freya, dengan berteriak keras dan mengacak ngacak rambutnya

“Minta maaflah padanya..” Adhi menepuk pundak Ardiaz seraya menenangkannya

Belum selesai berbincang dengan Adhi, tiba tiba dentuman suara keras kembali terdengar dengan teriakan orang orang yang kembali ramai, sontak Ardiaz dan Adhi pun langsung menghampiri lokasi kejadian melihat apa yang terjadi dengan kembali membawa peralatan bantuan di tangannya.

*****

-Malam Harinya-

Langkah kaki Ardiaz yang melangkah masuk terdengar oleh Freya dengan berpura pura tidur.. Ardiaz yang melihat itu, berjalan menuju dapur dan menaruh tempat bekal makan yang sudah dia habiskan lalu menemukan beberapa lembar Tissue penuh bercak darah dan Hansaplast dari dalam Bak sampah, yang semakin membuatnya merasa bersalah..

(TOOKKK TOOKKK TOOKKK) Ardiaz mengetuk pintu kamar Freya

“ Apa kau sudah tertidur?.” Tanya Ardiaz

“. . . . .” Freya hanya terdiam dengan tubuhnya yang tertutup selimut

“ Aku... Maaf, membentakmu hari ini. Masakanmu sungguh enak. Lain kali kita belanja bersama dan masakan lagi untukku. Terima kasih.” Ucap Ardiaz sembari berlalu pergi

Merasa pengap di dadanya, Freya terbangun dan terduduk di atas tempat tidurnya sembari mengarahkan pandangan kesal kearah pintu. Jika kau lebih muda dariku, sudah aku pelintir kepalamu dan ku tendang bokongmu!. Ucap Freya sembari melempar satu bantalnya ke arah pintu.

Semenjak  itu Ardiaz selalu pulang tengah malam dan pergi pada dini hari, mengisi bahan makanan dan minuman di rumah, memastikan isi kulkas yang terisi kemudian berlalu pergi.. Setiap hari ia lakukan itu bahkan tanpa sadar sudah berjalan selama 1 minggu lebih, yang akhirnya membuat Freya semakin merasa terabaikan dan merasa dirinya hanyalah beban bagi Ardiaz.

“ Bagaimana ini uangku hanya tersisa 45.000 ribu...“ Ucap Freya sambil menatap pantulan dirinya dari balik cermin.

Merasa kebingungan mengingat keperluan bulanan wanita yang masih belum di mengerti Ardiaz. Untuk berkata padanya pun aku merasa malu, terlebih seperti aku meminta uang padanya.. Aarrghh.. Apa yang harus aku lakukan!!. Freya mengacak ngacak rambut panjangnya sembari bergumam dalam hati penuh kesall.

Pada siang hari, Freya memberanikan diri berjalan dan menggunakan bis menuju pusat Kota Sembawo yang berada di tengah pulau, mengingat kondisi kakinya yang sudah jauh lebih baik. Freya pun mulai mencari lowongan kerja yang bisa untuknya menghasilkan uang tambahan hingga terhenti pada sebuah Resto Bar yang ramai bernama Olyster Bar dan Grill.

“ Maaf, apa benar di sini ada lowongan perkerjaan?.” Balas Freya kepada salah satu Pramusaji wanita yang ternyata adalah Pemilik dari Resto Bar.

“ Kau... Istri Ardiaz, benar?... Sedang apa disini?”. Tanya wanita itu dengan terkejut.

“ Aaahh Kenalkan saya Freya, saya sedang mencari pekerjaan..” Balas Freya sembari tersenyum dan berjabat tangan dengan wanita itu.

“ Aku Sopha.. Dan itu adalah suamiku Gerry.. Apa kau serius mau bekerja disini?”. Balas Sopha dengan kembali menatap ragu pada Freya sembari berjabat tangan.

“ Ya, kapan aku sudah mulai boleh bekerja?”. Balas Freya dengan penuh antusias.

Sopha meminta waktu untuk berdiskusi bersama suaminya.. Tak lama terlihat Gerry menggunakan Handphonenya untuk menghubungi seseorang namun tidak dapat terhubung. Mereka berdua pun sedikit berdebat hingga akhirnya Sopha memutuskan untuk mengijinkan Freya untuk bekerja di Resto Bar miliknya. Tanpa waktu lama, Freya dengan antusias pun memulai hari pertamanya bekerja.

“ DIAZ! DIAZ!.” Ucap Adhi yang berteriak dari kejauhan.

“ Ada apa? Kenapa berteriak?”. Tanya Ardiaz sembari membantu menopang kayu besar bersama warga lainnya

“ Gerry menghubungimu, tapi kau tidak menjawabnya! Dia mengatakan Freya bekerja sambilan sebagai Pramusaji di Resto Bar miliknya..” Jelas Adhi dengan nafas tersenggah selepas berlari.

“ APA?!”.

******

-Malam harinya di Cottage-

Freya terlalu larut dalam bekerja hingga tanpa sadar pulang dan menuju Cottage pada tengah malam dengan diantarkan Sopha.. Berjalan menuju masuk ke dalam Cottage, Freya merasa senang akan uang hasil kerja kerasnya yang tidak dia sangka dari hasil pemberian Tips para pelanggan dan juga dari Sopha yang merasa puas akan kinerja Freya bekerja..

“ Dengan begini aku bisa membeli keperluanku tanpa perlu khawatir lagi...” Freya berjalan sembari bersenandung karena merasa senang

Seperti biasa lampu Cottage mati jika tidak ada orang di dalamnya, dimana Freya berpikir pasti Ardiaz masih membantu bekerja di Dermaga dan dini hari ia baru akan pulang sampai di sini kemudian langsung pergi kembali.. Merasa polos berjalan masuk, Freya pun terkejut saat lampu di nyalakan dimana Ardiaz sudah terduduk pada Sofa ruangan tengah dengan menundukkan tubuhnya.

“ Pa Paaakk... Maaf, Ardiaz.. Kapan kau, pulang?.” Tanya Freya yang mulai ketakutan.

Ardiaz yang terduduk langsung berdiri dan dari sebuah sorot lampu yang menyala, raut wajah Ardiaz terlihat lebih menakutkan dari biasanya, dimana membuat Freya berjalan mundur selangkah demi selangkah untuk menjauhinya..

“ Kemari Freya.” Ucap Ardiaz saat menatap Freya.

“ Aaada apa?.. Katakan saja..” Ucap Freya dari kejauhan.

“ Keluar dari tempat itu sekarang. Jangan bekerja disana.” Balas Ardiaz Spontan.

Freya yang menatap Ardiaz langsung memberikan sanggahan akan respon tubuhnya yang terlihat melakukan perlawanan tanpa berkata. Apa?. Aku harus keluar disaat baru mulai bekerja?. Terlebih dimana kesalahanku? Aku juga bukan melakukan pekerjaan Hina?!. Ucap Freya dalam hatinya dengan menatap ke arah Ardiaz yang mengerti maksud dari tindakan Freya.

“ Gerry menghubungi, tapi saat itu aku sedang bekerja jadi tidak bisa mengangkat panggilan darinya.”

“ Ya, kau selalu bekerja dari malam ke malam lagi.” Freya yang akhirnya berani untuk berbicara.

“ Freya, apa kau tahu Olyster itu Resto seperti apa? BAR Freya. Itu sebuah BAR!!.” Balas Ardiaz.

“ Lalu? Tidak hanya disana aku melihat Pria mabuk.. Aku bisa menjaga diriku sendiri?” Balas Freya dengan sedikit menantang Ardiaz.

“ Oya? Kalau begitu coba lawan aku.”

Ardiaz langsung berjalan cepat mendekati Freya dan langsung mendorong tubuhnya hingga tersandar membentur tembok dinding di belakangnya.. Tangan Ardiaz menarik kancing kemeja yang di kenakan Freya, mencoba untuk membukanya paksa.. Freya melakukan perlawanan berkali kali namun dengan tenaga Ardiaz yang jauh lebih kuat, Freya pun kewalahan.

“ Lepaskan aku Ardiaz! Ardiaz, ada apa denganmu?... LEPASKAN AKU!!.” Freya mendorong tubuh Ardiaz dan mencoba melepaskan tangannya

“ Sudah kubilang, lawan aku.” Ardiaz langsung mencium paksa Freya yang tersudutkan.

(PLAAKKKK) Suara tamparan diwajah Ardiaz oleh Freya dengan kemejanya yang terobek oleh Ardiaz

“ Menamparku? Hanya itu?. Bahkan aku bisa melihat belahan dadamu saat ini.” Ucap Ardiaz dengan wajah datarnya dan pipinya nya sedikit memerah akibat tamparan Freya.

“ Kau gila!. AKU MEMBENCIMU!.” Freya yang menangis memperbaiki kemejanya, berlari menuju kamar tidurnya dan langsung mengunci pintunya.

Ardiaz mencoba mengendalikan dirinya dengan berlalu lalang mengitari ruangan tengah dengan sedikit bergetar saat menyadari bahwa dia melakukan hal yang kelewatan lagi pada Freya. Merasa malu, Ardiaz tertelungkup terduduk pada Sofa kembali dengan sedikit mendengar isak tangis Freya dari dalam kamar yang semakin membuatnya bersalah.

“ Apa yang ku lakukan?. Ada apa denganmu?! Kenapa kau selalu lepas kendali saat berurusan dengannya?...” Ardiaz berkata pada dirinya sendiri dengan menundukkan kepalanya.

Merasa permintaan maaf tidak akan cukup untuk mengatasi masalah dan mengobati luka di hari Freya, Ardiaz akhirnya memutuskan untuk menyalakan mesin mobilnya kembali dan berkendara semalaman tanpa tujuan yang jelas hingga terhenti pada Bar dimana Freya bekerja. Gerry yang menyadari kedatangan Ardiaz pun langsung menghampirinya.

“ Hey.. Aku mencoba menghubungimu bro..” Ucap Gerry saat merangkul Ardiaz.

“ Apa dia bekerja dengan baik disini?.” Tanya Ardiaz tanpa basa basi.

“ Aku tahu kau akan begini, karena itu aku dan Sopha memintanya untuk melayani pelanggan di meja depan dan bukan bagian Bar minuman keras.. Tenang saja..” Balas Gerry dengan memukul pelan dada Ardiaz dan Sopha yang juga tersenyum padanya

“ Istriku.. Dia masih perlu banyak belajar, jadi.. Maaf sepertinya akan merepotkan kalian berdua.” Ardiaz sedikit menundukkan kepalanya seraya memohon

“ Ayolah Ardiaz, tidak perlu seperti ini.. Aku tahu, jadi tenanglah..” Balas Gerry kembali dengan merangkul Ardiaz dan Sopha yang datang membawakan minuman untuk mereka berbincang.

Di sisi lainnya, Freya yang masih sedikit ketakutan dan juga marah selepas membersihkan diri bersiap untuk beristirahat, langkahnya terhenti pada sebuah bingkai foto besar yang baru terpasang di ruangan tengah, dimana bingkai foto itu menjadi objek utama yang terlihat saat memasuki pintu masuk Cottage, bahkan terlihat beberapa foto lainnya pun terpajang dengan indah.

“ Ini.. Kapan dia memasang ini semua?”. Ucap Freya sambil memegang salah satu bingkai foto pernikahannya.

Perasaan Freya mulai campur aduk mengingat posisinya sekarang yang sudah menjadi istri seorang pria yang dengan kata lain ia adalah wanita berkeluarga.. Freya mencoba memasuki ruangan tamu yang menjadi ruang tidur Ardiaz dimana Foto foto dari kejauhan, berkas laporan, dan buku hukum tebal, tertata Rapi dan menempel pada Kaca dengan penuh coretan berwarna merah dan hitam.

“ Ini... Dia yang mengerjakannya seorang diri?.” Ucap Freya sembari melihat diagram para Buronan polisi yang dibuat oleh Ardiaz di dinding kamarnya.

Freya yang akhirnya menyadari bahwa keselamatan dirinya yang masih terancam, akhirnya menundukkan kepalanya merasa malu dengan apa yang dia lakukan pada Ardiaz hingga membuatnya begitu marah.. Dia, mengkhawatirkanku.. Kenapa aku tidak bisa melihat kearah sana?. Ucap Freya bergumam dalam hatinya.

Menjelang dini hari Ardiaz kembali ke Cottage dan selepas membersihkan dirinya, seperti biasa dia langsung pergi kembali membantu para warga di Dermaga pelabuhan. Freya terbangun dan berjalan menuju ruangan tengah dimana sebuah Note dan sebatang Coklat manis menempel diatasnya. Freya mengambil kertas note dan Coklat itu kemudian membacanya..

Jika bisa hindari pulang tengah malam. Pakai Baju tertutup dan jangan berhias.

Freya mencoba menahan tangisnya dengan langsung meminum secangkir susu dingin dari dalam kulkas mencoba untuk menenangkan dirinya yang juga merasa malu mengingat perkelahian dan perkataannya pada Ardiaz semalam.. Dengan masih terasa kenangan akan ciuman Ardiaz pada bibirnya semalam, Freya kembali menundukkan kepalanya merasa bingung dengan apa yang harus dia lakukan.

Terpopuler

Comments

Neyar

Neyar

ceritanya menarik Thor, jadi pengen maraton baca😂

2023-08-09

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 62 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!