Badai Pertama

Kabar yang seharusnya membahagiakan seketika berubah menjadi kabar penuh kesedihan bahkan kekesalan dari para orang terkasih. Mencoba menjelaskan dengan sangat terperinci sebaik mungkin, baik aku mau pun Ardiaz begitu sangat mengerti tanggapan mereka akan pernikahan yang tidak masuk akal ini, terlebih ketidakhadiran mereka dalam pemberian restu kepada kami berdua.

“ Freya.. Anak itu.. Meski pun dia bukan anak kandungku, tapi kumohon.. Jagalah dia dengan baik. Sungguh aku tidak mengenalmu dan siapa kau ini. Tapi jika Freya mengatakan kau adalah orang yang baik, dapat dipercaya. Maka aku tidak dapat mengatakan apa pun lagi. Namun ingatlah, jika kau menyakitinya, maka aku tidak akan segan memberi perhitungan padamu.”

Baru kali ini melihat Tante Maya begitu berani mengancam seseorang yang tidak bersalah melalui panggilan Video. Terkenal sebagai Pengacara berhati dingin, terlihat jelas dirinya menahan tangis. Freya berkata dalam hati sembari memalingkan wajah, tak sanggup menatapnya.

“ Diaz, Om dan Tante benar benar tidak tahu harus berkata apa padamu Nak.. Tapi pernikahan bukanlah hal yang bisa kau anggap mudah. Karena itu semua datang bersama tanggung jawab yang akan semakin membebanimu, siap atau tidak siap.” Ucap Om Gibran, Paman sekaligus Ayah angkat Ardiaz yang sama sama berprofesi sebagai Dokter.

“ Nak, meski sekilas, tante lihat Freya gadis yang baik.. Hargai dan lindungi dia. Kami semua disini mendoakan keselamatan kalian. Sebisa mungkin.. Ardiaz, tante mohon pulanglah kembali kemari bersama dengan Freya.” Ucap Tante Talita, istri Om Gibran yang juga seorang Dokter.

Tante Talita dan Om Gibran yang juga mencoba menahan kegelisahannya terpancar jelas olehku.. Dengan melihat mereka pertama kali hari ini, apakah normal bagiku jika aku menganggap memiliki orang tua lainnya yang menerimaku?”. Ucap Freya dalam hatinya.

*****

-Selepas melakukan panggilan Video-

( BRUUKKK BRUUUKKK TRAANNGGG)

“ Aaakkhhh! Susah sekali bergerak dengan kaki terbalut perban seperti ini!.” Ucap Freya kesal mencoba untuk mandi dengan bersandar pada dinding agar kakinya tidak terkena air, namun karena licin menyebabkan shampo, sabun, besi selang shower berjatuhan di lantai kamar mandi.

(BRAAAKKK)

“ Apa itu? Apa yang terjadi?”. Ucap Ardiaz yang dengan polos membuka pintu kamar mandi dan melihat Freya tak berbusana, tertegun tak bergerak.

“ Aaapa yang kau. . . . MAU SAMPAI KAPAN MELIHATKU?! DASAR MESUM!! PRIA BODOH!! ASUSILA!! ”. Freya berteriak dengan penuh kemurkaan mencoba meraih handuk dan menutupi dirinya. Berakhir dengan Ardiaz yang tersadar dan langsung keluar menutup pintu kembali.

“ Apa yang kulakukan?. Kenapa aku seperti ini?. Ardiaz, apa kau sudah kehilangan akal sehatmu?!”. Ucap Ardiaz pada dirinya sendiri dengan tatapan kosong merasa terpukul atas perkataan Freya.

Apa yang dilakukannya?. Apa dia tidak sadar aku seorang wanita?. Apa di matanya aku seperti bocah 5 tahun?. Aarrrgghh!! Kesal sekali hati ini!! 2 kali dia bersikap seperti ini! Apa nanti dia. . . Cepatlah mandi dan kenakan pakaianmu, Freya!. Ucap Freya bergumam dalam hati di kamar mandi.

*****

-Siang harinya saat para warga datang kembali untuk merias rumah Ardiaz-

Terlihat Camera CCTV terpasang pada area tertentu di sekitar Cottage. Bukan hanya wanita, namun pria pun terlihat antusias untuk menghias atau memberikan pengamanan lebih pada Cottage ini.

“ Bu maaf, apa yang sedang mereka lakukan?” Tanya Freya pada Bu Nisa yang melihat dari kejauhan.

“ Nak, kejadiaan seperti semalam seperti Aib. Sungguh memalukan. Tenang saja Nak, mulai sekarang kalian aman! Pengumuman akan bergema melalui menara yang berada di Dermaga agar seluruh warga di kepulauan ini dapat mendengarnya.” Balas Bu Nisa dengan nafas mengebu ngebu seolah penuh amarah dan kekesalan.

“ Lalu, apa yang akan terjadi bu setelahnya?”

“ Jika ada yang berani melakukan hal ini kembali, kami akan segera mengetahuinya dan menghukum mereka dengan berat. Seperti memancung atau mengasingkannya ke Hutan liar dengan para hewan buas yang memangsanya!”. Bu Nisa menjelaskan dengan pandangan mengerikan pada Freya.

Inikah maksud dari yang dikatakan Ardiaz dengan pernikahan kami yang harus segera dilaksanakan? Dia ternyata memikirkan keamananku dan bukan hanya untuk kepentingannya, namun berusaha memberikan jaminan keselamatan dan kenyamanan untukku selama berada di pulau ini. Ardiaz, kenapa sampai melakukan hal ini untukku, disaat dengan mudah kau bisa mengacuhkanku.

-Di tempat yang berbeda tak jauh dari Cottage-

“ Apa? Saran apa? Kelainan jati diri? Maksudmu?”. Ucap Adhi yang menanggapi keluhan Ardiaz.

“ Aku tidak tahu. Adhi, semenjak Freya di kediamanku, tanpa sadar aku melakukan hal yang tidak wajar padanya.. Terlebih aku secara spontan melakukannya. Apa yang terjadi padaku?”. Ucap Ardiaz sembari berjalan bersama Adhi mencari kayu bakar.

“ Sobat, itu artinya kau mulai masuk dalam lingkaran cinta.. Merasa khawatir berlebih, kau juga ingin menyentuh, dan selalu ingin melihatnya. Itu hal wajar sobat. Toh kau akan menikahinya. Lampiaskan semua pada malam pertamamu!”. Ucap Adhi menggebu gebu dengan merangkul Ardiaz.

“ Kau gila?! Saran apa itu!.” Ucap Ardiaz yang kesal pada Adhi.

“ Tapi, sepertinya kau harus menjelaskan pada Winda.. Meski aku tahu kau tidak menaruh hati padanya, tapi dia terang terangan menyatakan perasaannya padamu, dihadapan kita semua saat kalian menjadi sukarelawan pemeriksaan kesehatan warga.” Ucap Adhi mencoba mengingatkan.

“ Kau tidak membantu sama sekali, dan hanya memberikan beban pikiran!”. Balas Ardiaz kembali dengan kesal.

“ Aku serius padamu, jangan remehkan rasa cemburu seorang wanita karena sangat menyeramkan...” Adhi berkata sembari mempraktekkan gerakan sesosok hantu wanita.

“ Berhenti berbicara dan cari kayu.” Ardiaz berjalan cepat meninggalkan Adhi yang masih saja menjahilinya dengan tingkah konyol.

*****

-Keesokan harinya, Detik detik acara pernikahan-

Apa wanita itu adalah aku? Kenapa aku terlihat begitu berbeda? Dengan semua orang yang berada diruangan ini, tanganku terasa dingin dan bergetar karena gugup. Katakanlah apa kisah ini dapat berakhir bahagia atau terluka diakhir cerita?. Ucap Freya yang bergumam pada diri sendiri.

Suara musik pun mulai mengalun merdu dengan nada indah, tiba waktunya bagi Freya untuk berjalan menuju panggung utama dimana Ardiaz sedang menunggunya. Menadahkan pandangan Ardiaz yang etrlihat sangat tampan dan gagah, Freya pun tertegun tak terpikir akan menikahi pria yang terlihat luar biasa dengan jalan cerita percintaan yang tidak jelas.

“ SAYA ARDIAZ FAWWAS, BERSEDIA MENERIMA FREYA ARGHANI SEBAGAI ISTRI, BAIK SUSAH DAN SENANG, TANPA TERKECUALI. DENGAN MEMBERIKAN SEKOTAK PERHIASAAN BERLIAN. FREYA, IJINKAN AKU MELINGKARKAN CINCIN INI DIJARI MANISMU.”

Terdengar suara ramai dengan ucapan doa dan harapan yang ditujukan pada Ardiaz dan Freya. Janji suci pun Ardiaz ucapkan dengan sangat indah bahkan membuat Freza tidak bisa menahan airmatanya.

“ CIUM! CIUM! CIUM!”. Teriakan teman teman Ardiaz yang jahil dihadapan para tamu undangan yang ikut tersenyum bahagia dan bertepuk tangan.

“ Freya, maaf aku harus lakukan ini.”

Meminta ijin untuk menciumku, terasa kehangatan lain dirinya yang belum kuketahui sebelumnya. Alunan musik dan seru tepuk tangan seolah membuat kami terhanyut dan tanpa sadar Ardiaz menciumku semakin dalam hingga membuatku sedikit sesak untuk bernafas.. Dengan mata yang terbuka lebar, Ardiaz langsung memalingkan wajahnya dan dengan pelan berbisik, Maafkan aku..

Kembali uluran lantunan doa dan selamat pun terdengar olehku dan Ardiaz yang berjalan mengitari para tamu undangan untuk mengucapkan rasa terima kasih kami pada mereka semua yang bahkan tidak memiliki hubungan keluarga namun menyiapkan ini semua dengan sangat indah..

*****

-Setelah Acara Pernikahan-

Ardiaz dan Freya yang sudah berganti pakaian dan bersiap kembali pulang, dikejutkan dengan tertumpuknya bingkisan hadiah hadiah yang membuat mereka kebingungan bagaimana membawa hadiah hadiah itu.

Kukira Ardiaz pria sederhana yang tidak begitu memperhatikan harta. Namun begitu ia mengeluarkan kunci mobil dan mengarahkan pada mobil yang terparkir...”. Ucap Freya kembali dengan bergumam.

“ Land Cruiser 300. Tipe GR-S 4×4. Harga mobil ini hampir 2 miliar.. Kau bisa membeli sebuah rumah dengan harga mobil ini..” Ucap Freya yang langsung berlari begitu terkagum melihat mobil Ardiaz.

“ Kau tahu tipe mobil? Apa kau mengerti mesin?”. Balas Ardiaz terkejut dengan menyalakan mesin mobil dan membuka bagasi mobil membawa masuk hadiah hadiah dibantu Freya disampingnya.

“ Almarhum Ayahku seorang Teknik Mesin dan Ibuku Manager di salah satu perusahaan mobil. Ayah selalu membawa mobil untuk diperbaiki dan ibu yang memberikan saran akan pergantian mesin. Mereka terkadang lupa memberiku makan..”. Freya menceritakan dengan tersenyum manis memutar kenangannya sembari membawa hadiah satu persatu.

“ Cukup, biar aku saja.. Masuklah kedalam mobil, lagipula cuaca mulai terasa panas.” Balas Ardiaz yang mengerti raut wajah Freya yang terlihat sedih akan kenangannya.

Seperti dugaanku, seharusnya aku tidak menceritakan hal ini padanya yang berujung aku menangis kembali seperti anak kecil.. Memalukan! Aku pun tahu Ardiaz kehilangan orang tuanya dengan cerita yang lebih menyedihkan. Kenapa aku tidak mempertimbangkan perasaannya dengan polos menuruti perintahnya dan hanya terduduk menangis seperti ini?!. Freya kembali bergumam dalam hati.

( BRAAKKKK ) Suara pintu mobil yang di tutup oleh Ardiaz

“ Kau tidak apa apa? Kita pergi sekarang?” Balas Ardiaz khawatir menatap pada Freya yang mencoba menahan tangis.

“ Yaa.. Kita pulang sekarang..”. Balas Freya sembari tersenyum.

“ Freya, ada yang harus kusampaikan padamu. Lusa ada sebuah kapal yang akan berlabuh menuju Kota, aku sudah membeli sebuah tiket untukmu. Sesuai janjiku, setelah acara pernikahan kau bisa pulang dan pergilah dari sini. Kau lihat map merah yang ada dihadapanmu? Itu adalah surat pernikahan kita. Aku tidak akan mendaftarkannya.” Ardiaz mencoba menjelaskan sembari menyetir mobilnya.

“ Apa?”. Balas Freya terkejut.

“ Lanjutkan impianmu kembali. Maafkan aku menahanmu berada dipulau ini hanya karena kepentinganku. Aku harap kau tidak membenciku.”

Apa yang dikatakannya ini? Kenapa dada ini begitu sakit? Sesak sekali seolah sulit untuk bernafas. Ya, itulah perjanjian awal kami sebelumnya dan seharusnya aku bahagia akan hal itu karena berada di pulau ini pun akan membahayakan hidupku dan menyusahkan Ardiaz mengingat kelompok Buronan Polisi itu masih bersembunyi di suatu tempat dipulau ini. Tapi...

*****

-Sesampainya di Cottage milik Ardiaz-

Merapikan barang barang kembali masuk kedalam Rumah dengan hiasan ini, benar benar serasa di negeri dogeng.. Ardiaz pun terlihat tersenyum setiap kali melewatiku. Melihat ruangan tengah yang penuh bungkusan hadiah, saat melihat pintu kamar tidur yang terbuka, terlihat barang barangku yang sudah tersusun rapi.

“ PAK!!”. Ucap Freya yang berjalan menghampiri Ardiaz sedikit kesal

“ Panggil Namaku.. Akan aneh jika ada yang mendengarnya. Kau sudah menjadi istriku.” Balas Ardiaz dengan berjalan melewati Freya membawa bungkusan hadiah.

“ Ardiaz.. Kini aku merasa tidak nyaman karena menggunakan kamar utama sedangkan kau yang menggunakan kamar tamu. Lagipula lemari dan semua perlengkapanmu ada di kamar itu..”. Freya kembali berjalan menghampiri Ardiaz yang sedang sibuk memasukkan barang barang.

 “ Jangan salah paham dengan maksudku. Aku akan kesulitan nanti jika tidak seperti itu.”

APA? Tentu saja aku mengerti dengan apa maksud perkataannya. Selain sifatku yang belum terlalu dewasa, tubuh dan penampilanku pun pasti jauh berbeda dengan yang diinginkan Ardiaz. Aku yang seperti ini, tentu bagi pria sepertinya akan menganggapku seperti anak kecil dan bukanlah seorang wanita!. Ucap Freya sedikit merasa kesal dan kecewa, bergumam tidak jelas di bibirnya..

“ Sepertinya kau salah mengerti maksud perkataanku. Freya dengar, di kepulauan ini ada hari perayaan tertentu dengan tradisi kami para pria diberikan minuman, dan setiap aku meminumnya aku seperti lepas kendali.” Ardiaz mencoba menjelaskan dengan terperinci karena melihat Freya yang seolah mengomel tidak jelas pada dirinya sendiri.

“ Minuman apa? Alkohol?” Balas Freya yang setengah setengah mendengarkan karena masih merasa sedikit kekecewaan.

“ Bukan. Tapi setiap meminumnya, aku hilang kesadaran. Tahun sebelumnya aku tersadar dengan kondisi kamar tidurku yang berantakan. Tahun lalu entah bagaimana pakaian yang kukenakan terobek dan ternyata aku tertidur di dahan pohon kelapa bersama temanku lainnya.” Ardiaz merasa malu dengan menundukkan sedikit kepalanya dihadapan Freya

“ Aaahh.. Pohon kelapa...” Freya membalasnya dengan mengangguk angguk seperti tidak percaya dengan perkataan Ardiaz.

“ Jadi, bisa kau bayangkan jika kau kubiarkan tidur di ruang tamu yang tidak memiliki kunci kamar? Bukan karena membencimu, tapi aku tidak ingin lepas kendali kepadamu.”

“ Jadi, anda melihatku sebagai wanita bukan sebagai anak kecil yang perlu anda jaga?” Freya tiba tiba terlihat antusias mendengar penjelasan dari Ardiaz.

“ Kau.. Freya, sebenarnya apa kau tahu maksud dari perkataanmu itu? Apa kau mengerti apa yang...”

“ Oke, baik.. Tenanglah, kunci kamar itu akan terkunci rapat, tepat pukul 9 malam.” Freya memotong pembicaraan Ardiaz berkata sembari tersenyum senyum sendiri dihadapannya.

“ Freya, kau..”

(DHUAAARRR DHUAAAARRR WHHUUSSSSS) Suara petir disertai gemuruh angin kencang dan awan hitam dari kejauhan ditengah laut

“ Tidak mungkin. Ayolah! Sekarang?!” Ardiaz merasa kesal pada langit hitam dengan langsung menutup pintu mobil dan berlari membawa barang barang masuk ke dalam Cottage.

“ Apa? Ada apa Ardiaz?”. Freya menarik lengan baju Ardiaz dan menatapnya.

 “ IKUT AKU!” Ardiaz langsung membawa Freya pada sebuah ruangan yang berada dibawah Cottage.

Sungguh tidak terduga sebelumnya olehku.. Ternyata tinggal di kepulauan dekat pantai mengalami hal berbahaya seperti ini secara tiba tiba. Bukan hanya hembusan angin namun kilatan petir sungguh terdengar menyeramkan. Bersembunyi pada sebuah ruangan dilantai bawah, tetap dapat merasakan getaran dari lantai atas. Bersimpuh menunduk dengan doa dan menutup telinga, Ardiaz mencoba menenangkan dengan memelukku erat begitu pun aku kepadanya.

Waktu berlalu entah berapa lama sudah kami berada disini. Saat kilatan petir menghilang dengan hanya tersisa hujan deras, Ardiaz pun menggenggam erat tanganku untuk kembali kelantai atas dan melihat kekacauan alam apa yang diberikan pada kami..

Tidak mengerti apa yang terjadi, Ardiaz tiba tiba menarik tanganku untuk menerjang hujan deras menggunakan mobilnya kembali menuju dermaga pelabuhan. Sesampainya kami disana, terlihat orang orang menggunakan jas hujan berlarian kesana kemari dengan penuh kepanikan dan membawa barang barang ditangannya..

“ Tunggu disini, akan aku lihat apa yang terjadi.” Ucap Ardiaz sembari menyerahkan kunci mobilnya kepada Freya

“ Baik, berhati hatilah..”

Jam pun berlalu, hingga tengah malam pun terlewat mendekati dini hari.. Ardiaz masih saja belum kembali meskipun cuaca sudah terlihat mereda.. Memberanikan diri dengan mematikan mesin mobil dan berjalan menuju dermaga pelabuhan dengan hanya sebuah payung, aku pun dikejutkan dengan pandangan lainnya yang membuatku terdiam seperti patung..

“ NONA FREYA BERBAHAYA DISINI! TIANG PENYANGGA KAPAL HANCUR SERTA MENARA DERMAGA RUNTUH TEPAT MENGENAI KAPAL KAPAL YANG BERADA DIBAWAHNYA! SAAT INI SUAMI ANDA PUN SEDANG MEMBANTU KAMI! PULANGLAH NONA, BERBAHAYA..” Ucap salah satu petugas dermaga pelabuhan yang berlari meninggalkan Freya .

Takdir hidup apakah ini? Bagaimana bisa kejadian seperti ini terjadi begitu saja? Apa yang harus aku lakukan sekarang, kemana aku harus pergi?

Terpopuler

Comments

Neyar

Neyar

betul lah tu

2023-08-09

0

Richie

Richie

hadirrrr

2023-07-14

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 62 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!