Hati hati dengan apa yang kau inginkan, karena sering kali kita tidak tahu apakah keinginan itu baik atau tidak untuk kita, atau mungkin berdampak pada orang lain.
“ Freya.. Perasaanku saja atau memang aku melihat Pak Ardiaz?”. Ucap Misca.
“ Tidak mungkin!. Banyak kabar kudengar, bahwa Pak Ardiaz itu tidak pernah datang ke tempat seperti ini.. Yang dia lakukan hanya belajar dan belajar, makanya dengan usia semuda itu dia bisa bergelar Dokter dan Master..”. Ungkap Dion dengan menari mengikuti alunan musik.
“ Kau hanya duduk sejak tadi. Tidak seru Freya!. Sejak kau pulang cara bicara dan kelakuanmu sudah seperti ibu ibu..” Canda Misca yang ikut menari dengan Dion.
Freya hanya tersenyum dan meminum minumannya dengan mengamati Dion dan Misca dari kejauhan.. Tidak tertarik dengan apa yang disekitarnya, justru Freya merasa ada yang aneh dalam dirinya.. Kenapa aku merasa seperti ini?!. Bukankah Ardiaz mengatakan aku bebas melakukan apa yang ingin kulakukan?. Gumam Hati Freya.
Dion dan Misca semakin menikmati keramaian dan kegilaan semua orang dengan alunan musik yang semakin mengundang untuk menggoyangkan tubuh dan bersenang senang, semua terlihat begitu menikmati suasana dan berjalan menuju tengah ruangan dimana lampu sorot menyala seperti kembang api yang membuat acara malam pun semakin ramai.. Hingga akhirnya,
“ Apa kau minum alkohol?”. Ucap Ardiaz kepada Freya saat berdiri di hadapannya.
“ Aappaa yang kau lakukan diii sinii?”. Tanya Freya terkejut.
Ardiaz tak menanggapi perkataan Freya yang sedang menatapnya. Dia menarik dan mengambil paksa gelas yang ada ditangan Freya untuk mencium dan mencobanya untuk memastikan apakah yang diminum Freya adalah minuman Beralkohol atau tidak. Mengetahui bahwa minuman itu hanya Soda, Ardiaz kembali meletakkan gelas itu kembali dan menatap Freya..
“ Masih ingin di sini?”. Tanya Ardiaz.
“ Bagaimana kau bisa tahu aku di sini?”. Balas Freya yang balik bertanya.
“ Bukankah kau sudah tahu aku memasang pelacak pada Handphonemu. Tante Maya menghubungiku, karena dia mengkhawatirkanmu.” Balas Ardiaz dengan menatap pada sekitarnya.
Tante maya?. Aaakkhh Freya.. Kenapa kau sampai lupa memberitahunya?!. Ucap Freya dalam hati dengan langsung mengambil dan memeriksa Handphonenya di dalam tas. Merasa malu pada Ardiaz, Freya pun menundukkan kepalanya dengan kedua tangan yang menutupi wajahnya.
“ Merasa malu?, aku baru tahu kau suka datang ke tempat seperti ini.. Pantas kau terlihat terbiasa bekerja di Resto Bar milik Gerry dan Sopha.” Ucap Ardiaz saat menatap Freya.
“ Apa?. Tidak.. Ini bukan aku yang..... Lupakan!. Untuk apa juga aku memberitahumu?!”. Balas Freya sedikit kesal dengan mendorong gelas di depannya.
“ Kau marah?. Luar biasa Freya, seharusnya aku atau kau yang marah disini?!”.
Merasa tidak bisa membalas perkataan Ardiaz karena merasa bahwa memang dirinya yang salah bersalah, Freya membereskan barang barangnya dan mengirimkan sebuah pesan Teks kepada Dion dan Misca bahwa dia pulang duluan, lalu berjalan mengikuti Ardiaz dari belakang.
Sepanjang perjalanan Ardiaz hanya terdiam tak berkata dan Freya pun tidak berani untuk menatap wajahnya. Ardiaz tiba tiba menghentikan kendaraannya di pinggir pemberhentian Bis yang sedang tidak beroperasi dan menghubungi Tante Maya untuk memberi kabar dan meminta Ijin Freya untuk membawa ke suatu tempat dan tidak akan pulang malam ini.
“ Kau, mau membawaku kemana?”. Tanya Freya saat Ardiaz menaruh Handphonenya kembali.
“ Apa yang ada di pikiranmu mengenai perkataanku saat berada di pelabuhan tadi siang?”.
“ Apa?... Aku pikir kita tidak harus berkomunikasi dan bertingkah layaknya orang asing yang tidak saling mengenal. Kau juga mengatakan aku bebas melakukan apa yang ingin kulakukan..”
Ardiaz terdiam dengan hanya menatap pada layar kaca depan mobilnya, tanpa menanggapi perkataan Freya, Ardiaz mengganti gigi mobil dan langsung melaju dengan kecepatan yang membuat Freya sedikit ketakutan karena saat ini mereka sedang berada di kota dan bukan di pulau yang hanya terdapat sedikit pengguna kendaraan bahkan saat di malam hari.
Ardiaz menghentikan mobilnya pada tempat yang Freya tidak sangka sebelumnya dimana sebuah Lobby Hotel berbintang 5 menghampiri untuk memberikan layanan terbaiknya. Ardiaz sedikit menarik tangan Freya dan melakukan Reservasi untuk sebuah kamar sekelas President Suit dengan fasilitas lengkap di dalamnya.
“ Masuk”. Ucap Ardiaz pada Freya saat membuka pintu kamar.
Freya yang mulai merasa takut dan hanya bisa memilih mengikuti perkataannya karena tidak ingin membuat Ardiaz kembali marah atau membentaknya kembali. Kenapa Ardiaz membawaku kemari?. Apa dia kesal dengan jawaban yang kuberikan saat bertanya padaku tadi?. Gumam Hati Freya.
Ardiaz melepas jaket yang dikenakannya dan menaruh semua barang seperti Handphone, dompet, dan kunci mobilnya pada sebuah meja Bar yang berada di hadapannya. Freya merasa tertegun melihat Ardiaz menggunakan kaos oblong atau T-Shirt yang memperlihatkan tubuhnya yang terisi dengan sangat sempurna dan pikiran kotor pun menghampiri otak Freya.
“ Buka bajumu.” Ucap Ardiaz
“ Apa?”. Balas Freya terkejut dengan langsung menutupi seraya menarik bajunya dengan berjalan mundur menghindari Ardiaz yang berjalan kearahnya.
“ Kubilang buka bajumu.” Ucap Ardiaz yang semakin melangkah cepat mendekati Freya.
“ Tung.. Tunggu dulu Ardiaz.. Apa kau marah padaku?... Kita bicarakan dulu apa yang...”
(BREEETTT BRREEETT) Suara baju Freya yang terobek karena Ardiaz menarik paksa.
Freya tak dapat berkata seolah suaranya menghilang begitu saja. Apa yang harus dia lakukan disaat suaminya sendirilah yang merobak dan membuka pakaiannya.. Freya mencoba membetulkan dengan terus berjalan mundur hingga tersudut pada pintu masuk kamar tidur dimana Ardiaz membuka nya dan mendorong Freya untuk masuk ke dalam.
“ Ardiaz, kenapa kau seperti ini?, aku.. aku...”
Ardiaz menarik tangan Freya hingga mendarat pada tubuh Ardiaz yang tegap. Tangan Ardiaz melingkar sempurna pada pinggang Freya dan mulai bergerak keatas untuk melepaskan penyangga dada atau Bra yang dikenakan Freya sehingga membuat Freya begitu panik.
Pergerakan Ardiaz mulai melembut dengan membalikkan tubuh Freya dan mendudukkannya diatas kasur tempat tidur. Tangan Freya mulai bergetar karena merasa gugup dan hanya terdiam tidak mengerti harus melakukan apa. Tangan Ardiaz menyentuh lembut pundak hingga punggung Freya.
“ Luka di pundakmu ini, karenaku.. Serta Luka di punggungmu ini karenaku juga yang terlambat menolongmu.. Bagaimana bisa aku bertingkah tidak mengenalmu?.” Ucap Ardiaz dengan nada berbisik.
Dari balik cermin kaca yang menempel pada sebuah lemari, Freya melihat Ardiaz mencium pelan pundak dan punggungnya.. Freya pun seolah terhanyut dengan apa yang dilakukan Ardiaz saat ini.
“ Freya, hidupmu masih dalam bahaya dengan mereka yang sudah mengenalmu. Datang ke tempat seperti itu, justru seperti kau secara sukarela menawarkan diri agar mereka membunuhmu.”
“ Maafkan aku..”
“ Selesai aku mengobati luka di punggungmu, istirahatlah..” Ucap Ardiaz dengan langsung berdiri dan mengeluarkan Salep luka dan Plester perban.
Ardiaz kembali mengobati luka di punggung Freya yang sudah mulai terlihat membaik seperti biasanya.. Tengah malam pun berlalu dengan sangat indah, tersadar akan Baju Freya yang terobek Ardiaz keluar dan mengambil Jaketnya untuk dikenakan oleh Freya dan memakaikannya.
“ Kenapa setiap aku dekat denganmu, pasti ada bajuku yang terobek?.” Tanya Freya polos.
“ Aku.. Akan tidur di kamar satunya. Panggil aku jika kau butuh sesuatu. Selamat tidur.” Ardiaz yang tersenyum kecil mendengar pertanyaan Freya, mencium keningnya dan berjalan menuju kamarnya.
Disaat Freya dan Ardiaz tertidur lelap, kabar akan Freya yang merekam para Buronan polisi sudah diketahui oleh para anak buah Baron yang tersebar. Mereka pun wajib memberikan kabar tentang keberadaan Freya untuk mempertanyakan langkah apa yang harus mereka lakukan.
“ Tentu saja.. Lakukan seperti biasa..” Ucap Baron dengan tersenyum menyeringai.
“ Tidak aku sangka, ternyata menemukan gadis itu tidak sesulit yang kita duga.” Ucap salah satu anak buah Baron yang saat itu ikut mengejar Freya, tertawa lepas bersama Baron.
“ Tapi, kudengar ada seorang Pria yang melindunginya. Dari yang kulihat pria itu tidak bisa dianggap remeh. Karena itu, bergeraklah tanpa terbaca.” Balas Baron kembali.
“ SIAP BOSS!”.
*******
-Keesokan Harinya-
Ardiaz dan Freya kembali bersiap siap untuk pulang selesai sarapan bersama di restaurant hotel pada pagi hari.. Ardiaz yang berniat mengantarkan Freya pulang tiba tiba mendapatkan panggilan untuk kembali ke rumah sakit karena membutuhkan bantuannya untuk melakukan otopsi pada salah satu korban kecelakaaan.
“ Maafkan aku. Pulanglah jika kau merasa bosan.” Ucap Ardiaz saat memberikan kunci mobilnya pada Freya.
“ Tidak perlu.. Aku akan menunggumu.” Balas Freya saat menolak sembari tersenyum pada Ardiaz.
“ Baiklah, aku pergi dulu.” Ardiaz mencium kening Freya dan langsung berlalu pergi.
Freya merasakan wajahnya memerah karena merasa malu dengan kebiasaan Ardiaz yang baru, yaitu mencium keningnya dengan lembut.. Kendalikan dirimu, Freya!!. Gumam Freya dalam hati. Menit berlalu, tak terasa 1 jam Freya berada di parkiran mobil. Matahari pun mulai mengeluarkan aura panas yang menyengat kulit, membuat Freya menyerah dan berjalan menuju Lobby utama Rumah sakit.
“ Oke, minuman apa yang akan ku pilih?”. Ucap Freya saat berdiri di depan mesin penjual otomatis.
Lirikan mata pada Perawat dan Dokter wanita yang menatap tajam pada Freya waktu pertama kali pun berubah menjadi senyuman saat kabar akan Freya yang hanya merupakan Keponakan Ardiaz pun tersebar. Namun, ternyata ada 1 Dokter wanita yang begitu mengenal Ardiaz..
“ Jaket itu. Bagaimana bisa kau menggunakan jaket kesayangan Ardiaz?”. Tanya Winda yang tiba tiba datang menghampiri Freya.
“ Jaket..?? Aaahh, maksud Dokter Winda, jaket ini?”. Tanya Freya dengan polos dan tersenyum sembari menarik sedikit kain jaket di tubuhnya.
“ Ya. Jaket itu milik Almarhum Ayahnya dan tidak ada yang diijinkan Ardiaz untuk menyentuhnya terlebih memakainya.” Balas Winda yang mulai terlihat cemburu.
Freya yang menyadari akan tatapan cemburu, marah, dan bingung di wajah Winda, langsung mencoba memikirkan alasan yang dapat di terimanya agar tidak menimbulkan kecurigaan.
“ Aaahh, tadi pagi saat menemaniku bermain Scooter listrik ditaman, tidak sengaja aku terjatuh dan Kaos ku terobek.. Karena mendesak mendapat panggilan dari Rumah sakit, jadi dia meminjamkan ini padaku.” Ucap Freya dengan gerakan canggung.
“ Aaahhh.. begitu.. Baiklah..” Ucap Winda yang langsung merubah expresinya.
Freya merasa lega melihat Expresi wajah Winda yang berubah dan terlihat biasa.. Menundukkan sedikit kepalanya berniat untuk meninggalkannya, kejadian tak terduga lainnya muncul dimana para Rekan Dokter datang dengan beberapa Perawat yang berniat untuk istirahat siang bersama.
“ Kau keponakan Ardiaz kan?, ikutlah bersama kami jangan sungkan.. Ardiaz jika sudah bekerja suka lupa waktu.. Kau pasti merasa laparkan?”. Ucap salah satu rekan Dokter kepada Freya.
“ Apa?, tidak perlu, terima kasih banyak.. Ada yang....”
“ Sudah, ayo cepat ikut.” Ucap Winda yang langsung menarik tangan Freya.
Begitu sampai di kantin Rumah sakit, Freya merasa canggung dengan para senior atau orang tua yang berada di hadapannya.. Makanan pun terasa berat untuk di telannya.. Terlebih dengan topik pembicaraan dan candaan mereka, yang tidak di mengerti oleh Freya.
“ Serius loh ini.. Dokter Winda.. Apa kepulangan Dokter Ardiaz saat ini sengaja untuk menemuimu?.”
(UHHUKK UHHUUKK) Suara batuk Freya yang tiba tiba tersedak makanan.
“ Maamaaf.. Bumbu ayam lada hitamnya begitu menyengat..” Tangkis Freya mengalihkan.
“ Aku tidak tahu..” Balas Winda dengan tersipu malu.
“ Halaahh, lihat dia malu malu.. Tidak ada yang tidak tahu kedekatan kalian sejak awal.. Kau pasti sangat bersyukur bisa memiliki kekasih seperti Dokter Ardiaz..”
“ Ke...kasih??”. Tanya Freya menatap kepada para Dokter yang sedang berbicara.
“ Aaah kau pasti terkejut, beritahu keluargamu kalau Ardiaz sebenarnya sudah memiliki kekasih di sini.. Jangan bersikap dingin pada Dokter Winda.. AHAHAHAA..” Balas seorang senior dokter.
Tangan Freya terdiam dengan sendok garpu yang terjatuh dari tangannya. Terduduk termenung mendengar percakapan para Dokter yang seolah merekam ulang kedekatan Winda dan Ardiaz yang tidak di ketahui oleh Freya, ternyata membuat hati Freya merasa sesak dan tidak sanggup untuk duduk lebih lama bersama dengan mereka.
“ Sepertinya saya, sudah kenyang.. Terima kasih atas jamuannya.. Saya pergi dulu..” Ucap Freya sembari membereskan bekas makannya.
“ Ya, ya.. Hati hati di jalan pulang..” Ucap Salah satu Dokter senior kepada Freya yang menundukkan kepalanya dengan berlalu pergi.
Di sisi lain saat Freya mencoba meninggalkan rumah sakit, Ardiaz begitu tergesah gesah menyelesaikan pekerjaannya dan mencoba menyusul Freya di sekitaran Rumah sakit, namun tidak dapat menemukannya. Mencoba menghubungi Freya pun percuma, karena Baterai handphonenya yang habis. Ardiaz kembali berlari dan akhirnya melihat winda bersama pada Dokter dan perawat.
“ Maaf, apa kalian melihat Freya?”. Tanya Ardiaz dengan nafas tersenggah karena berlari.
“ Sepertinya dia mau pulang..” Ucap salah satu Perawat kepada Ardiaz.
“ Pulang?”. Tanya Ardiaz terkejut.
“ Ya, padahal kami sedang asik membicarakan hubunganmu dengan Winda.. Aaah, kami juga memintanya untuk memberitahu keluargamu..” Ucap Salah satu Dokter Senior.
Mendengar perkataan mereka, Ardiaz langsung melepas Jas putih kedokterannya dan langsung berlalu pergi menuju parkiran mobil tanpa memperdulikan para Senior dan rekan kerjanya yang memanggil namanya berkali kali.. Bahkan membuat Winda merasa malu karena merasa Ardiaz tidak memperdulikan perasaannya dengan mengacuhkan pergi berlalu begitu saja.
Kemana kau Freya?. Apa kau pulang ke rumah?. Gumam Ardiaz dalam hatinya sembari menyetir dengan kecepatan di atas rata rata.
Freya berjalan tanpa arah merasa bingung dengan apa yang sebenarnya ingin dia lakukan. Terhenti pada sebuah taman kota, Freya menatap langit dan mencoba mencari pemahaman dengan pertanyaan, apakah kehadiranku merusak hubungan seseorang?. Apa aku menghancurkan masa depan mereka?. Gumam Freya dalam hatinya.
Merasa lelah dengan jawaban yang tidak di dapatkannya. Freya akhirnya pulang ke rumah pada sore hari, dimana Tante Maya sudah menunggunya dan sangat merindukannya.
“ Apa kabarmu Nak?. Kau baik baik saja?”. Ucap Tante Maya, memeluk Freya erat dengan menitikkan airmatanya.
“ Ibu.. Freya... Bingung... Apa sebenarnya yang harus Freya lakukan?”. Balas Freya yang akhirnya ikut menangis, berkata dengan suara seraknya.
“ Sstt Sstt... Tenanglah.. Tidak apa apa....” Tante Maya yang mencoba menenangkan.
********
-Malam harinya-
Tante Maya yang seolah mengerti dengan apa yang sedang terjadi antara Ardiaz dan Freya, memilih untuk menghubungi Ardiaz dan memberitahukan Ardiaz untuk bersikap tenang.
“ Syukurlah jika dia sudah bersama anda..” Ucap Ardiaz dengan nada lega.
“ Panggil saja aku dengan sebutan Ibu, sama seperti yang Freya lakukan..” Ucap Tante Maya bernada lembut pada Ardiaz.
“ Baik Bu..” Balas Ardiaz.
“ Jika ada waktu, kita bertemu tatap muka secara langsung dan... Ibu ingin bertemu dengan Paman dan Bibimu jika mereka berkenan..”
“ Pasti. Mereka akan sangat senang bertemu dengan Ibu. Akan aku atur jadwal pertemuan nanti.” Balas Ardiaz dengan nada yang terdengar Antusias.
“ Baiklah, selamat malam.”
Freya yang disangka tertidur, ternyata mendengarkan dari lantai atas secara diam diam.. Dalam hatinya pun bergemuruh tak menentu mengingat akan dirinya yang sudah merusak hubungan seseorang. Bersandar pada dinding bisu, Freya pun memejamkan matanya merasa lelah..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 62 Episodes
Comments