Agust membulak-balikan halaman buku cerita dongeng Pangeran Kodok di atas tempat tidur sambil tidur tertelungkup.
"Apa aku harus mencoba cara ini?" pikirnya. "Dengan ini aku juga bisa tahu Archi itu cinta sejati aku atau bukan," dia membalikkan badannya dan menatap langit-langit kamar.
"Haaaahhh... Tetapi ini terlalu ekstrim!" serunya menutup wajah dengan buku.
"Nggak melakukan apapun membuat pikiranku jadi kemana-mana!" gusarnya bangkit dari tempat tidur dan menuju ke lantai bawah.
Di ruang tamu dia melihat ibu tengah asyik menonton drama korea di televisi. Dia memperhatikan dari jauh seorang pria yang menghias kamarnya dengan bunga dan lilin.
"Suasana romantis, untuk memancing Archi berbicara mengenai perasaannya kepadaku. Itu patut dicoba!" gumamnya pergi ke halaman belakang dimana tanaman mawar ibu tengah bermekaran lebat.
"Maaf ya Ibu, aku ambil bunganya," bisiknya sendiri memetik bunga-bunga mawar berwarna merah.
Setelah terkumpul cukup banyak Agust membawanya ke kamar. Dengan perasaan riang dia menghias kamar dengan bunga mawar. Hamparan kelopak mawar dia tabur di atas tempat tidur dan sebagian di lantai.
Setelah rapih dengan mawar dia pergi ke bawah dan meminta lilin kepada ibu.
"Lilin?" tanya Ibu bingung. "Tapi ini kan nggak mati lampu?"
"Hehehe... Iya bu, aku ada sedikit perlu dengan lilin,"
Meski tidak mengerti ibu memberikan beberapa lilin kepada Agust.
"Hanya ada lilin aroma therapy,?" kata Ibu menyerahkan lilin-lilin di dalam wadah gelas kaca ceper berbentuk bulat.
"Ini lebih cocok," gumam Agust.
"Apa?"
"Nggak bu, bukan apa-apa," jawab Agust yang lalu pamit kembali ke atas.
Sementara itu di kantor, Archi bersiap untuk pulang.
"Mau kemana neng?" tanya Susan menepuk bahu Archi.
"Pulanglah," jawab Archi berdiri dari duduknya.
"Kamu lupa ya? Hari ini kan ada acara makan-makan karyawan," samber Andini nongol dari balik mejanya.
"Ya ampun...iya ya. Aku kok bisa lupa,"
"Pengen buru-buru pulang aja sih, mau ketemu mas Agust," gurau Icha di sambut tawa Susan dan Andini.
"Mana fotonya? Katanya kamu mau ngasih lihat ke kami?" tagih Andini.
"Oh iya aku lupa, belum aku foto," jawab Archi sambil nyengir kuda.
"Ya ampun anak ini!"
Beberapa karyawan yang ikut makan Malam bersama sore itu berjalan beriringan menuju ke mall di dekat kantor Archi. Kemudian mereka menuju restoran barbeque Korean grill yang suda di pesan Ridwan sebelumnya.
Mereka duduk bersama di satu meja panjang. Dengan cekatan Ridwan mengambil tempat duduk di sebelah Archi. Memisahkan Archi dengan tiga teman akrabnya.
Archi menoleh dengan mata membesar ke arah sahabatnya. "Kalian...kenapa disitu?" tanya Archi dengan isyarat mata. Teman-teman Archi malah mengejeknya dengan hanya memberikan tawa mereka sambil menunjuk Manager mereka.
"Baiklah..., kawan-kawanku sekalian," Ridwan berdiri dengan tubuhnya yang menjulang tinggi. Membuat Archi merasa menjadi kurcaci di dekatnya. Di tambah kebiasaan Archi yang membungkuk ketika dia merasa tidak nyaman, membuatnya semakin menciut.
"Malam ini seperti biasa kita adakan makan malam bersama untuk memperat jalinan perteman kita yang bukan hanya untuk kepentingan pekerjaan semata tetapi juga untuk hubungan baik antar kita semua. Jadi saya ucapkan selamat menikmati hidangan yang tersedia." tutupnya dan memulai memanggang daging di atas pemanggang yang menimbulkan bunyi gemericik air beradu dengan minyak panas.
"Ini makanlah!" Ridwan menaruh daging tipis di piring Archi.
"Terimakasih," jawab Archi mengambil sumpitnya.
"Hadeuuh...segala pake sumpit lagi. Aku aja nggak bisa pakai sumpit," gerutunya di dalam hati.
"Kamu nggak bisa pakai sumpit ya?" Ridwan tersenyum dan menyumpitkan daging untuknya. "Aku lupa. Ini!" Ridwan menyodorkan daging ke hadapan mulut Archi.
Archi melihat yang lain tengah melihat ke arahnya sambil senyum-senyum. Walau malu dan ragu Archi memakan daging yang disuapi Ridwan.
"Pepet terus pak Manager!" seru seorang karyawan laki-laki diiringi tawa yang lain. Archi tidak bisa menyembunyikan perasaan malunya. Dia bisa merasakan hawa panas mengaliri wajahnya dengan warna merah.
"Uhuk..uhuk...!" Archi tersedak.
"Minumlah dulu!" Ridwan memberikannya minum lalu menepuk punggung Archi dengan khawatir. Sementara itu yang lain malah menertawakan Archi.
"Terimakasih," ucap Archi.
"Aku kebesekan pasti ada yang ngomongin aku nih," pikir Archi.
Pelakunya di dalam kamar Archi, sedang menantinya dengan tidak sabar ingin menunjukkan suasana romantis di kamar Archi yang telah dia buat.
"Archi kemana ya? Jam segini belum pulang," tanya Agust memperhatikan jam dinding yang berdetak.
Kembali ke makan malam karyawan di Mall.
Selepas makan bersama mereka pun pulang. Ketika melewati area toko yang berjejer di dalam mall Archi melihat sebuah hem pria berbahan semi jins berwarna dark grey yang dikenakan manekin pajangan. Penampilan yang mengingatkannya akan Agust D ketika konser D Day beberapa minggu yang lalu.
"Ini pasti cocok untuk Agust!" pikirnya berbelok ke arah toko. Sementara kawannya yang lain sudah berjalan jauh di depan.
Ridwan yang menyadari Archi tidak lagi bergabung bersama mereka menoleh ke belakang.
"Kalian duluan aja," ujarnya berjalan kembali ke belakang mengejar Archi.
"Kamu beli kemeja untuk siapa?" tanyanya saat Archi menyerahkan kemeja kepada pramuniaga yang berjaga.
"Eu...untuk ayahku," Jawabnya gugup.
"Kamu perhatian sekali sama ayahmu," pujinya.
"Duuuh...kenapa aku bohong sama Ridwan?" sesal pikirannya. "Harusnya aku ngomong aja itu buat suami aku, jadi Ridwan tau kebenarannya kalau aku udah nikah," katanya mengikuti pramuniaga ke kasir.
Mbak kasir berbaju rapih menyebutkan nominal harga yang harus di bayar. Archi membuka tas sling bagnya dan mengambil dompet tempat ia menaruh uang dan kartu atmnya.
Ridwan menyodorkan black card miliknya kepada mbak kasir.
"Eh...jangan!" sergah Archi menarik tangan Ridwan. "Biar aku aja yang bayar," kata Archi
"Udah... Nggak apa-apa, Archi. Aku yang akan bayar," mbak kasir mengambil kartu dari tangan Ridwan.
"Tapi...,"
"Nggak apa-apa, nggak usah nggak enak gitu akh. Kaya kita ini baru kenal aja, kita kan udah lama temenan," jawab Ridwan membuat Archi bertambah tidak enak dibuatnya.
"Kenapa sih aku nggak berani berterus terang sama Ridwan?" batin Archi menunduk pilu. "Kenapa aku lebih takut mengecewakan dia soal kebenaran aku yang udah nikah?" tambahnya jadi serba salah.
Mereka hanya terdiam sepanjang perjalanan keluar dari mall.
"Aku antar pulang ya?"
"Nggak usah Pak. Aku naik ojek online aja,"
"Udah...aku anter aja. Ayo!" tangan kekar bertato itu menggenggam tangan mungil Archi dan menariknya lembut.
Archi tersipu memandangi tangan putih itu mengukung jemarinya, "Pernikahan tiba-tiba diriku, membuat aku lupa kalau aku pernah memiliki perasaan sama Ridwan sebelumnya," batinnya.
Archi sampai di rumah. Hari sudah terlalu larut saat dia datang. Semua orang rumah sudah tertidur. Lampu-lampu utama di matikan membuat rumah menjadi temaran. Perlahan tanpa menimbulkan suara Archi naik ke lantai dua menuju ke kamarnya.
Betapa terkejutnya dia ketika membuka pintu kamarnya dan melihat suasana romantis yang sudah disiapkan Agust untuknya. Sementara lilin-lilin masih menyala di ruangan kamar yang gelap, si pembuat rencana sudah terbaring di tempat tidurnya.
Archi tersenyum lebar menikmati harum semerbak bunga mawar dan indahnya bunga mawar yang tertata di kamarnya.
"Apa yang orang ini rencanakan?" tanyanya memandang Agust yang tengah tertidur. "Kenapa dia membuat kamar ini jadi romantis," pikirnya sambil mengambil baju ganti di lemari.
Archi dengan tenang membuka dan mengganti pakaiannya di kamar dia merasa aman untuk berganti baju di situ karena Agust sudah tertidur pulas.
Setelah berganti pakaian dan ritual skincare nya, Archi mematikan lilin yang masih menyala lalu Archi naik ke atas tempat tidur. Sesuatu membuat punggung Archi tidak nyaman. Dengan perlahan Archi menarik sebuah buku yang terhimit punggungnya.
"Pangeran kodok!" serunya lirih. "Ya ampuun... Apa dia melakukan ini untuk...? Pantas dari kemarin dia bertingkah aneh,"
"Haduh..., si Agust ini!" keluh Archi mengusap wajahnya. "Untung aku pulang terlambat, kalau nggak dia pasti ... Akh...aku nggak mau membayangkan nya!"
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments