"Ayahmu bertanya nama apa yang ingin aku gunakan, dia ingin mengurus surat-surat kependudukanku," kata Agust memberi tahu Archi.
Bukan masalah sulit bagi ayah untuk memalsukan identitas, membuat ktp, kartu keluarga asli tapi palsu. Banyak orang penting yang bekerja di pemerintahan yang dia kenal yang pasti bisa dimintai tolong.
"Siapa ya? Agust...,namamu Agust aja!" seru Archi begitu semangat.
"Dari sekian banyak nama, mengapa kamu memilih nama Agust?" tanya Agust heran.
"Karena aku penggemar rapper Agust D," aku Archi dengan bangganya.
"Kalau kamu menyukai rapper itu dia pasti rapper yang sangat hebat dan bertalenta," tebak Agust.
"Benar itu!"
"Pantas kamu memilih aku jadi suamimu," kata Agust menyombong.
"Aku nggak memilihmu, tapi aku terpaksa," sungut Archi. "Lagipula kamu bertalenta apa? Identitas aja kamu nggak punya," sindir Archi.
"Karena aku amnesia aku jadi nggak tahu apa keahlianku. Tetapi kamu pasti sudah menyadari talentaku dari feeling mu, kan?"
"Hahaaha...," tertawa dibuat-buat. "Iyain aja biar cepat,"
Hanya menunggu dua hari kerja surat-surat kependudukan pria putih telah selesai di buat.
Semua dokumen pun siap untuk di daftarkan ke Kantor Urusan Agama.
Beberapa anggota keluarga dari Ibu dan Ayah sudah ada yang datang dari hari sebelumnya untuk membantu Ibu masak-masak. Bukan hanya untuk masak untuk acara esok hari tetapi juga untuk acara selametan di malam sebelum akad. Sesuai tradisi yang mereka pegang. Kakek dan Nenek dari Ayah pun datang menginap karena rumah mereka jauh di kampung. Sedangkan Nenek dan Kakek dari Ibu rumahnya masih satu kota dengan Archi.
"Oo alaah... ini toh Agust!" seru Nenek saat Agust mencium tangan Nenek dan Kakek yang baru tiba dari kampung. Mereka semua duduk berkumpul di ruang tamu.
"Kayanya dia bukan orang indonesia asli yo?" tanya Kakek yang melihat Agust lebih ke orang Asia Timur.
"Iya." jawab Ayah.
"Pinter kamu carikan mantu untuk putrimu," puji Nenek. "Ganteng begitu,"
"Kalau Archi memang harus dibeginikan. Dicarikan jodohnya. Kalau nggak, nggak bakal nikah-nikah dia," sahut Bibi Archi dari Ibunya.
Archi hanya mesam-mesem dalam duduknya. Dan Agust tersenyum melihat Archi yang salah tingkah.
"Iya. Kita sepupunya sampai bergosip di belakang Archi kalau dia ini nggak suka laki-laki, sukanya perempuan," sahut sepupunya yang perempuan.
"Enak aja. Aku suka laki-laki, yo! Aku juga punya gebetan tapi malas aja pacaran," kilah Archi.
"Heleh, bilang aja nggak ada yang menyatakan perasaannya sama kamu, kan?" timpal sepupu prianya.
"Itu salah satunya," jawab Archi disambut tawa yang lain.
"Keluarganya Agust nggak ada yang datang?" tanya Nenek.
"Nggak Bu. Agust ini anak yatim piatu. Teman aku dulu, ayahnya ini. Saudara ya ada, cuman jauh di luar negeri," jawab Ayah sedang mengarang bebas seperti dalam pelajaran bahasa Indonesia.
"Oo iyo. Naik pesawat mahal harus ke sini," sahut Kakek. "Nggak apa-apa, laki-laki mah gampang kalau mau nikah. Nggak perlu wali, datang sendiri juga bisa. Berbeda sama perempuan." sambung Kakek.
Agust hanya mengangguk-anggukan kepalanya diluar dia benar-benar paham atau tidak, arah pembicaraan ini.
Sepanjang hari Agust berlatih menghafalkan ikrar kabul yang akan dia sebutkan besok.
"Saya terima mas dan kawinnya, aduuh... salah!" kata Agust menggaruk kepalanya. "Ini harusnya nggak sesulit itu, tetapi ini bener-bener bikin aku gugup," ujarnya bicara sendiri.
Dia membuang dan menarik napasnya kembali dan bersiap menghafal lagi.
"Di sini aja gugupnya kaya gini, apalagi besok, ya? Mudah-mudahan aku bisa," harapnya membuang-buang napas dari bibirnya yang dimanyunkan.
Tanpa terasa haripun cepat berganti. Hari itu pun tiba. Hari pernikahan Archi dan Pria putih yang kini telah memiliki nama, Agust.
Sejak pagi Archi dirias dengan cantik oleh kakaknya. Menggunakan kebaya putih yang dibeli dan disiapkan ibunya. Mata ibu terlihat berkaca-kaca karena rasa harunya melihat putrinya yang begitu cantik akan menikah.
Meskipun jauh dari ekspektasinya selama ini, namun dia sedikit bisa menerima pernikahan mendadak dengan pria asing yang belum dikenal, tatkala melihat Archi dengan kebaya pernikahannya.
Sementara yang lain menyiapkan keperluan pesta di bawah. Ibu dan Kakak yang sibuk dengan makanan untuk prasmanan, Ayah dengan dekorasi yang semua di bantu anggota keluarga lain.
Sedangkan Archi yang telah rapih dengan riasannya, menunggu penghulu datang di dalam kamarnya sendirian.
Didalam kamarnya Archi merasa resah. Ada yang mengganggu pikirannya. Berkali-kali dia berjalan mundar-mandir tidak karuan.
"Kenapa aku jadi merasa sedikit ragu begini ya?" tanyanya sambil menggigit kuku. "Mungkin ini hanya gugup, tapi ada yang mengganggu hatiku juga. Sebaiknya aku menemui Agust dulu," gumamnya membuka pintu kamar perlahan dan mengintip keluar. Saat suasana dirasa aman dia berjalan keluar kamar.
Dengan mengendap-endap, Archi turun ke lantai bawah. Beberapa keluarga Archi yang lain sudah datang dan saling berbincang di ruang tamu. Terlihat juga Ayah yang sedang mengatur posisi meja untuk acara akad nanti di teras depan rumah.
Diam-diam Archi berjalan menuju ke kamar Kenji, tempat dimana Agust menunggu. Karena mereka sibuk dengan urusan masing-masing tidak ada yang menyadari pengantin wanitanya pergi menemui mempelai pria.
Archi membuka pintu kamar Kenji yang berwarna putih. Dengan cepat ia masuk dan segera menutup pintu lagi.
Sedikit terkejut Agust menoleh ke pintu. Mereka saling memandang kagum satu sama lain,
"Cantik banget dia kalau di makeup dan pakai kebaya gitu," batin Agust, mulutnya sedikit menganga.
"Ni pangsit rebus tambah ganteng banget pakai jas putih," dalam batin Archi dengan mata berbinar.
Archi menggeleng menyadarkannya sendiri, "Agust...," panggilnya lirih berjalan menghampiri Agust. Agust tersadar dari lamunannya.
"I-iya?" Agust tergagap.
Di kamar Kenji Agust pun hanya sendirian karena Kenji bermain dengan sepupu-sepupunya yang lain di luar rumah.
"Ada apa? Kenapa kamu tiba-tiba ke sini?" Agust penasaran.
"Kamu yakin mau menikah sama aku?" tanya Archi membuat Agust bingung.
"Mengapa bertanya begitu sekarang?" Agust balik bertanya, muncul garis diantara alisnya.
"Kalau kamu nggak yakin, kamu bisa membatalkannya. mumpung masih ada waktu," jawab Archi.
"Kamu kali yang nggak yakin mau menikah sama pria tanpa identitas kaya aku?" sindir Agust.
"Aku?" tunjuknya pada diri sendiri.
"Iya....Nggak mungkin kamu nanya gitu kalau kamu sendiri yakin," terka Agust.
"Aku...aku cuman takut," jawab Archi memunggungi Agust.
"Takut kenapa? Aku nggak gigit kok," sahut Agust.
"Bukan..., Aku takut kalau ingatanmu kembali atau kamu sudah menemukan keluargamu, kamu akan meninggalkan aku," aku Archi terdengar muram.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
YouTube: hofi_03
pangsit rebus dah jadi orang indo 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 asli ngakak liat ktp pangsit rebus 😆😆😆😆😆😆😆
2023-10-09
1
Mahdiana MN
haai army..!!
2023-07-16
1
canvie
thor 😭 maap ngakak liat ktp mas agus 🙏🏻🙏🏻
2023-06-29
1