"Aaaaa......!" Archi melompat, ikut terkejut saat menyadari seorang pria tanpa busana tidur, meringkuk, di sebelahnya.
Refleks cepat Archi menutup tubuh bagian bawah pria itu dengan selimutnya. Pria itu tertidur sangat nyenyak sehingga tidak terusik dengan ribut-ribut di sekitarnya, hanya telinganya bergerak-gerak setiap mendengar suara.
Archi tercengang. Tidak habis pikir dengan kehadiran pria yang tiba-tiba berada di atas tempat tidurnya. Dia memperhatikan, Tank Top dan celananya masih terpakai dengan baik. Lalu apa yang terjadi? Apakah memang ada yang terjadi? Lalu kenapa Pria ini tidak berpakaian di atas tempat tidurnya?
"Bagaimana bisa? A-ku?" Archi menutup atas dadanya yang tidak tertutup tanktop dengan sisa ujung selimut. Matanya yang terbelalak seperti slow motion melihat wajah pria itu yang masih tidur pulas.
"Eh, tampan juga," celetuk Archi di dalam hati memandang tenang wajah pria itu. "Ya ampun, aku ini!" menggeleng cepat.
"Astagfirullah! Archi!" murka Ayah seraya berjalan memasuki kamar Archi.
"Ayah nggak nyangka kalau kamu seberani ini!" sembur ayah. Ibu bersembunyi di belakang ayah, terlihat takut sekaligus sedih memandangi Archi.
Kakak memasang wajah ketus sambil melipat tangan diatas perut.
"Tapi ayah...aku nggak tahu siapa dia," tampik Archi.
"Dia ada di kamarmu!" sentak ayah melotot dengan tatapan tajam. "Mana mungkin kamu nggak tahu siapa dia. Jangan menutupi kesalahanmu dengan berpura-pura seperti itu!" hardik ayah.
Ayah adalah pria bertubuh tinggi, kurus dengan janggut yang sedikit panjang hanya dibawah dagunya dan memakai kacamata minus dengan frame kotak.
"Tetapi aku memang nggak tahu," kata Archi bersikeras. Tiba-tiba dia teringat sesuatu,
"kucingnya? Dimana kucingnya?" Archi menengok kiri kanan mencari keberadaan kucing putih semalam.
"Jangan mengalihkan pembicaraan!" Nada suara ayah tetap meninggi.
"Biar ayah hajar lelaki kurang ajar ini!" Ayah bersiap menarik pria itu.
"Jangan ayah!" sergah Archi panik.
"Kenapa nggak boleh? Berarti benar kalian memiliki hubungan." simpul Ayah.
"Bu-bukan begitu,"
Pria itu terusik, dia menggeliat lalu membuka matanya perlahan. Dari sela-sela matanya yang sipit dia mengintip, bergantian melihat ke arah ayah dan Archi. Saat dia mendelik ke bawah tubuhnya dan menyadari dirinya tidak berpakaian,
"Aaaa!!!..." pekiknya beringsut, segera duduk sampai tidak sengaja menyingkap selimutnya. Archi menaruh kembali selimut diatas tubuh pria itu untuk menutupi 'anu-nya' yang hampir terbuka.
"Apa-apaan kamu!" pria itu marah kepada Archi.
"Aku membantu menutupi burungmu itu," Archi melotot sambil menunjuk.
"Tetapi kamu memegang pusaka-ku," sungut pria itu tidak terima seraya menutupi dengan tangan sesuatu yang dia sebut pusaka itu.
"Ya mana aku tahu," jawab Archi cemberut.
"Benar-benar kalian ini!" pekik ayah, bertambah geram. "Cepat temui ayah di bawah. Pakai baju kalian!"
Ayah ibu dan kakak Archi meninggalkan mereka berdua di kamar.
"Kamu siapa? Kenapa tiba-tiba ada di kamarku? Kapan kamu masuk ke sini? Bagaimana caramu masuk?" cecar Archi dengan pertanyaan-pertanyaan.
Pria itu hanya terdiam, menatap hampa ke bawah seolah berpikir.
"Heh...aku nanya sama kamu," Archi menarik pundak pria itu agar melihat kepadanya.
"Aku siapa?" balik pria itu bertanya. Sudut mulut kiri Archi terangkat mengikuti tarikan alisnya ke atas.
"Maksud kamu apa, pake nanya segala kamu siapa. Aku kan nanya duluan sama kamu,"
"Aku benar-benar nggak tahu aku siapa," tekan pria itu.
"Haduuuh....!" Archi mengusap wajahnya, patah arang. "Sudah pakai bajumu! Nanti Ayah tambah marah kalau kita kelamaan di sini!" perintah Archi.
"Bajuku? Bajuku mana?" tanyanya melihat ke bawah tempat tidur untuk mencari bajunya.
Archi ikut melihat sekeliling kamarnya dan tidak mendapati adanya baju pria itu.
"Terus kamu ke sini nggak pakai baju gitu?"
"Mana aku tahu, aku kan lupa." tukas pria itu.
"Aneh...." Archi pergi ke lemarinya dan mengambil kaos yang agak besar dan celana pendek. "Ini pakai punyaku!" Archi memberikannya kepada si pria.
Pria itu langsung memakai kaos dan celana Archi. Beruntung kaos dan celananya muat di badannya yang kecil, walau tidak sekecil badannya Archi.
"Itu kulit atau pangsit rebus? Kenapa bisa seputih itu? Aku yang cewek aja nggak seputih itu?" batin Archi kagum melihat kulit pria itu.
"Ini celana nggak ada yang lebih panjang dikit?" protes pria itu menunjukkan pahanya yang hanya tertutup separuh celana.
"Masih bagus ada celana yang muat jadi nggak buligir* kaya tadi," sewot Archi yang sudah melapisi tank topnya dengan kaos dan celana pendeknya dengan celana panjang.
Mereka turun bersama ke bawah. Di atas sofa duduklah ayah, ibu dan Kakak dengan berjarak-jarak. Mereka menunggu dengan ekspresi yang sama, MARAH. Walau air muka ibu lebih terlihat sedih sedangkan kakak hanya nampak kesal.
Mata tajam mereka bagai elang mengincar mangsa, memandang Archi dari atas sampai turun dari tangga. Archi menundukkan wajahnya sambil duduk di sofa sebrang ayahnya.
Archi menggaruk tengkuknya yang bahkan tidak terasa gatal.
"Jelaskan kepada kami, bagaimana pria itu bisa masuk ke kamarmu?" Nada suara ayah tenang tetapi menusuk.
Archi mendengus, bingung untuk menjelaskannya. Karena apapun jawabannya mereka pasti tidak akan percaya.
"Bagaimana kita bisa kecolongan, nggak tahu kalau Archi memasukkan laki-laki ke kamarnya." Ayah menoleh menatap ibu dan kakak bergantian.
"Kalau aku memang sengaja memasukan dia, aku nggak akan membiarkan dia tetap di kamar. Seenggaknya aku bakal nyuruh dia pergi sebelum ketahuan kalian," dalih Archi mencoba membela diri.
"Orang aku aja nggak tahu kalau ada dia di kamar," imbuh Archi.
"Jangan bohong! Kalian pasti nggak sadar karena kecapean begituan sampai nggak sadar hari udah pagi," tuding Kakak.
"Ya ampun kakak. Aku ini adikmu ka. Kok kakak bisa menuduhku seburuk itu?"
"Ya kamu pikir aja sendir!" sungut kakak.
"Setiap malam pintu dan jendela selalu terkunci rapih. Nggak mungkin orang bisa masuk kalau nggak dibukakan dari dalam," urai ayah. "Apalagi ayah yang selalu memastikan semua terkunci, baik malam atau pagi hari." pungkasnya.
"Sudah berapa lama kalian berpacaran?" ibu mulai memberanikan diri mengeluarkan suaranya yang terdengar gemetar.
"Aku nggak pacaran sama dia bu. Aku udah bilang aku nggak kenal dia," kukuh Archi.
"Hey nak...jangan diam saja. Katakan sesuatu!" tegur ayah melotot kepada pria itu.
"A-aku...," jawab pria itu bingung menoleh ke arah Archi yang cemberut.
"Apa yang kamu lakukan di kamar anakku?" Tanya ayah.
"A-aku nggak ingat apa-apa," jawab pria itu benar-benar terlihat bingung.
"Pasti dia mabuk berat sampai nggak ingat apa-apa," sahut Kakak sinis.
"Sepertinya percuma bicara dengan kalian. Kalian terus-terusan menutupi kesalahan kalian," simpul ayah geleng-geleng. "Kalau kamu sudah mau menikah seharusnya kamu mengatakan kepada kami, jangan berbuat seperti ini," tuding ayah lagi.
Archi pasrah dengan tuduhan-tuduhan yang ayahnya lontarkan. Bahunya terkulai lemas kebawah, kepalanya miring dan menatap nanar ke arah ayah.,
"Ini aib, dosa bagi kami orang tua kamu. Sebelum berita ini tersebar ke luar dan terjadi hal-hal lain yang nggak diinginkan, ayah akan menikahkan kalian,"
"Apa?" pekik Archi seraya berdiri. "Aku nggak mau menikah ayah, apalagi menikah sama orang yang nggak aku kenal," tolak Archi dan matanya berkaca-kaca.
...****************...
*buligir : bahasa sunda dari nggak memakai pakaian sehelai pun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
YouTube: hofi_03
kucengnya agus ya emang koceng si dia 😍 lucu.. imut 😍
2023-10-09
1
Inah Ilham
kucing langka dan satu satunya didunia, kucingnya army kucing kita....
2023-09-16
1
Diana Amalia
kucing tamvan😁
btw aku mampir thor😃
2023-08-22
1