"Ketuk dulu kalau mau masuk!" tegur Archi kesal.
"Maaf...maaf...." Agust keluar lagi dan menutup pintu.
"Nasiiib, begini amat. Lebih baik aku jadi kucing jalanan seperti sebelumnya," gumamnya sambil jongkok di depan kamar Archi, memeluk bantalnya. Lelah seharian membuatnya mengantuk berat.
"Kamu lagi ngapaian di situ?" tanya ayah Archi yang kebetulan hendak mengecek pintu dan jendela di lantai atas sebelum tidur.
Agust yang hampir terpejam terperanjat kaget.
"Menunggu Archi ganti baju, om - ayah," jawab Agust bangkit berdiri.
"Ya ampun...," kesal ayah lalu mengetuk pintu kamar Archi. "Anak itu benar-benar...!"
Archi yang telah selesai berganti baju membuka pintu kamar dengan wajah garang ingin menyemprot Agust. Belum jadi nyemprot yang dilihatnya ternyata ayahnya.
"Archi...!" semprot ayah duluan.
"Ayah...aku pikir Agust," sahut Archi, ngegerendeng.
"Mengapa kamu menyuruh Agust tunggu diluar?" tanya Ayah.
"Aku sedang ganti baju ayah," jawab Archi santai.
"Ya ampun....sebelum menikah aja kalian nggak malu buka-bukaan di kamar," sindir Ayah mengingatkan kejadian waktu itu.
"Apalagi sekarang kalian sudah sah menikah. Kenapa kamu harus malu berganti baju di depan suamimu sendiri?" sambung Ayah.
"Ta-pi, Yah..." Archi mencoba mengelak.
"Sudah masuk sana Agust! Tidurlah kalian!" titah Ayah menunjuk ke dalam kamar. "Awas kalau ayah lihat Agust berkeliaran di luar kamar lagi." peringati ayah dengan suaranya yang tegas.
Mereka masuk ke kamar setelah ayah kembali turun ke lantai bawah.
"Sekarang bagaimana?" tanya Agust dengan wajah memelas dan ngantuknya.
"Ya mau bagaimana lagi kamu tidur di atas kasur juga. Tapi ingat....jaga jarak! Jangan dekat-dekat!" kata Archi tegas.
"Kasur sempit gitu nggak dekat-dekat gimana sih!" rajuk Agust melihat tempat tidur single milik Archi.
"Ya pokoknya jangan terlalu dekat. Kita tidur saling tolak belakang. Nggak usah nyari kesempatan karena kasurnya kecil," tukas Archi.
"Iya aja deh. Aku mau tidur, ngantuk!" Agust merebahkan badannya di atas kasur. "Capek banget seharian tadi," tambahnya menutup mata.
Hati-hati Archi merebahkan diri disebelah Agust. Tidak ingin membuat terlalu banyak gerakan yang akan membangunkan cowok disebelahnya.
"Aku nggak suka pakai guling. Coba kalau ada guling kan bisa buat pembatas," gumamnya menoleh ke belakang melihat Agust yang sudah tertidur.
"Dia pasti capek banget," gumam Archi setengah duduk menyelimuti Agust dengan selimutnya. "Tidurnya ampe mangap gitu," tambahnya memperhatikan setiap detail di wajah Agust yang tenang.
"Jangan dilihatin terus deh. Nanti aku khilaf lihat muka gantengnya berabe," bisiknya membaringkan badannya. Bertolak belakang dengan Agust.
Serasa baru sekejap Archi tidur alarm terindah terdengar di telinganya. Shubuh pun tiba, suara adzan yang indah membuat setengah kesadarannya kembali.
"Sudah shubuh lagi aja," bisiknya dengan mata masih terpejam dan mengeratkan pelukannya.
Satu kakinya dia tumpangkan di atas sesuatu yang dia peluk. Tubuhnya begitu rapat dengan yang ia peluk dan itu terasa hangat di shubuh yang dingin ini.
Hatinya menyadari sesuatu, "tunggu dulu! Aku kan nggak punya guling...terus yang aku peluk?" Archi membuka matanya cepat dan terkejut melihatnya memeluk Agust berhadapan.
Napas lembut mengusap di wajah Archi. Bersamaan dengan itu dia merasakan sesuatu yang tegang bangun menyentuh di pahanya.
"Aaaa....!" pekiknya mendorong Agust hingga terjatuh dari kasur.
"Aduuuuhhh!" raung Agust, memegang punggungnya yang sakit. "Kamu itu kenapa sih? Sakit tau!" omel Agust dengan wajah meringis kesakitan di lantai dekat tempat tidur.
"Kamu ngapain peluk-peluk aku?" sungut Archi melongok Agust ke tempat Agust terjatuh.
"Aku peluk-peluk kamu? Kamu kali yang meluk-meluk aku," balas Agust tidak kalah sengit sambil berdiri memegang bokongnya yang juga terasa sakit.
Mata nakal Archi menangkap sesuatu,
"Idiih...pake bangun segala lagi," Archi menutup wajahnya melihat yang menyembul di dalam celana Agust.
"Hoaam...," Agust menguap ngantuk. "Ya wajar namanya juga cowo. Berarti punyaku normal," ujar Agust dengan entengnya kembali rebahan di atas kasur dan melanjutkan tidurnya.
"Ampuuuunn!!!" Archi bangkit dari kasurnya. Bergegas mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi di luar kamar.
"Ini keterlaluan...kenapa juga aku harus nikah sama dia sih? Mana harus tidur juga satu kasur," gerutu Archi di kamar mandi. "Kan jadinya begini. Harus keramas deh..."
Karena kejadian tadi Archi yang polos merasa ternoda, dan dia melakukan mandi wajib. Archi keluar kamar mandi dengan handuk melilit di rambutnya.
Dari arah kamarnya, Kakak datang membawa peralatan mandinya,
"katanya ngga saling kenal. Tetapi malam 'pertama-an' juga," nyinyir kakak sinis. Berpikir kalau Archi dan Agust sudah melakukan hubungan badan.
"Memangnya kalau keramas, pasti malam pertama? Kalau kakak keramas, kakak abis malam pertama-an sama siapa? Punya pasangan juga nggak," balas Archi sengit.
"Dasar kamu tuh, ya!" Cicit Kakak, sangat geram.
"Kabuur...nenek gayung marah!" seru Archi setengah berlari menuju kamarnya.
"Awas ya...Aku bakal minta cepat dinikahi pacarku. Aku tunjukin aku juga bisa malam pertama. Memang kamu doang!" gerundel kakak bicara sendiri sebelum masuk ke kamar mandi seperti anak kecil yang cemburu dengan mainan baru temannya.
Selesai mandi Archi melaksanan shalat shubuh di kamarnya.
Agust yang kembali tidur di kasur setelah Archi pergi ke kamar mandi, mengintip Archi melaksanakan shalat dari matanya yang mengantuk.
"Gadis ini rajin juga ibadahnya," Batinnya. Membuka matanya. "Kalau aku ini sebenarnya dulu adalah manusia, apa aku juga melaksanakan ibadahku?" tanyanya.
"Malah melamun!" tegur Archi merapihkan sajadahnya. "Bangun, salat sana!" suruh Archi.
"Salat? Aku nggak tahu caranya salat," jawab Agust lirih.
"Ya ampun...ya udah kamu wudhu aja dulu nanti aku ajarin shalatnya."
"Wudhu itu apa?" Agust bertanya lagi.
Archi menepuk jidat. Akhirnya Archi menemani Agust untuk wudhu dan memberitahu tata caranya. Selesai berwudhu Archi pun mengajari Agust untuk salat.
"Ini buku!" Archi memberikan sebuah buku tuntunan shalat dan doa-doa pendek. "Kamu bisa baca kan?" tanya Archi.
"Bisa. Nih...tuntunan shalat wajib dan sunah beserta doa-doa,"
"Wah amazing kucing bisa baca!" ledek Archi.
"Iya kan!" Agust mendelik bangga.
"Baca bisa, tetapi Aku jadi penasaran, kamu dulu salat apa nggak?" tanya Archi sangat ingin tahu. "Kamu hanya lupa, atau memang nggak pernah melaksanan salat," sindir Archi.
"Kalau dulunya aku ini memang siluman kucing, masa iya aku salat," sahut Agust.
Archi pun menimpali, "Kata kamu, kamu manusia yang dikutuk? Berarti dulunya kamu manusia dong!"
"Aku juga masih bingung. Aku ini manusia yang dikutuk jadi kucing atau kucing yang dikutuk jadi manusia?"
"Kalau menurut kamu bagaimana?" Tanya Agust lagi mencari pendapat terbaik.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
YouTube: hofi_03
sini ceng tidur di pangkuan aku 😭 pengen ngelus2 pipimu yg lembut itu huaaaaa 🤣
2023-10-15
1
Inah Ilham
hajimaaaaa.....
2023-09-16
1