"Katanya siangan dikit, tetapi ini siang banget!" gerutu Agust berjalan di sisi Archi. Mereka berjalan kaki menuju ke jalan raya depan komplek perumahan Archi untuk mencari warung yang sama dalam ingatan Agust.
Seperti pesan ayah, Archi dan Agust mengenakan masker ketika keluar rumah.
"Ya maaf, tadi kan ketiduran. Padahal kamu juga malah ikut tidur," balas Archi yang di sambut senyum lebar Agust.
Sesampainya di jalan raya,
"Warung yang mana?" tanya Archi di antara banyaknya penjual makanan di sepanjang jalan depan komplek.
"Sepertinya yang itu!" tunjuk Agust pada warung tenda dengan tutup spanduk bergambar lele, ayam, bebek di depannya.
Mereka pun memasuki warung tenda yang ditunjuk Agust. Ketika melihat ibu penjual warung yang mengenakan bergo hitam, wajah tirusnya yang sedikit keriput, Agust bisa meyakini ini warung dalam ingatannya.
"Itu ibu yang menyiramku," bisik Agust.
"Oh oke,"
"Mau makan apa neng?" tanya ibu penjual warung saat Archi dan Agust duduk di bangku kayu panjang.
"Nasi ayam dua, dibungkus ya bu!" pinta Archi.
"Baik neng," ibu warung menyiapkan makanan yang di pesan Archi.
"Bu, mohon maaf mau tanya," sela Archi tersenyum ramah menghampiri ibunya sembari membawa handphone. "Ibu pernah melihat kucing ini sebelumnya nggak, Bu?" tanya Archi menunjukkan foto kucing putih yang pernah dia foto sebelum jadi Agust manusia.
"Wah...kalau kucing di sini banyak neng. Mungkin pernah ya, tetapi saya juga nggak ingat," jawab si Ibu.
"Oh gitu ya Bu," tanggap Archi sedikit putus asa karena tidak bisa mendapatkan informasi apa pun.
Setelah pesanan mereka siap, Archi membayarnya dan keluar dari tenda warung.
"Terus sekarang gimana?" tanya Archi memperhatikan Agust yang tampak sedih karena belum mendapatkan informasi apapun mengenai dirinya.
"Aku juga nggak tahu," jawab Agust. "Aku harus menunggu ingatanku yang lain muncul," Tambahnya mencoba terlihat tabah di depan Archi.
Archi melihat tenda warung mie ayam di dekat mereka. Archi adalah pecinta mie ayam. Saking sukanya dia nggak pernah tahan godaan mie ayam.
"Kita makan mie ayam dulu, ya?" kata Archi begitu bersemangat menarik tangan Agust.
Agust yang murung hanya bisa pasrah mengikuti Archi. Mereka memasuki warung tenda mie ayam,
"Pak, mie ayam dua ya, makan di sini," pinta Archi kepada bapak penjual mie ayam yang sedang membuatkan mie Ayam untuk pelanggan lain di gerobak.
"Siap neng!" jawab si bapak.
Archi dan Agust duduk di salah satu bangku panjang yang tersedia di dalam tenda. Archi menaruh handphone nya di atas meja. Mereka berdua melihat beberapa kucing sedang makan bekas tulang yang dibuang di dekat ember untuk cuci mangkok.
"Apa kamu pernah makan tulang di sini juga?" bisik Archi mendekatkan mulutnya di telinga Agust. "Maksudku, makan mie ayam di sini juga?" ralatnya buru-buru.
"Aku nggak ingat soal warung ini," jawab Agust memperhatikan dengan seksama ke sekeliling warung.
Tidak lama mie ayam pesanan Archi datang dibawakan seorang ibu dengan kerudung coklat. Tanpa mereka sadari ternyata ibu itu mendengarkan percakapan Archi dan Agust yang terdengar olehnya sedang mencari kucing hilang. Dan saat melihat foto kucing di handphone Archi,
"Lagi nyari kucing putih ini ya neng?" tanya si ibu tak terduga.
"Iya bu," jawab Archi terkejut.
"Waktu itu sih emang kucing ini suka mundar-mandir di warung sini, tetapi sekarang dia udah nggak kelihatan. Nggak tahu kemana," jawab si ibu.
Agust membeku dengan wajahnya yang terlihat memerah. Dia menunduk dalam. Tanpa ibu itu tahu yang dibicarakan ada di depannya dan sudah berubah jadi manusia.
"Kalau boleh tahu, sebelum kucing ini hilang dia udah berapa lama di sini bu?"
"Sebulanan lah dia di sini. Awalnya kucing putih ini teh ditemuin sama anak saya," menunjuk bocah kecil berumur 9 tahunan yang sedang main game di handphone-nya, di pojokan warung.
"karena dia teh suka banget sama kucing jadi tiap ada kucing baru pasti dia bawa ke sini. Kalau kucing putih itu mah ditemuin anak saya kaya pingsan gitu di bawah jembatan pintu air sebelah sana!" kisah si ibu seraya menunjuk dengan ibu jarinya.
"Oh gitu, kucingnya pingsan abis ketabrak atau gimana ya bu?" tanya Archi lagi semakin penasaran.
"Wah kurang tahu saya neng, tapi kalau ketabrak nggak ada luka-lukanya. Mungkin pingsan atau cuman tidur terlalu nyenyak gitu. Pokokna mah lama nggak sadarnya," jelas si ibu yang terdengar dengan logat sundanya yang kental.
Archi melirik tajam ke arah Agust, mengingat kebiasaannya yang kebluk saat tidur. Kulit pangsit rebus Agust memerah.
"Oh gitu. Iya Bu, terimakasih infonya, ya bu!"
"Iya neng, sama-sama,"
Archi mengaduk-ngaduk mie ayam yang sudah dia campur saos, sambal yang banyak. Begitupun yang dilakukan Agust. Bedanya bila Archi menggunakan sendok garpu karena nggak bisa menggunakan sumpit sementara Agust dengan lancar mengaduk pakai sumpit di tangannya.
"Apa kita perlu melihat ke dekat jembatan?" tanya Archi memastikan.
"Apa perlu?" tanya balik Agust. Seperti orang yang kalah sebelum berperang.
"Ya kalau kamu penasaran, ingin tahu mungkin ada sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk," ucap Archi.
"Aku ikut saja," jawab Agust.
Selesai makan mereka menuju jembatan yang dimaksud ibu penjual mie ayam. Di sisi jembatan, ada sedikit turunan, sekitar selutut dari jalan, berupa dataran tanah berukuran 1 meteran yang beralaskan rumput. Dan dipinggiran tanah sisa itu adalah jurang tinggi yang menuju ke sungai
"Apa mungkin di situ, anak ibu itu menemukan kamu pingsan?" tanya Archi menunjuk pada dataran tanah dekat jembatan.
"Itu curam banget!" ngeri Agust melihat jurang setelah dataran itu.
"Aku akan turun untuk lihat apa ada sesuatu," kata Archi bersiap melompat.
"Eh...jangan...!" sergah Agust khawatir. "Kalau kelewat terus kamu jatuh ke sungai bagaimana?"
"Enggak ya elah...anak ibu itu aja bisa turun ke sini," jawab Archi. "Kamu kan mantan kucing, kucing kan selalu berani," ledek Archi.
"Ya itu kan saat jadi kucing, aku kan manusia sekarang," dalih Agust gugup.
"Udah buruan, ayok!" Dengan percaya diri Archi melompat ke bawah di ikuti Agust kemudian.
Dia melongok ke bawah jembatan yang terdapat dataran yang sama dengan yang dia injak. Terlalu gelap dan banyak sampah di sana.
"Apa ada sesuatu?" tanya Agust penasaran.
"Ada sampah," jawab Archi enteng. Agust ikut melongok.
"Ya sudah, nggak ada apa-apa. Kita tunggu ingatan lainnya muncul saja," ujar Agust.
"Ya sudah, ayo naik!"
Pencarian mereka kali ini tidak membuahkan hasil apapun. Tidak ada petunjuk lain yang mereka dapatkan selain sudah sebulan Agust di sana sebagai kucing.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Inah Ilham
lumayanlah baca cerita ini bisa menghibur hati yg galau akut dan gundah gulana karna sebulan lebih si ayang hilang tiada kbr berita
2023-09-17
1