Terdengar langkah kaki seseorang mendekati pintu kamar Archi yang terbuka. Dari sudut matanya yang masih mengandung air mata, Archi melihat siapakah yang datang? Pria putih itu berdiri diambang pintu, wajahnya pilu, menatap ke arah Archi.
"Ngapain kamu ke sini?" hardik Archi kesal. Wajahnya merengut tak ingin menatap pria putih
"Ma-af..." ucap pria putih terbata.
"Maaf kamu nggak berguna!" sungut Archi seraya menatap tajam ke arah Pria putih. "Gara-gara kehadiran kamu..,"
Pria putih itu masuk ke dalam kamar Archi membuat Archi memutus ucapannya dan segera melonjak bangun dari rebahannya.
"Eh....ngapaian kamu?" pekik Archi berdiri diatas tempat tidurnya. "Keluar...nanti mereka bakal salah paham lagi sama kita!" usir Archi mundur perlahan.
"Ya udah terlanjur salah paham juga kan, buat apa kita masih jaga reputasi. Mereka tetap nggak bakal percaya," jawab pria putih dengan entengnya.
"Sebenarnya mau kamu itu apa sih? Sekarang, aku nggak mau nikah sama kamu. Kamu punya pilihan buat pergi dari rumah ini dan jauh-jauh dari hidupku. Jadi lebih baik pergi deh!" Archi memberikan pilihan untuk Pria putih.
"Kalau aku pergi, aku harus kemana? Bahkan aku nggak tahu aku ini siapa dan keluargaku dimana," iba pria putih tertunduk sedih. Hati Archi pun ikut merasa sedih.
"Jadi kamu sengaja ya, masuk ke sini buat punya tempat tinggal? Kamu ngejebak aku pasti!" tuding Archi tetapi ekpresinya ketakutan dengan Pria itu.
"Ngomong apa sih?" ketus Pria putih. "Aku sengaja masuk? Aku aja nggak tahu gimana aku bisa tau-tau ada di atas tempat tidur kamu."
"Awalnya kamu dari mana? Sebelum ada di kamarku?"
"Aku kan udah bilang, aku nggak tahu dan aku nggak ingat apa-apa. Yang aku tahu, bangun-bangun kalian udah ngerubungin aku." jawab Pria putih.
"Dan aku juga nggak berpakain. Aku kan jadi malu. Mana kamu juga pegang-pegang pusaka aku. Nyari kesempatan ya?" tuding pria itu.
"Idiiih...! Aku nggak sengaja. Karena pikiranku hanya mau nutupin anumu biar keluargaku nggak lihat! Masih bagus aku perhatian dan mau nolongin kamu," celetuk Archi, bersidekap dengan wajah angkuhnya.
"Kalau kamu nggak ingat apa-apa, masa iya kamu jatuh dari langit di atas tempat tidurku? Atau jangan-jangan kamu kucing putih yang aku pungut semalam? Kamu jadi manusia gitu?" simpul Archi.
Tiba-tiba, mata tajam Archi melihat luka di atas pergelangan kaki pria putih. Membuatnya dejavu. Bayangan kaki kucing yang dia obati terputar dalam ingatannya.
Archi melompat ringan turun dari atas kasur ke hadapan pria putih,
"tunggu....bagaimana bisa?" Matanya menyipit memperhatikan seksama luka di kaki pria putih. Sambil berjongkok Archi meneliti lukanya. Ukuran, bentuk dan letaknya hampir sama dengan luka di kaki kucing, pikirnya. Mungkinkah?
"Haaah!" Archi menutup mulutnya yang menganga besar dengan kedua telapak tangannya yang di satukan. "Mana mungkin bisa? Kamu ini, kucing putih itu!" seru Archi begitu yakin.
"Apa?" Pria putih memekik. Dia mengernyitkan dahi tidak percaya dengan pernyataan Archi yang terdengar tidak masuk akal.
Tiba-tiba dalam ingatan pria putih terlihat pandangannya sebagai kucing. Bagaimana dia berjalan terlunta-lunta di jalan mencari makanan, mengiba kepada manusia agar memberinya makan, di siram air oleh penjaga warung makanan, bahkan bayangan ketika dia mengikuti Archi di malam sebelumnya.
Terakhir bayangannya menggambarkan dirinya yang melihat Archi saat menanggalkan kemejanya. Memperlihatkan dua gumpalan kenyal Archi yang mulus dan tertutup b*a hitam. Yang membuatnya terperangah dan menelan salivanya.
Wajah putih pangsit rebusnya memerah. Dia tampak tersipu sendiri membuat Archi merasa aneh.
"Heh...apa yang kamu pikirin?" ketus Archi. Pria putih menggeleng cepat dan mengembangkan senyum separuh.
"Tetapi sepertinya yang kamu bilang benar. Dalam ingatanku aku melihat pandangan sebagai kucing," jelas Pria putih.
"Yang benar? Jadi kamu benar kucing putih itu?" pekik Archi masih tidak bisa mempercayai hal ini.
"Sepertinya begitu," jawabnya meski tidak terlalu yakin.
"Mustahil...mustahil....bagaimana bisa?" gumam Archi tanpa berkedip. Dia berkedip saat memandang ke arah Pria putih dan menyamakan keduanya.
Jadi kucing itu nggak hilang atau keluar dari rumah ini. Dia masih disini hanya saja bentuknya sudah berubah.
"Kalau kamu benar kucing itu, bagaimana bisa kamu berubah jadi manusia?" Archi bertanya kepada Pria putih.
"Aku juga nggak ngerti bagaimana bisa," jawab Pria putih bingung.
Mata Archi membesar, dia terdiam kaku, "Kalau dia benar kucing itu...,"
Dalam pikiran Archi, kucing yang mengusap-usap dadanya dengan kepala berubah menjadi pria putih yang ndusel-ndusel manja di dadanya. Dan saat kucing itu juga mengusap kepala dan badannya di kaki Archi juga berganti rupa menjadi pria putih. Terakhir saat dia memampangkan dadanya saat ganti kemeja di hadapan kucing.
"Tidaaaakkk!" jerit Archi seraya meringis. "Aku ternoda oleh kucing itu!" tangisnya tersedu-sedu.
"Kamu harus bertanggung jawab!" Archi menangis sambil memukul-mukul dada pria putih. "Aku nggak mau tahu," lontarnya.
"Aku mau aja bertanggung jawab, jadi kita nikah!" ajaknya enteng. "Sesuai keputusan ayahmu," tambahnya.
"Apa?" pekik Archi tuk kesekian kalinya.
"Benar juga kalau aku meminta dia bertanggung jawab artinya aku meminta dia menikah dengan aku?" batin Archi.
"Huaaahh...." tangis Archi semakin menjadi. "Aku belum mau menikah! Walau aku jomblo, aku bahagia dan nggak pernah terpikir buat nikah cepat!" rengek Archi bagaikan anak kecil kehilangan mainannya.
"Apalagi dengan pria yang nggak aku kenal begini. Huaaaa!"
"Tapi dia ganteng juga sih. Nggak buruk juga kalau dijadiin suami. Tapi tetap aja....," batinnya menyahut.
"Huaaaa..."
"Tenanglah...," ucap Pria putih.
"Bagaimana bisa tenang? Ini tentang masa depanku yang sudah kamu renggut." omel Archi sambil menatap sinis ke arah Pria putih.
"Ya ampun...aku juga belum ngapa-ngapain kamu. Apa yang aku renggut coba?" tukas Pria putih. "Hey...dengarkan aku. Kamu harus nolongin aku." pinta Pria putih.
"Kenapa harus?" tandas Archi mengusap ingus dihidungnya dengan lengan kaosnya.
"Apa kamu nggak penasaran bagaimana kucing itu bisa berubah jadi aku yang tiba-tiba berada di kasurmu tanpa berpakaian?" tanya Pria Putih.
"Nggak perlu disebutkan juga tanpa berpakaiannya!" sela Archi, merengut dan malu sendiri harus mengingat kejadian itu.
"Iya maaf. Bantu aku mencari alasannya kenapa aku bisa berubah dari kucing jadi manusia? Mungkin bila kita tahu, kita bisa menemukan keluargaku juga," pinta pria putih, matanya berkilat.
"Tunggu...! maksud kamu..., ada kemungkinan kamu itu kaya dikutuk jadi kucing seperti pada kisah Beauty and The Beast dan Pangeran Kodok?" ujar Archi menyimpulkan kemungkinan yang ada.
Tetapi mungkinkah kisah itu ada di dunia nyata dan benar merubah pria itu jadi kucing? Bagaimanakah Archi bisa membantu Pria itu menemukan jawaban teka-teki ini?
"Mungkin?" jawab Agust. "Aku saja nggak tahu Beast dan Pangeran kodok itu apa,"
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
YouTube: hofi_03
dah lah yok nikah sama kucing ganteng 😹😹
2023-10-09
1