Waktu terasa begitu lama berlalu, Ibu yang menunggu Kenji hingga pulang sekolah di TK begitu khawatir dengan Agust dan pipa dapurnya. Hatinya menjadi tidak tenang. Namun dia tidak bisa meninggalkan Kenji karena hari ini adalah jadwal vaksinasi di sekolah.
Beruntung sekolah pulang lebih awal. Ibu dan Kenji Bergegas pulang. Suasana di rumah begitu hening ketika mereka masuk.
"Kenji, nonton TV dulu, ya!" kata Ibu sambil menyalakan televisi dan mengganti chanel yang menayangkan kartun.
Ibu berjalan cepat, pergi menuju dapurnya. Sudah tidak ada Agust di sana dan tidak ada genangan air dari bawah meja sink. Semua tampak rapih.
Ibu membuka pintu bawah meja kitchen sink dan memeriksa keadaan pipa di dalamnya. Tidak ada tetesan air lagi. Kemudian ibu pun menyalakan keran dan bisa berfungsi dengan baik.
"Ternyata dia bisa membetulkannya," gumam ibu menaikan satu sudut bibirnya lalu kembali menutup pintu meja.
"Kenji, sudah pulang sekolah?" terdengar suara Agust dari ruang tamu.
"Sudah," jawab Kenji.
Ibu pun kembali ke ruang tamu.
"Agust apa pipanya sudah nggak bocor?" tanya Ibu lembut meski tanpa senyum.
"Iya Ibu Mertua. Ternyata ada sambungan pipa yang kendor. Tetapi sudah nggak masalah, aku sudah memperbaikinya," jawab Agust.
"Baguslah kalau begitu, terimakasih banyak, ya!" puji Ibu.
"Iya bu, sama-sama." senyum sumringah mengembang di wajahnya. Betapa senangnya Agust ibu mertua mau bicara kepadanya.
Setidaknya kini Ibu sudah mulai sedikit melunak. Meskipun di hatinya dia belum bisa memaafkan ataupun menerima sepenuhnya, pria asing yang tanpa identitas itu tiba-tiba menikahi putrinya dengan cara seperti itu.
"Kenji, ayo ganti baju dulu!" ajak Ibu, mengayunkan tangannya. Menyuruh Kenji mendekatinya.
"Baik Bu!" jawab Kenji sangat patuh.
"Aku saja yang bodoh, dia mungkin kehilangan ingatannya tetapi dia bukan kehilangan akalnya, kan." batin Ibu menoleh ke arah Agust sebentar.
Sementara Agust masih memasang senyum bahagianya sambil memandangi televisi yang menyala.
...****************...
Hari demi hari berlalu. Hari yang sangat dinantikan Agust pun tiba, yaitu hari libur Archi.
Minggu pagi yang cerah. Jam menunjukkan pukul 6.30 pagi saat Archi terusik dari tidurnya karena gangguan seseorang.
"Hey....bangun....!" rengeknya menarik-menarik tangan Archi yang masih betah di dalam selimut.
"Ya ampun....aku masih ngantuk. Ini hari libur aku mau tidur sepuasnya," jawab Archi tanpa membuka matanya dan masih rebahan di kasur.
"Kamu belum salat!" kata Agust mengingatkan Archi.
"Aku lagi libur salat, makanya aku mau bangun siang," jawab Archi menutup wajahnya dengan selimut.
"Kok kamu bisa libur salat?" Agust menarik selimut Archi. "Aku nggak boleh libur?"
Dengan enggan Archi mencoba duduk tapi tidak mencoba membuka matanya yang mengantuk.
"Aku ini cewek, istimewa...hoaaam...!" jawab Archi lalu menguap.
"Ayo....!" tarik Agust tidak sabaran.
"Ayo kemana sih?" tanya Archi.
"Katanya mau mencari identitas aku," ujar Agust duduk di tempat tidur.
"Ya ampun...ini masih pagi banget, siangan dikit ya. Aku tidur dulu sebentar lagi," Archi berbaring lagi.
"Ayo....bangun ah!" tarik Agust lagi. "Tadi kata ayah kita harus siap di meja makan jam 7 pagi untuk sarapan!" jelas Agust.
"Ayah ini memang bener-bener, hari Minggu juga masih di suruh sarapan pagi bareng," Archi membuka matanya perlahan dan melihat Agust di dekatnya.
Matanya yang mengantuk tiba-tiba terbuka lebar. Dia mematung memandang kagum keindahan yang ada di hadapannya dengan mulut sedikit terbuka.
"Wagelash sih nih kucing!" seru Archi di hatinya. "Maksudnya ni orang, bisa-bisanya gantengnya nggak nguatin gini!" tambahnya tiba-tiba merasa pening dan mau jatuh berbaring lagi, ingin pingsan.
"E...kamu kenapa?" tanya Agust memegang tangan Archi.
"Vertigoku kayanya kambuh," jawab Archi mengada-ngada.
"Vertigo itu apa?" mata Agust membesar dengan perasaan khawatir.
"Nggak...Bukan apa-apa.?" jawab Archi yamg merasa percuma berpura-pura karena Agust bahkan tidak tahu artinya vertigo. Kemudian dia bangkit untuk duduk lagi.
"Ya udah buruan mandi!" suruh Agust.
"Iya bawel!" jawab Archi berdiri di atas tempat tidur dan melompat ke bawah.
Tepat pukul tujuh pagi semua anggota keluarga sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan.
"Ayah...aku mau izin ajak Agust jalan-jalan. Kita bosen selalu di rumah," pinta Archi di sela sarapan.
"Kalian menghayati sekali peran kalian sebagai suami istri," nyinyir Kakak. "Dari yang katanya nggak saling kenal," sindirnya melirikan mata sinisnya ke samping.
"Apa sih? Sirik aja. Makanya nikah, jangan sampai jadi perawan tua!" ledek Archi.
"Archi...!" tegur Ibu.
Archi tertunduk, "Iya maaf," gerundelnya.
"Kalian boleh jalan-jalan, tetapi jangan jauh-jauh, ya!" pesan Ayah.
"Iya Ayah. Nggak jauh-jauh kok. Terimakasih, Ayah!"
"Iya, sama-sama," jawab Ayah. "Ah Iya, jangan lupa pakai masker, ya," pesan Ayah.
"Untuk apa? Corona-nya kan sudah hilang," sahut Archi bingung.
"Tetap saja kita perlu selalu waspada," pesan Ayah.
...****************...
Tanpa terasa matahari semakin meninggi. Di jam makan siang, di sebuah restoran, Kakak sedang berkencan dengan pacarnya.
Seorang anak pengusaha sukses. Usianya kini 29 tahun dan bekerja sebagai Manager diperusahaan milik keluarga besarnya.
"Jadi benar Archi menikah?" tanya pria yang memiliki nama Jeremy Gustaf. "Aku pikir dia akan lama menikah, karena setahuku dia belum punya pacar, kan?"
Jeremy Gustaf adalah teman kuliah Kakak yang sempat hilang kontak beberapa lama. Hingga di awal tahun ini mereka kembali menjalin komunikasi dan baru dua bulan ini mereka resmi berpacaran.
Jeremy memiliki wajah yang tampan, hidungnya mancung, alisnya tebal dan memiliki dimple saat dia tersenyum lebar dan tinggi badannya 183 cm.
"Yah...dia kelihatannya aja polos. Padahal ya sama saja, punya pacar tuk having s*x juga. Untungnya cepat ketahuan jadi mereka dinikahkan," cibir Kakak, terlalu blak-blakan.
"Masa? Aku nggak percaya kalau Archi wanita seperti itu," timpal pria bermata coklat itu tidak percaya. Karena Jeremy juga cukup mengenal Archi karena ia dulu sering main ke rumah.
"Yah yang terjadi itulah kenyataannya," jawab Kakak. "Lalu kalau kamu kapan akan menikahi aku?" tembak Kakak tanpa basa-basi.
"Uhuk....uhuk..." Jeremy kaget hingga tersedak minumnya.
"Hati-hati dong!" Kakak membantu menepuk punggung Jeremy.
"Kalau hak waris dari sepupuku sudah resmi diturunkan kepadaku, kita akan mulai persiapan pernikahan," jawab Jeremy lalu mengelap mulutnya dengan tissue.
"Apa itu masih lama?" Nada suara kakak terdengar merajuk.
"Mudah-mudahan nggak." jawab Jeremy lalu menyeruput spaghetti-nya.
"Tetapi sebelum itu terjadi, aku harus mendapatkan rekaman bukti itu dari tanganmu," kata hati Jeremy menatap licik dan menyeringai ke arah kakak yang sedang menikmati salad buahnya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Inah Ilham
ternyata tahta tertinggi YMM milik archi,....😭😭😭😭
2023-09-16
1
naina
semangat thoorr....
kucingnya gak nguatin 😁😁
2023-07-20
1
lindsay
Makin seru makin penasaran aku author lanjutkan please
2023-06-24
3