"Tetapi aku rasa itu nggak mungkin," sanggah Archi kemudian.
"Di zaman modern begini mana ada kisah seperti itu?" sangkalnya seraya menaikan bahu. "Kalau itu terjadi berarti masih ada penyihir di antara kita. Tapi itu jelas nggak mungkin, kan?" pungkas Archi, merasa konyol dengan segala pemikirannya itu.
"Kalau itu nggak mungkin bagaimana kamu bisa menjelaskan mengapa aku yang tadinya kucing tiba-tiba menjadi manusia?" tuntut pria putih kembali meminta penjelasan yang lebih logis.
"Ya itu sih aku juga nggak tahu," jawab Archi, ngegerundel sambil garuk-garuk dahinya yang nggak gatal.
"Mungkin kamu sejenis siluman kali, siluman kucing. Atau seperti babi ngepet?" sambung Archi sambil nyengir.
"Zaman modern begini mana ada hal-hal takhayul kaya gitu?" ledek pria putih membalikkan ucapan Archi.
"Iya...iya...," sahut Archi pasrah.
"Tetapi kalau aku pikir lebih masuk akal kalau aku kena kutukan dan kamu adalah pematah kutukan itu. Karena saat bertemu denganmu aku bisa berubah jadi manusia. Sebelumnya aku nggak pernah kaya gitu," lontar Pria putih terdengar sangat yakin. Berbeda dengan Archi yang skeptis.
"aku, pematah kutukan? Nggak...nggak... pematah kutukan itu selalu cinta sejati, jangankan cinta, kenal aja nggak sama kamu," sangkal Archi.
"Ya kan belum, bisa jadi kamu jatuh cinta sama aku nya nanti. Karena takdir selalu lebih tahu daripada kita," ujar Pria putih entah kenapa malah membuat Archi bergidik takut dengan bulu-bulu ronanya meremang.
Pupil mata Archi pun membesar, dia terkejut dengan pernyataan Agust yang seperti kisah-kisah yang ada di dongeng. "Itu bisa aja sih. Belle aja sebelumnya ngga ada rasa sama Beast. Tapi akhirnya dia luluh karena kebaikan hati Beast dibalik tampangnya yang mengerikan," sokong Archi.
"Jadi kamu nerima pernikahan kita?" lontar Pria putih tiba-tiba menyambung kembali dengan rencana Ayahnya Archi.
"Idiiih...," timpal Archi membuang muka jijik.
"Terimalah...gimana kalau aku ini sebenarnya pangeran? Nanti nyesel loh..." bujuk Pria putih, mencoba merayu Archi.
Bibir Archi menyunggingkan senyum geli mendengarnya. Bisa-bisanya dia menyebut dirinya pangeran. Kalau ternyata dia hanyalah kucing biasa bagaimana? Pikir Archi.
"Pangeran kodok...," gurau Archi tertawa kecil.
"Pangeran Kucing lah! Awalnya aku kan kucing," sahut Pria putih menaik-naikan alisnya bangga.
"Iya deh Pangeran Kucing." celoteh Archi.
"Kalau aku sudah menemukan keluargaku, kamu mau bercerai juga nggak apa-apa," kata Pria putih seolah membuatnya jadi mudah.
"Enak aja!" semprot Archi nggak terima. "Habis manis sepah dibuang. Aku nggak mau jadi janda," kata Archi dengan keberatannya.
"Ya kamu mau terus jadi istriku juga nggak apa-apa. Aku mau kok selamanya sama kamu," jawaban yang tak terkira terlontar dari mulut Pria putih.
Wajah Archi memerah, ia tersipu. "Nji r . . kenapa aku jadi salting gini tuh pangsit rebus ngomong gitu," batinnya. Hatinya berdetak kencang dan kupu-kupu menari di perutnya.
"Tapi kalau aku cuman orang kismin or gelandangan gimana?" tanyanya. "Bukan seorang Pangeran seperti di kisah-kisah dongeng yang kamu sebutin tadi?" Pria putih berandai-andai kembali.
"Ya asal abis nikah kamu tanggung jawab mau mencari nafkah, nggak masalah." jawab Archi menanggapi Pria itu.
"Ampun dah...kenapa juga ngomong gitu kesannya gue pengen banget nikah ma ni kucing," sahut hati Archi bingung sendiri.
"Oke deh...jadi misi pencarian masa laluku di mulai?" ujar Pria itu dengan sangat yakin kalau Archi menerima kesepakatannya.
"Loh...aku kan belum menyetujuinya?" sela Archi.
"Ya udah setujuin aja. Memangnya kamu punya pilihan lain?" tanya Pria itu.
"Ada..." jawaban Archi terdengar ragu dengan suaranya yang kecil.
"Apa?" tantang Pria itu.
"Masa iya sih aku harus kabur dari rumah sendiri buat nggak nikah sama dia? Aku juga nggak yakin kalau aku bisa kabur dan tinggal sendiri. Tapi, kasihan juga sih pria ini kalau memang dia benar tadinya kucing putih itu. Apa aku bantu dia aja? Kalau gitu aku mengorbankan masa depanku?" timbang Archi dalam hatinya menatap Pria putih yang baliknya memandangnya dengan perasaan cemas.
Dengan berat hati Archi pun akhirnya memutuskan. Keputusan yang akan mempertaruhkan hidup dan masa depannya.
"Oke aku mau nikah sama kamu. Tapi ini hanya karena aku mau membantu kamu ya," jawab Archi berdalih.
"Yang benar? Yeaaah....terimakasih ya...terimakasih!" seru pria putih menggenggam tangan Archi.
Wajah Archi memerah dipegang oleh Pria itu jantungnya pun kembali berdetak cepat. Karena gengsi dia tarik cepat tangannya untuk lepas dari Pria putih.
"Mengapa aku jadi mau ikut permainan ini ya? Ini masa depanku, sekali aku maju aku nggak bisa mundur. Hidup bersama pria asing ini? Pria yang bahkan nggak jelas asal-asulnya," gumam Archi dalam hati.
"Jangan hanya karena dia ganteng aku jadi mau menikah. Sudahlah, memang aku udah nggak punya pilihan lagi. Lagipula Ayah sudah memutuskan, kalau ayah sudah memutuskan itu sulit diganggu gugat. Kalau aku harus menentangnya berarti aku harus siap pergi dari rumah ini," kata Archi memandangi pria putih yang sedang menatap bahagia keluar jendela.
"Semoga aku nggak akan menyesali keputusanku ini," tambah batinnya.
Pria putih menoleh ke arahnya dan tersenyum manis membentuk eyes smile. Wajah Archi kembali memerah, dengan malu-malu dia menoleh ke arah lain.
Apakah keputusan Archi ini sudah benar? Mungkinkah dia akan menyesali keputusannya sendiri nanti? Dan bagaimana pernikahan mereka akan berlangsung?
"Ya ampun...kalian memang nggak tahu malu!" seru kakak bersedekap memasuki kamar Archi. Membuat Archi dan Pria putih terkejut.
"Sudah kegep di dalam kamar, masih berani berdua-duan di sini. Katanya nggak saling kenal, munafik banget sih kamu Archi!" sinis kakak dengan pandangan julidnya.
"Kalian pasti memang sudah merencanakan semua ini!" tuding Kakak lagi.
"Terserahlah kakak mau ngomong apa. Kami nggak ngapa-ngapain aja kalian mikirnya macem-macem. Udah terlanjur basah ya sekalian aja berenang." jawab Archi membuat kakak tidak berkutik.
...****************...
"Baguslah kalian sudah memutuskan. Daripada kalian terus berpura-pura," ucap ayah saat mereka berkumpul di ruang keluarga membicarakan pernikahan.
"Aku memang nggak mengenal pria ini, aku memutuskan ini hanya karena ayah!" tegas Archi wajahnya mengeras.
"Kalaupun kamu mencintai pria ini ayah nggak masalah, selama dia bisa bertanggung jawab," tatapan ayah kepada pria putih terasa mengandung misteri.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
YouTube: hofi_03
Kalo aku yang jadi Archi mah nggak perlu mikir2 lagi 😹
2023-10-09
2