"Ah... Payah sih kamu!" gerutu Susan kecewa saat sampai di rumah Archi. "Pakai acara nolak ditraktir jalan ke Bali," tambahnya duduk di sofa bahkan sebelum yang punya rumah mempersilahkan.
"Iya, lumayan loh padahal!" dukung Andini sambil ikut duduk.
"Yee... Kalian ini! Archi kan udah ada suami masa mau jalan sama cowok lain," bela Icha.
"Eh... Ada tamu!" seru Ibu yang baru datang dari luar bersama Kenji. Tanpa di suruh Kenji meminta salim kepada teman-teman Archi.
Disusul teman-teman Archi yang mencium tangan Ibu Archi bergantian.
"Iya tante. Apa kabar tante?" tanya Susan basa-basi.
"Alhamdulillah baik," jawab Ibu.
"Ini Kenji ya!" seru Andini mencubit gemas pipi tembem Kenji.
"Ganteng, ya. Coba kamu udah gede Kenji," sahut Susan.
"Yeee..., udah deh San... San!" sorak Andini.
"Iya bercanda kok Tante," jawab Susan.
"Santai aja!" jawab Ibu. "Archi buatkan minuman dong untuk temannya," suruh Ibu.
"Mereka nggak usah diambilin nanti juga ngambil sendiri," seloroh Archi sambil berdiri.
"Iya tante betul itu," sokong Susan bercanda.
"Hehhe..iya nggak apa-apa begitu juga. Anggap aja rumah sendiri, ya!" sambut Ibu. "Tante ke dalam dulu!" pamit Ibu.
"Iya Tante," Ibu dan Kenji berjalan masuk.
Setelah Archi datang membawa minumannya.
"Mana suami lo?" tanya Susan penasaran dan nggak sabar. Kepalanya melengak-lengok ke dalam.
"Di kamar paling," jawab Archi.
"Panggilin atuh! Kita ke sini kan mau lihat suami kamu,"
"Oke...!" kata Archi bergegas ke kamarnya di lantai dua setelah menaruh nampan minuman jus buah di meja tamu.
Archi masuk ke dalam kamar,
"Loh...kok dia nggak ada?" tanya Archi sambil menutup pintu kamarnya. "Jangan-jangan!" paniknya memegangi sisi keningnya dengan frustasi.
Archi mencari ke kolong tempat tidurnya dan tidak menemukan apapun.
"Agust...!" panggilnya lirih. "Dimana kamu?" tanyanya lalu melihat baju dan celana tergeletak di sisi lain bawah tempat tidur.
"Betul kan dia berubah jadi kucing!" desisnya matanya berkeliling mencari keberadaan kucing putih itu. "Kenapa harus sekarang coba?" Archi melihat jendela terbuka.
"Apa dia keluar rumah, ya?" pikirnya melongok ke luar jendela.
Kemudian....
Archi turun ke bawah sambil menenteng handphone nya.
"Teman-teman, maaf ya!" sesal nya, menyipitkan mata. "Aku baru membaca pesan dari suamiku, katanya dia ada pekerjaan keluar kota," dalih Archi melihat handphonenya. Berpura-pura ada pesan dari Agust di sana. Padahal tidak ada.
"Yah...kamu gimana sih Archi!" dumel Susan. "Kita udah jauh-jauh ke sini juga!"
"Iya nih!"
"Ya kan kalian niatnya silaturahim. Tadi udah silaturahmi ke Ibuku, jadi nggak salah kan," ujar Archi duduk di sofa bergabung dengan teman-temannya.
Ibu membawakan senampan makanan kecil.
"Ini hanya ada makanan seadanya. Nggak apa-apa, ya?" basa basi Ibu merendah.
"Iya Tante, nggak apa-apa kok!" jawab Icha.
Ibu kembali ke dalam.
"Suamimu kerja apa, Chi?" tanya Andini menyomot cemilan di piring.
"Wirausaha gitu deh," jawab Archi sekenanya. Karena dia juga bingung harus menjawab apa.
"Kalau tau suami kamu juga pergi ke luar kota tadi kamu iya in aja ajakan Ridwan ke Bali. Kan lumayan Kamis, Jum'at, Sabtu, Minggu kita liburan di Bali," sahut Susan.
"Heleh... masih bahas itu!" kesal Icha.
"Ya kan kapan lagi bisa liburan gratis Nong!" jawab Susan.
"Kamu belum mengurus perubahan data ke perusahan Chi?" tanya Andini menyinggung soal status Archi yang sudah berganti dari jomblo menjadi menikah.
"Nanti deh aku urus. Aku belum siap," jawab Archi terlalu jujur.
"Dia nggak mau Ridwan kecewa tuh!" ledek Susan.
"Hahaha....bisa jadi tuh!" kelakar semua.
"Apa sih? Nggak gitu juga," jawab Archi.
"Pernikahan ini aja dadakan. Aku masih belum bisa menerima sepenuhnya perubahan statusku," kata hati Irina.
Setelah dua jam mengobrol, akhirnya mereka sadar hari sudah malam. Mereka pun pamit pulang,
"Nggak makan malam dulu aja di sini?" kata Ibu menawari. "Padahal ibu lagi masakin banyak lauk tuh,"
"Iya Tante terimakasih. Takut kemalaman di jalan," jawab Icha.
Setelah Archi mengantar teman-temannya ke depan rumah.
"Setiap hari pulang kantor malam, giliran kantor pulang cepat teman-temanku main sampai malam," keluh Archi sambil mencuci tangan di kitchen sink.
"Suami kamu nggak turun nemuin teman-teman kamu?" tanya Ibu dengan nada dingin sambil menyiapkan makanan di meja makan.
"Eu... Udah kok Bu, dia turun tadi. Hanya perkenalan lalu dia naik lagi," jawab Archi berbohong.
"Benarkah? Tetapi ibu nggak tahu kalau dia sempat turun tadi?" Ibu memicingkan mata melihat Archi. Archi begitu gelisah namun dia berharap ibunya tidak menangkap kegelisahan yang sebisa mungkin dia tutupi.
"Iya Bu. Mungkin ibu sedang sibuk di dapur jadi nggak sadar waktu dia turun tadi," kelit Archi lagi.
"Ya sudah kalau begitu. Kalau ayahmu pulang, panggil suamimu untuk makan bersama," pesan Ibu.
"Baik, bu!" jawab Archi lalu berjalan kembali ke kamarnya.
"Agust... Agust...!" panggil Archi lirih berkeliling di kamarnya mencari Agust.
"Meong...!" suara kucing itu terdengar dari arah jendela.
Archi menoleh dan melihat kucing putih itu duduk di jendela. Dengan perasaan lega Archi menghampirinya.
"Kamu dari mana aja sih?" tanya Archi menggendong kucing putih dalam pelukannya. "Dan kenapa kamu berubah lagi jadi kucing?" Archi menaruh kucing di atas kasur.
"Meoong..."
"Iya meong..."
"Malah ngeledek, awas aja kalau aku udah jadi manusia lagi aku balas kamu!" batin Agust kesal.
"Hufh... Ibu minta kita makan bersama lagi di bawah," dengus Archi. "Tapi gimana caranya kamu lagi cosplay jadi kucing gini?"
"Ini bukan lagi cosplay tapi emang berubah jadi kucing," sahut Agust di dalam hati.
Tok...tok...tokkk
Pintu kamar Archi di ketuk dari luar. Mata Archi membesar, perlahan menoleh ke arah kucing putih. Detak jantungnya berpacu kencang.
"Bagaimana ini?" tanya Archi di dalam hatinya.
"Archi...Agust...makan malam dulu!" panggil Kakak dari luar.
Archi menutup mulut kucing dengan telapak tangannya agar tidak bersuara.
"Ngapain juga nutup mulut aku?" kesal Agust di hatinya. "Kalaupun bersuara paling cuman meong. Aku gigit juga tangannya nih! Arrgh...!" Agust membuka mulutnya dan menggigit tangan Archi.
"Aouch...!" raung Archi tertahan memegangi tangannya. "Kenapa gigit aku? Dasar kucing rese!" kata Archi lirih.
Kakak memutar kenop pintu, namun terkunci.
"Sudahlah...mungkin mereka sudah tidur," geram kakak berjalan pergi kembali ke lantai bawah.
Archi menaruh telapak tangannya di sisi wajah kucing dan menarik gemas ke belakang.
"Sembarangan gigit-gigit tangan orang!" omel Archi dengan suaranya yang lirih.
Archi berjinjit mendekati pintu kamar dan menempelkan telinganya di daun pintu.
"Mereka udah tidur kayanya," terdengar samar-samar suara kakak.
"Ini masih sore mereka udah tidur," sahut Ayah. "Ya sudah kita mulai makan malamnya sekarang,"
Archi menghembuskan napas kuat-kuat. Dia merasa sedikit lega.
"Sekarang kita selamat. Aku nggak sabar besok biar kamu berubah lagi jadi manusia," kata Archi. "Aku takut kalau begini terus. Lama-lama kita bisa ketahuan,"
Krucuk...krucuk...
Terdengar suara perut Archi ikut protes ditengah ocehannya sendiri.
"Aku lapar!" Archi nyengir kepada kucing. "Aku harus nunggu yang lain tidur buat bisa ambil makanan," Archi merebahkan dirinya telentang di atas tempat tidur.
Keesokan harinya . . .
"Archi...!" panggil ibu mengetuk pintu kamar Archi. "Archi...Agust!" panggilnya lagi mengetuk lalu memutar kenop pintu yang terkunci.
"Kemana mereka?" tanya Ibu bingung.
"Ibu..." tiba-tiba Archi datang dari arah tangga.
"Kamu sendiri? Agust mana?" tanya Ibu.
"Dia lagi tidur di kamar," jawab Archi berbohong. "Ada apa bu?" tanya Archi.
"Ibu perlu bantuan kamu di dapur,"
"Oke Ibu! Yuk kebawah!" jawab Archi. Mereka berjalan menuju tangga.
"Mengapa dia nggak berubah lagi jadi manusia, ya?" tanya Archi di dalam hati sambil memandang pintu kamarnya.
"Kalau dia benar-benar seperti itu terus lalu aku harus bagaimana?" tanyanya lagi menuruni tangga dengan wajah sedih.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 177 Episodes
Comments
Diana Amalia
wih mendadak kali
2023-09-02
1
Suchwita
agust kembalilah
2023-06-27
1