Chapter 19: Cinta Putra Mahkota Obsesif

"Oh, ayolah, aku bahkan tidak punya gaun yang bagus untuk ke acara istana?!" Wesa berdecak mengangkat dua gaun yang dia miliki. Gaun ungu dan biru. Wajahnya tertekuk, jengkel.

Anila duduk di kasurnya, memerhatikan wanita itu mengomel sia-sia pada dua gaunnya yang tersisa.

Dapat di lihat dari jendela kamar Wesa, istana sudah penuh dengan cahaya terang benderang dan keramaian. Ibarat cerita Cinderella, istana tampak megah hari ini. Apalagi, banyak kereta kuda yang mengantri satu persatu masuk menghadiri pesta dansa sekaligus karena undangan perjodohan yang disebarkan oleh raja.

"Menurutmu yang mana yang bagus, An?" Wesa menjejerkan kedua gaunnya di depan wajah Anila.

"Biru cocok untuk rambut pirangmu, Wesa." Anila menjawab sambil menunjuk gaun biru di kanannya.

Wesa tampak puas. "Oh, benarkah? Baiklah, Putri Mahkota."

Anila mendengus. "Kau dan Kanath sama menyebalkannya."

"Ini hanya latihan agar tidak kaku di masa depan." Wesa menaikturunkan alisnya dengan cepat, menggoda Anila.

Wesa segera memakai gaun birunya, secepat yang dia bisa. Wanita itu segera memasang anting-anting dan menarik lengan Anila untuk segera menyusul Amara.

"Kemana Amara pergi?" tanya Wesa bingung.

"Mungkin dia berpasangan dengan Kanath?" balas Anila sambil celingukan mengamati sekitar di luar asrama.

Wesa mengangguk dengan wajah merasa terkhianati. "Lihat, dia kacang lupa kulit. Ke mana-mana selalu berdua dengan Kanath. Kalau dirimu masih bisa aku toleransi karena itu tugasmu, tapi Kanath?!"

Anila tertawa. "Hei, kita bukan hanya bersenang-senang di pesta. Kita menyamar untuk menjaga keamanan."

Kemarin, Anila duduk di sofa ruang kerja Raven. Pria itu sedang duduk membaca beberapa dokumen penting untuk pesta. Awalnya, Anila pikir mungkin hari ini Raven mengistirahatkannya sehingga pria itu tidak bertingkah ke manapun.

"Anila, sampaikan surat ini pada ketua Amara dan orang-orang yang kutulis di sini." Raven menyerahkan surat pada Anila.

"Aku boleh mengintipnya?" tanya Anila menatap Raven.

Tangan pria itu berhenti membalik kertas dokumen. "Lakukan apapun yang kau mau."

Anila sumringah membuka gulungan surat dan membacanya dengan cepat. "Oh," responnya.

"Aku akan pergi sekarang kalau begitu, Yang Mulia." Anila pamit, dia langsung melarikan diri saat Raven ingin mengoreksi panggilan Anila untuknya.

Anila mengumpulkan prajurit-prajurit yang tertulis di dalam surat perintah Raven. Semuanya tampak bersemangat mendengar putra mahkota mengandalkan mereka, termasuk ada nama Kanath yang ditulis dengan sangat jelek serta nama Amara yang indah.

"Apakah Raven mulai menyukai Amara?" gumam Anila bertanya-tanya. Kemungkinan besar menurut Anila, tentu saja Raven mulai memperhatikan Amara.

[**Cintai Putra Mahkota!]**

[Sistem melakukan revisi...]

"Apa? Revisi?" Anila menegakkan punggungnya tanpa sadar melihat tulisan yang mengambang.

"Ada apa Anila?" Amara di sampingnya menoleh bingung. Amara sedang membantu Anila mengatur barisan prajurit-prajurit yang tertera di surat.

Prajurit-prajurit ikut menatap wanita pengawal putra mahkota itu.

Anila tertawa canggung. "Bukan kenapa-kenapa. Aku hanya mengingat sesuatu yang lain. Pekerjaanku, ya, haha."

Layar mengambang menghilang, meninggalkan Anila dengan segala rasa penasarannya.

Anila dapat melihat Amara bertatapan singkat dengan Kanath yang berbaris. Anila gemas sendiri. Ini kenikmatan dari membaca pasangan paling fenomenal yang Anila baca.

"Baiklah semua, aku tidak akan berbasa-basi." Anila membuka suaranya. Dia membaca perintah putra mahkota yang terukir di sana dengan tinta hitam. Anila membaca, "Aku, Putra Mahkota, Raven Nabastala, memerintahkan pada setiap anggota prajurit yang kutuliskan untuk menghadiri pesta dansa demi keamanan. Berpakaianlah seperti kalian ingin menikmati pesta dan pastikan tetap waspada. Kerajaan memiliki banyak pengkhianat."

Anila menutup kertas. Dia menambahkan, "Untuk prajurit yang tidak ada di sini, tolong sampaikan pada mereka bahwa mereka akan berjaga di luar istana."

Semua menyahuti tegas perintah yang disampaikan Anila.

"Oke, sudah selesai. Mari kita kembali ke pekerjaan masing-masing." Anila mundur dan berbalik. Dia merasa nostalgia berbicara di depan banyak orang. Rasanya seperti meeting di kantor.

Begitulah bagaimana Wesa menjadi salah satu nama yang Raven tulis di kertas. Dua wanita itu menginjakkan kaki di ballroom istana yang luas. Banyak tamu undangan tengah berbincang-bincang.

Anila menelisik di antara keramaian untuk menemukan posisi Amara dan Kanath. Apa yang terjadi di acara istana di dalam novel? Anila tersenyum tenang.

Tidak terjadi apapun. Di novel, bisa dibilang bagian acara dansa adalah salah satu cara penulis untuk memperlihatkan kedamaian dari dua tokoh utama.

Hari ini, Anila tahu Kanath akan memakai jas putih yang melapisi kemeja hitamnya, Amara memakai gaun merah marun yang membuat Kanath dan Raven terpana untuk beberapa saat. Lalu Raven, dia akan mencoba berdansa dengan Amara.

Apa yang dikenakan Raven hari ini? Awalnya Anila tidak tahu, Amara hanya mengatakan jika Raven tampak lebih memikat dan mengerikan dengan kebisuannya di tengah keramaian. Namun hari ini, Anila mengetahuinya.

Anila melihat sosok Amara yang secantik bangsawan sedang meminun jus bersama beberapa wanita bangsawan yang menyorotinya.

Amara cukup cerdik untuk tidak memberitahukan nama keluarga. Dia hanya bertingkah sebagaimana bangsawan berinteraksi.

"Rose?" Anila juga melihat anak perempuan yang sudah lama tak ia lihat, Rose. Dia tampak lebih berani dari sebelumnya.

"Seperti yang kuduga, Rose berperan menjadi adiknya Amara hari ini." Anila bermonolog, Wesa di sampingnya menyeret Anika ke posisi lain yang belum dijaga oleh prajurit.

"An, kenapa kau memilih gaun hitam?" tanya Wesa.

Gaun Anila senada dengan rambut bergelombangnya yang hitam pekat. Anila bahkan berpikir dia akan pergi melayat hari ini.

"Putra mahkota memakai hitam hari ini." Anila berkata sambil menunjuknpada sosok Raven yang baru memasuki acara dengan pakaian hitamnya.

Semua orang di ruangan terdiam dan menunduk hormat. Sosok putra mahkota yang jarang mereka lihat adalah sebuah seni indah yang sekarang sedang berjalan di karpet merah dan duduk di samping raja.

Anila melihat pria bagaikan permata malam kelam itu. Mata biru seindah lautan, bulu mata yang terukir indah, rahang tegas seperti dipoles sempurna, serta rambutnya yang dirapikan memperlihatkan kening dan alisnya yang terlukis indah di wajahnya yang dingin.

Anila terdiam sesaat memandang bagaimana Raven memikat dan mengerikan di satu waktu.

"Kau sedang jatuh cinta untuk kesekian kalinya, An," bisik Wesa tertawa.

Anila mengerjapkan matanya, menyadari jika dirinya seperti dihipnotis. "Ah, tidak aku sedang—"

"Sudahlah, tidak perlu malu." Wesa menutup mulutnya yang tersenyum-senyum. "Aku akui putra mahkota tampak lebih tampan hari ini. Kalian serasi."

Anila menarik anak rambutnya ke belakang telinga saat Wesa berjalan untuk mengambil minum. Wanita itu kembali ingin melihat Raven yang tadi sedang mengobrol dengan raja, namun ketika Anila melihat, Raven menyipit dan tersenyum singkat padanya.

Anila belum sempat bereaksi, sistem muncul di depannya menghalangi pandangan Anila. Anila menundukkan wajahnya untuk membaca layar sistem.

[Revisi selesai!]

[Cintai Putra Mahkota dan buat dia mencintai Anda!]

•Cintai Putra Mahkota [...]

•Cinta Putra Mahkota [?]

Anila menggosok matanya. Ada apa dengan tanda tanya ini?

"Tidak mungkin Raven ...." Kalimat Anila menggantung saat dia melihat kembali pada tempat duduk Raven. Pria itu menghilang.

"Mencariku?" bisik Raven di belakangnya. Tangan pria itu memeluk singkat Anila dan segera melepaskannya.

Kaki Anila melemas. Ini namanya revisi besar-besaran!

"Rav?" panggil Anila membasahi kerongkongannya.

Raven benar-benar pahatan indah saingan Kanath.

"Ya?"

Sekaligus Raven adalah pria dengan sosok memikat, seakan membawa bayang-bayang di tempat yang terang. Anila selalu berada di sisi Raven sejak awal dia memutuskan untuk menjadi pengawalnya.

Anila mengetahui pekerjaan Raven, Anila mengetahui pertemuan Raven dan Amara bukanlah yang pertama dan Anila selalu melewati setiap misi bersama Raven.

Anila melupakan satu hal.

Sesuatu yang kosong dan salah.

[Ceritamu dibuat...]

Anila membuat 'cerita'nya sendiri.

Wanita itu membuka mulutnya, "Apa kau akan berdansa dengan semua wanita pilihan raja?"

Raven tampak tidak suka membahas hal itu. "Tidak."

Alunan musik dansa berputar. Raven harus berdansa untuk membuka acara. Tatapan Raven bertemu dengan Amara, tapi bukannya terpana sesaat, Raven hanya melirik singkat dan beralih melihat pada Anila.

"Ayo, Nil." Raven mengulurkan tangannya pada Anila. "Mari berdansa denganku."

Anila ragu-ragu menerima uluran tangan Raven, dia melihat Wesa berhenti membawa kue dan jus, justru bersemangat melihat Anila dan Raven.

"Kau akan mendapatkan masalah setelah ini, Rav," ucap Anila lirih saat Raven menuntun mereka di lantai dansa.

"Mereka melihat apa yang harusnya mereka tahu, Nil."

[Ceritamu berkembang!]

[Cintai Putra Mahkota!]

Anila melangkah serempak dengan Raven.

Siapa pengawalmu seharusnya Raven? batin Anila.

Anila membuat ceritanya sendiri, artinya dia mengorbankan peran orang lain. Tapi, siapa?

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1: Cintai Putra Mahkota Obsesif
3 Chapter 2: Raven Nabastala.
4 Chapter 3: Langkah Baru
5 Chapter 4: Mata itu, Mata Merah.
6 Chapter 5: Hal Yang Tidak Kutahu
7 Chapter 6: Cerita Yang Salah (1)
8 Chapter 7: Cerita Yang Salah (2)
9 Chapter 8: Dia Yang Kutahu
10 Chapter 9: Rav dan Nil
11 Chapter 10: Janji (1)
12 Chapter 11: Janji (2)
13 Chapter 12: Taman dan Gaun Tidur
14 Chapter 13: Kanath dan Raven
15 Chapter 14: Ratu ...?
16 Chapter 15: Natara dan Anila
17 Chapter 16: Kamar
18 Chapter 17: Pantaskah Dia Berbicara Tentang Kebahagiaan?
19 Chapter 18: Ketanggapan Tokoh Utama
20 Chapter 19: Cinta Putra Mahkota Obsesif
21 Chapter 20: Langit dan Cerita
22 Chapter 21: Sama Namun Berbeda
23 Chapter 22: Perjalanan Baru (1)
24 Chapter 23: Perjalanan Baru (2)
25 Chapter 24: Dua Penginapan
26 Chapter 25: Sirkus (1)
27 Chapter 26: Sirkus (2)
28 Chapter 27: Menikah Denganku
29 Chapter 28: Pekerjaan Pasangan (1)
30 Chapter 29: Pekerjaan Pasangan (2)
31 Chapter 30: Bar Sirkus
32 Chapter 31: Pekerjaan Pasangan (3)
33 Chapter 32: Berdansa Bersamamu
34 Chapter 33: Istri Palsu atau Nyata?
35 Chapter 34: Milikmu (1)
36 Chapter 35: Milikmu (2)
37 Chapter 36: Di Sirkus Malam Ini
38 Chapter 37: Siapa Pemimpin Itu
39 Chapter 38: Pelukan Di Penjara?
40 Chapter 39: Cerita (1)
41 Chapter 40: Cerita (2)
42 Chapter 41: Putra Mahkota dan Anila Rembulan
43 Chapter 42: Demi Sang Bulan
44 Chapter 43: Kembali Ke Nabastala
45 Chapter 44: 'Berbagi'
46 Chapter 45: Laskar dan Bunglon
47 Chapter 46: Cintai Putra Mahkota: Selesai.
48 Chapter 47: Kunci Kuno
49 Chapter 48: Putri Anila dan Natara?
50 Chapter 49: Keputusasaan.
51 Chapter 50: Menyelamatkan Raven (1)
52 Chapter 51: Menyelamatkan Raven (2)
53 Chaptee 52: Akhir(1)
54 Chapter 53: Akhir (2)
55 Chapter 54: Akhir (3)
56 Chapter 55: Akhir Sesungguhnya.
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1: Cintai Putra Mahkota Obsesif
3
Chapter 2: Raven Nabastala.
4
Chapter 3: Langkah Baru
5
Chapter 4: Mata itu, Mata Merah.
6
Chapter 5: Hal Yang Tidak Kutahu
7
Chapter 6: Cerita Yang Salah (1)
8
Chapter 7: Cerita Yang Salah (2)
9
Chapter 8: Dia Yang Kutahu
10
Chapter 9: Rav dan Nil
11
Chapter 10: Janji (1)
12
Chapter 11: Janji (2)
13
Chapter 12: Taman dan Gaun Tidur
14
Chapter 13: Kanath dan Raven
15
Chapter 14: Ratu ...?
16
Chapter 15: Natara dan Anila
17
Chapter 16: Kamar
18
Chapter 17: Pantaskah Dia Berbicara Tentang Kebahagiaan?
19
Chapter 18: Ketanggapan Tokoh Utama
20
Chapter 19: Cinta Putra Mahkota Obsesif
21
Chapter 20: Langit dan Cerita
22
Chapter 21: Sama Namun Berbeda
23
Chapter 22: Perjalanan Baru (1)
24
Chapter 23: Perjalanan Baru (2)
25
Chapter 24: Dua Penginapan
26
Chapter 25: Sirkus (1)
27
Chapter 26: Sirkus (2)
28
Chapter 27: Menikah Denganku
29
Chapter 28: Pekerjaan Pasangan (1)
30
Chapter 29: Pekerjaan Pasangan (2)
31
Chapter 30: Bar Sirkus
32
Chapter 31: Pekerjaan Pasangan (3)
33
Chapter 32: Berdansa Bersamamu
34
Chapter 33: Istri Palsu atau Nyata?
35
Chapter 34: Milikmu (1)
36
Chapter 35: Milikmu (2)
37
Chapter 36: Di Sirkus Malam Ini
38
Chapter 37: Siapa Pemimpin Itu
39
Chapter 38: Pelukan Di Penjara?
40
Chapter 39: Cerita (1)
41
Chapter 40: Cerita (2)
42
Chapter 41: Putra Mahkota dan Anila Rembulan
43
Chapter 42: Demi Sang Bulan
44
Chapter 43: Kembali Ke Nabastala
45
Chapter 44: 'Berbagi'
46
Chapter 45: Laskar dan Bunglon
47
Chapter 46: Cintai Putra Mahkota: Selesai.
48
Chapter 47: Kunci Kuno
49
Chapter 48: Putri Anila dan Natara?
50
Chapter 49: Keputusasaan.
51
Chapter 50: Menyelamatkan Raven (1)
52
Chapter 51: Menyelamatkan Raven (2)
53
Chaptee 52: Akhir(1)
54
Chapter 53: Akhir (2)
55
Chapter 54: Akhir (3)
56
Chapter 55: Akhir Sesungguhnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!