Chapter 1: Cintai Putra Mahkota Obsesif

"Natara, tolong ajarkan pada Anila cara menyusun kegiatan ini." Salah satu staff pria memanggil Natara yang sedang mengetik di komputernya.

Anila menghela napas. Kenapa Natara lagi?

Natara mengangguk sembari tersenyum. Dia melangkah pelan dan mengambil kertas di tangan Anila. Wanita itu mengajak Anila ke mejanya.

"Memalukan. Sekretaris Pak Revan tidak bisa menyusun hal kecil seperti ini?" Bisikan itu menyapa telinga Anila.

Anila mengepalkan tangannya, dia menunduk. Semua tatapan rekan kerjanya tertuju pada satu titik, yaitu dia dan Natara yang sedang berdiri berhadapan. Mungkin mereka tidak bisa mendengar apa yang diucapkan Natara, hanya Anila yang mampu menerima itu.

"Jika kau tidak mau, biarkan aku." Anila membalas dengan suara yang agak keras.

"Anila, kau tidak boleh menganggap Natara saingan. Dia rekan kita juga." Maya ikut campur.

Anila memandang rekan kerjanya itu, dia terpojok. Rasanya begitu menyiksa. Natara diam-diam tersenyum licik.

Anila mengangguk, dia selalu salah. Natara menjelaskan pekerjaannya, namun di sisi lain dia dengan suara yang sangat pelan akan mendesis dan menghinanya.

Anila hanya bisa menunduk, tangannya terus terkepal di atas pahanya. Dia ingin menangis, berbulan-bulan merasakan penghinaan ini tanpa ada yang ingin mendengarkan keluh kesahnya benar-benar membuatnya menderita.

Hari itu, Anila membereskan mejanya lebih awal. Beberapa pekerja mencemooh bahwa ia sudah tidak kompeten lagi. Anila tidak peduli, tangannya gemetar dan berlari keluar kantor.

Malam yang begitu gelap menyapanya di perjalanan pulang, Anila tidak ingin pulang lebih cepat. Setiap melihat ayahnya atau adiknya, dia lemah. Dia merasa punggung keluarga yang gagal. Anila tidak ingin melihat mereka dahulu.

Wanita itu mengangkat tangannya, rintikan hujan segera berlabuh di permukaan telapak tangan. Sungguh, sial.

Anila tidak berniat untuk berlari meneduh, dia terlalu lelah. Wanita itu mengabaikan beberapa berkas yang dia pegang, kakinya berjalan memasuki jalan tikus untuk mengantarnya ke sebuah perpustakaan malam.

Anila memandang bangunan itu.

"Sudah lama aku tidak ke sini," gumamnya.

Seorang wanita tua tersenyum menatapnya ketika ia mendorong pintu kayu perpustakaan. Anila menarik napas dalam-dalam, harum buku-buku mampu membuatnya tenang.

Anila melangkah menelusuri rak tinggi, dia mengambil satu buku yang menarik perhatiannya.

Volume Dua: Ratu.

Volume dua? Anila mengerutkan keningnya. Dia mendongak melihat adanya satu bagian kosong di rak itu. Anila mencari buku pertamanya, namun tidak ada.

Anila berjalan membawa buku kedua menuju penjaga perpustakaan.

"Maaf, apakah buku pertama dari novel ini tidak lebih dari satu buku?" tanya Anila. Buku pertama sudah pasti lebih dulu dipinjam orang lain.

"Astaga, maafkan aku. Buku itu sudah lama berhenti dicetak, jadi aku hanya mampu membeli satu tiap volume-nya."

Anila tersenyum. "Tidak masalah, terima kasih."

Anila lantas kembali membawa dua buku berikutnya, dia meletakkan pada permukaan meja baca.

Dia tidak ingin pulang. Tidak untuk sekarang.

Anila membacanya dari buku kedua, lalu dua jam berikutnya dia membaca buku ketiga, kemudian buku terakhir.

Anila cepat dalam membaca karena pekerja sekretarisnya menjadi makanan sehari-hari. Wanita itu larut dalam pelampiasannya malam itu. Dia sempat memutar kepalanya untuk melihat penjaga perpustakaan, namun nampaknya wanita tua itu sudah naik ke lantai atas untuk tidur.

Wanita tua itu tidak pernah ragu untuk meninggalkan perpustakaannya dengan keadaan tidak terkunci.

Anila sangat mengenal wanita itu.

Buku yang menceritakan zaman kerajaan itu menarik Anila hingga kepalanya jatuh di atas buku. Dia lelah, dia butuh tidur.

"Mungkin tidak masalah aku menginap di sini," gumamnya sembari menutup mata yang kian berat.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

[Peringatan!]

Tubuh ditemukan, terdeteksi.

Anila terbangun dan menyadari ini bukan perpustakaan tempat dia menginap. Wanita itu melihat sekitar yang tidak memiliki ujung sejauh mata memandang.

Anila melihat layar biru yang mengambang di atas.

"Tubuh ditemukan ...?" Anila ketakutan. Di mana dia?

[Peringatan!]

Tubuhmu diselaraskan perlahan.

"Apa maksudnya ini?" Anila menyentuh layar itu.

[Kau adalah orang terpilih, silakan memasuki cerita dan temukan cinta!]

Anila tersedak. Wanita itu terkejut bukan main saat layar itu menjawab. "Apa maksudmu menemukan cinta?"

Anila tidak pernah jatuh cinta.

[Selesaikan cerita]

"Aku harus apa? Biarkan aku pulang!" ucapnya.

[Cintai Putra Mahkota!]

Apa Anila sudah gila? Ini mimpi?

"Kau siapa? Kenapa aku di sini?" tanya Anila bertubi-tubi.

[Peringatan!]

Tubuhmu sudah dibuat.

"Hah?"

Anila mengambang di udara, dia panik dengan perubahan yang terjadi. Tubuhnya perlahan menghilang dari ujung kaki, lalu Anila merasakan pusing di kepalanya.

Sebelum matanya tertutup, Anila melihat layar itu mengetik sesuatu. Anila bisa membacanya.

[Misi: Cintai Putra Mahkota]

Anila hanya bisa menyadari, bahwa buku yang dia baca di perpustakaan adalah tempat dia terdampar setelah ini.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Anila membuka matanya lagi. Kali ini, tangannya terasa perih dan tubuhnya terasa sakit. Wanita itu menyadari sebuah tombak tertuju di depan wajahnya.

"Sekali lagi, jangan memberontak!" Seseorang dengan pakaian prajurit berteriak padanya.

Mata Anila turun melihat pergelangan tangannya yang terikat. Apa?!

Anila meringis saat prajurit lain mengangkat kedua lengannya dan menyeretnya masuk ke dalam kereta kuda.

Anila melihat banyak wanita yang senasib dengannya. Akan tetapi, tidak ada kekhawatiran di wajah mereka. Semuanya terlihat tenang meskipun tangan dan wajah mereka penuh lumpur seperti keadaan Anika saat ini.

"Kau memberontak?" tanya salah satu wanita melihat keadaan tubuhnya yang lebih kotor.

Anila tidak tahu, tapi mungkin 'pemilik' yang asli tubuh ini sempat memberontak entah untuk alasan apa.

"Untuk apa menolak diculik kerajaan?" balas salah satu wanita lain.

"Kita beruntung, aku hanya berharap bisa menjadi selir suatu saat nanti."

Anila terkejut.

Tak lama mereka berada di dalam kereta kuda, Anila kembali dipaksa keluar dan diseret pergi dari rombongan wanita tersebut.

"Kemana kalian ingin membawaku?" Anila mendesis sakit. Pergelangan tangannya lecet dan sangat menyakitkan ketika bergesekan dengan tali tebal yang melilitnya.

"Ada tempat yang lebih cocok untuk pemberontak sepertimu." Prajurit itu mendorongnya kepada salah satu prajurit lain.

Bahu Anila dipegang dengan hati-hati oleh prajurit itu. Anila mendongak, dia melihat mata panjang yang cantik menatapnya.

Dia prajurit wanita.

"Maafkan perilaku prajurit pria." Wanita dengan baju besi itu melepaskan tali yang ada di pergelangan tangannya dengan hati-hati.

Prajurit pria itu mendengus dan melangkah pergi meninggalkan Anila dan wanita itu.

"Namaku Amara dan kau ...?"

"Anila," jawabnya. Amara mengangguk, dia segera mengantar Anila menuju sebuah bangunan tinggi yang terlihat seperti asrama.

"Ini akan menjadi tempat tinggalmu mulai sekarang, Anila," Amara menjelaskan, "kau akan dilatih menjadi prajurit wanita untuk kerajaan. Aku harap kau dapat menerima ini."

Anila merasakan kakinya gemetar. "Iya."

Anila masih ingat dengan sistem layar biru yang mengambang sebelum dia pindah ke tempat ini. Sistem yang memintanya untuk mencintai putra mahkota negeri ini.

"Kau bisa masuk dan menanyakan kamar untukmu, ya? Mereka tidak galak, kau akan diterima dengan baik," kata Amara lembut.

Anila hanya bisa mengangguk.

"Kalau begitu, aku harus pergi. Putra Mahkota meminta kepala asrama untuk berkumpul." Amara melambaikan tangan kepadanya.

Anila tergagap, menutup rasa malu yang ada dalam dirinya, dia mengangkat suara. "Putra Mahkota?"

Ya, hanya itu.

Amara terkekeh. "Iya, Putra Mahkota. Aku memang tidak pernah melihat wajahnya, tapi dia selalu mengirim ajudannya."

Anila mengangguk lagi.

"Kau jangan malu. Kita akan menjadi rekan mulai sekarang." Amara tersenyum.

"Iya, tolong bantuannya!" Anila menunduk cepat.

Amara melambai lagi dan segera pergi meninggalkan Anila yang meneguk saliva menatap pintu asrama.

Anila mendorong pintu kayu itu, dia di sambut puluhan mata yang sedang mengangkut pakaian basah di tangan mereka.

"Permisi?" Anila meringis, canggung sekali.

"Oh, kau anak baru!"

"Wah, salam kenal!"

"Kau sangat kotor, pergilah mandi lebih dahulu." Seseorang dengan perhatian menurunkan keranjang pakaiannya dan menuntun Anila ke sebuah kamar.

"Ini kamarmu." Dia memberitahu. Anila mendorong pintu kamarnya. Lihatlah, ini kamar yang cukup layak.

Satu jendela, satu kasur dan ada kamar mandi. Kerajaan melakukan yang terbaik untuk membuat prajuritnya nyaman.

"Terima kasih." Anila tulus mengatakannya.

"Nikmati waktumu." Wanita itu meninggalkan kamarnya.

Anila menutup pintu kamarnya, lantas tubuhnya langsung merosot lelah. "Apa yang terjadi padaku ...."

Wanita dengan rambut hitam itu bergumam sedih. Dia meninggalkan ayah dan adiknya. Apa mereka akan melaporkan dirinya hilang? Bagaimana adiknya sekolah jika dia tidak memberikan uang bulanan?

Anila menarik napas. Dia membuka lemari kecil di kamar itu, lalu menemukan beberapa pakaian tidur.

"Tidak ada pilihan, aku harus belajar merayu." Anila meringis geli. "Aku harus berhati-hati karena targetku adalah seorang putra mahkota Raven Nabastala."

Raven Nabastala. Pria berumur 25 tahun yang kejam. Dia adalah antagonis dari cerita ini dengan perilaku obsesinya yang mengerikan. Sayang seribu sayang, sebagai antagonis dia berakhir meninggal karena dibunuh oleh prajurit pria biasa, seorang tokoh utama dari novel itu.

Sedangkan untuk tokoh utama wanita ..., Anila menatap rembulan yang bersinar. Dia mengetuk kaca jendela, berpikir.

"Amara Payoda." Anila bergumam menyebut nama yang tidak asing lagi.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1: Cintai Putra Mahkota Obsesif
3 Chapter 2: Raven Nabastala.
4 Chapter 3: Langkah Baru
5 Chapter 4: Mata itu, Mata Merah.
6 Chapter 5: Hal Yang Tidak Kutahu
7 Chapter 6: Cerita Yang Salah (1)
8 Chapter 7: Cerita Yang Salah (2)
9 Chapter 8: Dia Yang Kutahu
10 Chapter 9: Rav dan Nil
11 Chapter 10: Janji (1)
12 Chapter 11: Janji (2)
13 Chapter 12: Taman dan Gaun Tidur
14 Chapter 13: Kanath dan Raven
15 Chapter 14: Ratu ...?
16 Chapter 15: Natara dan Anila
17 Chapter 16: Kamar
18 Chapter 17: Pantaskah Dia Berbicara Tentang Kebahagiaan?
19 Chapter 18: Ketanggapan Tokoh Utama
20 Chapter 19: Cinta Putra Mahkota Obsesif
21 Chapter 20: Langit dan Cerita
22 Chapter 21: Sama Namun Berbeda
23 Chapter 22: Perjalanan Baru (1)
24 Chapter 23: Perjalanan Baru (2)
25 Chapter 24: Dua Penginapan
26 Chapter 25: Sirkus (1)
27 Chapter 26: Sirkus (2)
28 Chapter 27: Menikah Denganku
29 Chapter 28: Pekerjaan Pasangan (1)
30 Chapter 29: Pekerjaan Pasangan (2)
31 Chapter 30: Bar Sirkus
32 Chapter 31: Pekerjaan Pasangan (3)
33 Chapter 32: Berdansa Bersamamu
34 Chapter 33: Istri Palsu atau Nyata?
35 Chapter 34: Milikmu (1)
36 Chapter 35: Milikmu (2)
37 Chapter 36: Di Sirkus Malam Ini
38 Chapter 37: Siapa Pemimpin Itu
39 Chapter 38: Pelukan Di Penjara?
40 Chapter 39: Cerita (1)
41 Chapter 40: Cerita (2)
42 Chapter 41: Putra Mahkota dan Anila Rembulan
43 Chapter 42: Demi Sang Bulan
44 Chapter 43: Kembali Ke Nabastala
45 Chapter 44: 'Berbagi'
46 Chapter 45: Laskar dan Bunglon
47 Chapter 46: Cintai Putra Mahkota: Selesai.
48 Chapter 47: Kunci Kuno
49 Chapter 48: Putri Anila dan Natara?
50 Chapter 49: Keputusasaan.
51 Chapter 50: Menyelamatkan Raven (1)
52 Chapter 51: Menyelamatkan Raven (2)
53 Chaptee 52: Akhir(1)
54 Chapter 53: Akhir (2)
55 Chapter 54: Akhir (3)
56 Chapter 55: Akhir Sesungguhnya.
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1: Cintai Putra Mahkota Obsesif
3
Chapter 2: Raven Nabastala.
4
Chapter 3: Langkah Baru
5
Chapter 4: Mata itu, Mata Merah.
6
Chapter 5: Hal Yang Tidak Kutahu
7
Chapter 6: Cerita Yang Salah (1)
8
Chapter 7: Cerita Yang Salah (2)
9
Chapter 8: Dia Yang Kutahu
10
Chapter 9: Rav dan Nil
11
Chapter 10: Janji (1)
12
Chapter 11: Janji (2)
13
Chapter 12: Taman dan Gaun Tidur
14
Chapter 13: Kanath dan Raven
15
Chapter 14: Ratu ...?
16
Chapter 15: Natara dan Anila
17
Chapter 16: Kamar
18
Chapter 17: Pantaskah Dia Berbicara Tentang Kebahagiaan?
19
Chapter 18: Ketanggapan Tokoh Utama
20
Chapter 19: Cinta Putra Mahkota Obsesif
21
Chapter 20: Langit dan Cerita
22
Chapter 21: Sama Namun Berbeda
23
Chapter 22: Perjalanan Baru (1)
24
Chapter 23: Perjalanan Baru (2)
25
Chapter 24: Dua Penginapan
26
Chapter 25: Sirkus (1)
27
Chapter 26: Sirkus (2)
28
Chapter 27: Menikah Denganku
29
Chapter 28: Pekerjaan Pasangan (1)
30
Chapter 29: Pekerjaan Pasangan (2)
31
Chapter 30: Bar Sirkus
32
Chapter 31: Pekerjaan Pasangan (3)
33
Chapter 32: Berdansa Bersamamu
34
Chapter 33: Istri Palsu atau Nyata?
35
Chapter 34: Milikmu (1)
36
Chapter 35: Milikmu (2)
37
Chapter 36: Di Sirkus Malam Ini
38
Chapter 37: Siapa Pemimpin Itu
39
Chapter 38: Pelukan Di Penjara?
40
Chapter 39: Cerita (1)
41
Chapter 40: Cerita (2)
42
Chapter 41: Putra Mahkota dan Anila Rembulan
43
Chapter 42: Demi Sang Bulan
44
Chapter 43: Kembali Ke Nabastala
45
Chapter 44: 'Berbagi'
46
Chapter 45: Laskar dan Bunglon
47
Chapter 46: Cintai Putra Mahkota: Selesai.
48
Chapter 47: Kunci Kuno
49
Chapter 48: Putri Anila dan Natara?
50
Chapter 49: Keputusasaan.
51
Chapter 50: Menyelamatkan Raven (1)
52
Chapter 51: Menyelamatkan Raven (2)
53
Chaptee 52: Akhir(1)
54
Chapter 53: Akhir (2)
55
Chapter 54: Akhir (3)
56
Chapter 55: Akhir Sesungguhnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!