Chapter 16: Kamar

Anila hanya terdiam membeku dan tidak berani bergerak. Dia takut jika Raven bangun karena merasakan kehadirannya yang tiba-tiba.

Anila mengutuk sistem kembali. Sungguh, dia ingin mencekik sistem jika sistem berwujud manusia. Dia akan memukul, lalu melemparnya ke danau setelah memaki sistem sampai puas.

Raven yang meringkuk menghadap Anila tampak tidak terganggu. Mata Anila mengamati wajah Raven lebih dekat, ada garis hitam samar di bawah mata pria itu. Wajahnya damai dan alisnya tidak menyebalkan seperti yang selalu Anila lihat.

Betapa sempurnanya Raven jika dia tenang seperti ini. Anila memundurkan kepalanya perlahan, napasnya tertahan. Sangat aneh, ada sesuatu di dalam dadanya yang berdebar dengan kencang.

[Sistem diproses...]

Anila hampir memekik saat tangannya bergerak memeluk tubuh Raven. Kini, kepalanya bersandar pada dada bidang pria itu.

Ini pemaksaan! Sistem sialan! batin Anila menangis.

Kening Raven berkerut. Matanya masih terpejam, namun alisnya merespon dengan menukik curam. Anila berdoa agar Raven tidak membuka matanya, alhasil ternyata Raven kembali melanjutkan tidurnya tanpa terganggu.

Anila merasa bersalah mengganggu tidur pria itu. Raven mungkin sulit tidur karena pekerjaan menghantuinya terus menerus.

Anila menarik tangannya mundur, memastikan sampai tidak menyenggol Raven. Akan tetapi, belum sempat dia melepaskan diri, Raven justru semakin meringkuk hingga memeluk Anila yang memiliki hawa hangat. Anila ingin berteriak dan menangis sekarang juga.

Layar biru yang agak besar muncul di belakang punggung Raven. Anila bisa melihat tulisan yang diketik di sana.

[Apakah ingin tetap di sini?]

.

[Ya | Tidak, kembali ke kamar]

Anila terkadang mempertanyakan kenapa sistem seperti memiliki dua kepribadian. Kadang dia berbicara formal padanya, lalu di lain waktu dia sangat menyebalkan sudah seperti orang yang paling mengenal Anila.

Tentu saja, Anila bersorak sambil mengucapkan terima kasih dari dalam hatinya atas kebaikan sistem. Wanita itu perlahan mengangkat tangan, kemudian jarinya menekan opsi kedua.

Seperti sebelumnya, tubuh Anila dilapisi cahaya kebiruan dan pandangannya memburam. Seakan terjatuh di kasurnya yang sederhana, Anila membuka matanya.

Dia berbahagia saat melihat atap kamar asramanya.

"Nil?"

Anila membeku. Dia menoleh ke samping dan hidungnya bersentuhan dengan hidung Raven.

Raven pun juga terkejut, Anila lantas berteriak tertahan melompat dari kasur hingga pelukan Raven terlepas. Bunyi gedebuk muncul saat Anila terduduk di lantai.

Raven menggosok matanya, memastikan ini adalah kenyataan dan dia tidak sedang berhalusinasi.

[Kisahmu dibuat!]

Bolehkah Anila membakar layar ini?!

"Apa yang sedang terjadi?" Raven duduk dari baringnya dengan wajah bantal.

Pria itu meraba tubuhnya sendiri memastikan dia tidak berbuat macam-macam saat tertidur. Dia melihat sekitar. "Ini kamarmu?"

Anila menutup wajahnya, dia tidak bisa memberikan alasan logis setelah ini.

"Apa yang kita lakukan?" Raven bertanya dengan santai.

Anila ingin memukul kepalanya.

"Sepertinya aku tidur berjalan lagi." Anila hanya bisa memasang wajah tanpa dosa dan bersikap setenang mungkin.

"Oh, kau pergi ke kamarku dan menggendongku? Begitu?" Raven menyahut sambil menatapnya lurus.

Anila menggigit pipi dalamnya dengan frustasi. "Mungkin."

Raven mengangguk-angguk, pria itu sepertinya masih setengah sadar. Anila melihat Raven tampak tidak peduli, dia berbaring kembali dan menarik selimut tipis Anila.

"Aku akan mengantarmu kembali." Anila menawarkan diri.

Raven melambai sekali dengan matanya yang tertutup. "Aku ingin tidur."

Anila menatapnya tak percaya, dia juga mengantuk berat, namun jika Raven di sini dia tidur di mana? Anila menarik lengan Raven agar duduk, akan tetapi pria itu terlalu kuat sehingga tidak bergeming.

"Rav, ayo aku antar kembali ke kamarmu." Anila berusaha membujuk. "Kau bisa tidur, aku akan memapahmu."

Raven tidak berkutik.

"Rav—?!"

Anila ditarik balik hingga dia terbaring di bantalnya. Raven berada di atasnya, sedang menatap Anila dengan mata biru seindah lautan. Raven menopang tubuhnya dengan dua tangan kekarnya.

"Jangan berbicara dan tidurlah." Raven berkata.

Matanya perlahan sayu, kepalanya oleng, kemudian jatuh di bahu Anila. Napasnya teratur menggelitik leher wanita itu.

Ragu-ragu, Anila merapikan rambut Raven yang berantakan menyapa pipinya. Bagaimana bisa meraka berakhir dengan posisi seperti ini?

"Kau harus kembali, sangat sulit untuk mengeluarkanmu dari asrama besok ...," bisik Anila pelan.

Tentu saja, Raven tidak mendengarnya karena sudah terlelap jauh di alam bawah sadarnya.

Wanita itu menunggu sistem muncul, bahkan memanggilnya berkali-kali. Sistem menolak memberinya keringanan. Anila hanya dapat menarik napas panjang dan pasrah dengan apa yang terjadi.

Mereka tertidur.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Anila mondar mandir gelisah di kamar asrama. Raven hanya duduk di pinggir kasur melihat wanita itu bergerak dari ujung kamar ke ujung lain.

"Bagaimana kau keluar? Tubuhmu tidak muat melewati jendela kecil ini." Anila menunjuk jendela sederhana kamar asramanya.

"Lewat pintu lebih baik." Raven menjawab.

Di luar kamar, sudah terdengar teman-temannya bersiap-siap untuk sarapan bersama. Jika Anila tidak hadir, pasti akan disusul oleh mereka.

Anila menutup wajahnya frustasi, bahkan gaun tidurnya tidak bisa ia ganti karena memikirkan bagaimana cara meloloskan Raven dari asrama.

"Mereka tidak akan berani berbicara tentangku," ucap Raven logis.

"Ya, mereka hanya berbicara tentangku!" Anila menepuk jidatnya. Raven harusnya berpikir tentang nasib wanita itu.

Lebih buruk lagi, Anila ingat hari ini adalah cuti latihan. Artinya, seluruh penghuni asrama ini akan ada di asrama sepanjang hari.

"Kalau begitu, kau diam di sini saja." Anila memutuskan. "Aku akan sarapan bersama mereka dan membawa makanan yang cocok untuk lidahmu."

Raven melipat tangannya. "Penasihat dan prajurit akan mencariku."

Anila menarik napas. Kenapa dia baru memikirkan ini?

"Kau bisa mencari alasan untuk itu." Anila membalas. Wanita itu lantas hendak menarik knop pintu untuk keluar.

"Aku harus bekerja secepatnya," tambah Raven sambil berdiri di belakang Anila. "Aku hanya perlu keluar dari sini dan pergi"

Anila memandangnya dengan wajah 'yang benar saja kau?'

Anila menolak. "Tidak. Kumohon Rav, sekali saja kali ini biarkan aku hidup tenang."

Knop pintu Anila buka.

"Aku harus pergi."

"Tidak sekarang, Rav." Anila kembali membalas sambil menoleh ke belakang, menatap Raven.

Raven berhenti menyahut, matanya memandang ke depan dengan santai. Anila menerima peringatan di kepalan, dia memutar kepala dan melihat Amara menjatuhkan sendok.

Wesa yang menggigit roti hampir melepaskan roti dari mulutnya.

Sepertinya, bukan hanya mereka berdua, Anila melihat seluruh temannya berkumpul tercengang. Anila bisa melihat mereka memegang kertas yang bertuliskan, Selamat sudah sebulan bergabung dengan kami!

Raven mendengus. "Aku tidak perlu menjelaskan ini."

Tidak ada satupun prajurit wanita yang berani mengangkat suara, Raven menepuk bahu Anila. Dia berjalan pergi melewati gerombolan prajurit wanita yang memberinya jalan.

Anila merasakan lidahnya kelu saat seluruh mata menuntut menatapnya.

"A-aku harus mandi."

Brak. Pintu kamar asrama Anila ditutup oleh Amara, tidak membiarkan Anila masuk ke dalam kamarnya.

"Apakah suara jatuh kemarin malam ada hubungannya dengan putra mahkota?"

Amara mendengarnya jatuh? Anila merasakan kemampuan Amara mulai meningkat.

"Anila dengan gaun tidur, dan putra mahkota dengan pakaian tidurnya." Wesa berbicara horor. "Tidak ada pertemuan mendesak seperti itu, apalagi membawanya masuk ke dalam kamarmu, Anila."

"Dan kau berbicara akrab memanggil nama pendek putra mahkota," tambahnya.

Kesalahpahaman itu tidak berhenti, sebanyak apapun Anila menjelaskan, teman-temannya hanya percaya apa yang mereka imajinasikan dan semakin menggoda Anila.

Anila benar-benar menerima apa yang ia mulai sejak awal.

Di sisi lain, Raven melirik Kanath yang berlatih sendirian di halaman latihan. Kanath melihat ke arah Raven, dia terkejut melihat mata biru khas kerajaan. Kanath langsung membungkuk hormat pada Raven yang tidak peduli.

"Dia sangat mengerikan seperti rumornya," gumam Kanath menatap punggung tegap Raven.

Keningnya berkerut bingung menyadari sesuatu. "Dia dari asrama wanita?"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1: Cintai Putra Mahkota Obsesif
3 Chapter 2: Raven Nabastala.
4 Chapter 3: Langkah Baru
5 Chapter 4: Mata itu, Mata Merah.
6 Chapter 5: Hal Yang Tidak Kutahu
7 Chapter 6: Cerita Yang Salah (1)
8 Chapter 7: Cerita Yang Salah (2)
9 Chapter 8: Dia Yang Kutahu
10 Chapter 9: Rav dan Nil
11 Chapter 10: Janji (1)
12 Chapter 11: Janji (2)
13 Chapter 12: Taman dan Gaun Tidur
14 Chapter 13: Kanath dan Raven
15 Chapter 14: Ratu ...?
16 Chapter 15: Natara dan Anila
17 Chapter 16: Kamar
18 Chapter 17: Pantaskah Dia Berbicara Tentang Kebahagiaan?
19 Chapter 18: Ketanggapan Tokoh Utama
20 Chapter 19: Cinta Putra Mahkota Obsesif
21 Chapter 20: Langit dan Cerita
22 Chapter 21: Sama Namun Berbeda
23 Chapter 22: Perjalanan Baru (1)
24 Chapter 23: Perjalanan Baru (2)
25 Chapter 24: Dua Penginapan
26 Chapter 25: Sirkus (1)
27 Chapter 26: Sirkus (2)
28 Chapter 27: Menikah Denganku
29 Chapter 28: Pekerjaan Pasangan (1)
30 Chapter 29: Pekerjaan Pasangan (2)
31 Chapter 30: Bar Sirkus
32 Chapter 31: Pekerjaan Pasangan (3)
33 Chapter 32: Berdansa Bersamamu
34 Chapter 33: Istri Palsu atau Nyata?
35 Chapter 34: Milikmu (1)
36 Chapter 35: Milikmu (2)
37 Chapter 36: Di Sirkus Malam Ini
38 Chapter 37: Siapa Pemimpin Itu
39 Chapter 38: Pelukan Di Penjara?
40 Chapter 39: Cerita (1)
41 Chapter 40: Cerita (2)
42 Chapter 41: Putra Mahkota dan Anila Rembulan
43 Chapter 42: Demi Sang Bulan
44 Chapter 43: Kembali Ke Nabastala
45 Chapter 44: 'Berbagi'
46 Chapter 45: Laskar dan Bunglon
47 Chapter 46: Cintai Putra Mahkota: Selesai.
48 Chapter 47: Kunci Kuno
49 Chapter 48: Putri Anila dan Natara?
50 Chapter 49: Keputusasaan.
51 Chapter 50: Menyelamatkan Raven (1)
52 Chapter 51: Menyelamatkan Raven (2)
53 Chaptee 52: Akhir(1)
54 Chapter 53: Akhir (2)
55 Chapter 54: Akhir (3)
56 Chapter 55: Akhir Sesungguhnya.
Episodes

Updated 56 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1: Cintai Putra Mahkota Obsesif
3
Chapter 2: Raven Nabastala.
4
Chapter 3: Langkah Baru
5
Chapter 4: Mata itu, Mata Merah.
6
Chapter 5: Hal Yang Tidak Kutahu
7
Chapter 6: Cerita Yang Salah (1)
8
Chapter 7: Cerita Yang Salah (2)
9
Chapter 8: Dia Yang Kutahu
10
Chapter 9: Rav dan Nil
11
Chapter 10: Janji (1)
12
Chapter 11: Janji (2)
13
Chapter 12: Taman dan Gaun Tidur
14
Chapter 13: Kanath dan Raven
15
Chapter 14: Ratu ...?
16
Chapter 15: Natara dan Anila
17
Chapter 16: Kamar
18
Chapter 17: Pantaskah Dia Berbicara Tentang Kebahagiaan?
19
Chapter 18: Ketanggapan Tokoh Utama
20
Chapter 19: Cinta Putra Mahkota Obsesif
21
Chapter 20: Langit dan Cerita
22
Chapter 21: Sama Namun Berbeda
23
Chapter 22: Perjalanan Baru (1)
24
Chapter 23: Perjalanan Baru (2)
25
Chapter 24: Dua Penginapan
26
Chapter 25: Sirkus (1)
27
Chapter 26: Sirkus (2)
28
Chapter 27: Menikah Denganku
29
Chapter 28: Pekerjaan Pasangan (1)
30
Chapter 29: Pekerjaan Pasangan (2)
31
Chapter 30: Bar Sirkus
32
Chapter 31: Pekerjaan Pasangan (3)
33
Chapter 32: Berdansa Bersamamu
34
Chapter 33: Istri Palsu atau Nyata?
35
Chapter 34: Milikmu (1)
36
Chapter 35: Milikmu (2)
37
Chapter 36: Di Sirkus Malam Ini
38
Chapter 37: Siapa Pemimpin Itu
39
Chapter 38: Pelukan Di Penjara?
40
Chapter 39: Cerita (1)
41
Chapter 40: Cerita (2)
42
Chapter 41: Putra Mahkota dan Anila Rembulan
43
Chapter 42: Demi Sang Bulan
44
Chapter 43: Kembali Ke Nabastala
45
Chapter 44: 'Berbagi'
46
Chapter 45: Laskar dan Bunglon
47
Chapter 46: Cintai Putra Mahkota: Selesai.
48
Chapter 47: Kunci Kuno
49
Chapter 48: Putri Anila dan Natara?
50
Chapter 49: Keputusasaan.
51
Chapter 50: Menyelamatkan Raven (1)
52
Chapter 51: Menyelamatkan Raven (2)
53
Chaptee 52: Akhir(1)
54
Chapter 53: Akhir (2)
55
Chapter 54: Akhir (3)
56
Chapter 55: Akhir Sesungguhnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!