Seketika Lee Miran menghentikan langkahnya tepat di depan pintu ruangan milik Park Shinjoo, hingga membuat langkah Han Yoori beserta anak tunggalnya itu pun ikut menghentikan langkahnya.
"Tunggu... Tunggu!"
"Apa yang ingin ditunggu? Aku sudah sangat lapar, lebih baik kita bergegas masuk," ucap Park Shinjoo.
"Lebih baik kau makan berdua saja dengan Jioh, aku ada urusan penting yang harus di kerjakan," ucap Lee Miran sembari memberikan paksa kantong yang berisi banyak kotak makanan kepada Park Shinjoo, yang kemudian terburu-buru pergi ketika Park Shinjoo memegang kantong tersebut.
"Bukankah seharusnya kita makan bertiga?" Teriak Han Yoori.
Tanpa berbalik Lee Miran mengeraskan suaranya. "Kau saja yang makan berdua dengan calon suamimu. Bila aku ikut bersama kalian, aku hanya akan jadi nyamuk."
Raut merah pun muncul di wajah Han Yoori, ia tersipu malu ketika mendengar lagi kata calon suami dari mulut Lee Miran. Hingga membuatnya refleks menelan saliva. "Apa lebih baik aku pulang saja," ucapnya bernada gugup.
Sontak saja Park Shinjoo tersenyum ketika melihat Han Yoori yang nampak tersipu malu itu, ia pun kemudian memegang erat tangan Han Yoori. "Siapa bilang kau boleh pergi, kau harus menemani calon suamimu ini," ucapnya sembari menarik masuk Han Yoori ke ruangannya.
"Apa yang kau maksud? Bukankah kita sudah sepakat hanya akan menjalin pertemanan saja."
"Aku hanya bercanda, tapi bila kau ingin menjadi calon istriku, aku akan bersedia menerimamu," goda Park Shinjoo.
Lagi dan lagi Park Shinjoo membuat jantung Han Yoori berdegup sangat kencang. Hingga membuat perempuan yang disebut Lee Miran sebagai calon menantunya itu, sampai harus mengalihkan pandangannya dari Park Shinjoo.
"Candaanmu tak Lucu."
Park Shinjoo tergelak. "Jangan di anggap serius, aku tak serius mengatakannya." Park Shinjoo kemudian mengeluarkan semua kotak makanan yang ada di kantong dan meletakannya di atas meja. "Lebih baik kita makan sekarang."
Sesaat Park Shinjoo membuka semua kotak makanan tersebut, dari salah satu kotak ada makanan yang sangat di favoritkan Han Yoori, yaitu Japchae. Han Yoori sampai menelan ludah ketika melihatnya.
Sumpit dan sendok langsung di pegangnya, ketika Park Shinjoo mempersilahkan Han Yoori makan. Dan Park Shinjoo di buat lagi tersenyum ketika melihat Han Yoori, kali ini bukan karena melihat wajah merah dari Han Yoori, ia tersenyum melihat Han Yoori yang sangat lahap memakan dua menu makanan dari banyaknya makanan yang dibawa oleh ibunya tersebut. Ia juga sampai tergelak melihat Han Yoori yang makan belepotan seperti anak kecil.
Park Shinjoo pun sampai refleks menyeka sisa makanan di bibir Han Yoori. "Padahal ibuku banyak membawa makanan, tapi mengapa kau hanya memakan japchae dan nasinya saja?"
Tangannya yang lembut itu menyentuh perlahan bibir Han Yoori, membuat perempuan yang mulutnya penuh dengan nasi dan Japchae itu pun terdiam seketika sambil menatap penuh wajah Park Shinjoo. Begitu pun dengan Park Shinjoo yang juga ikut terdiam selepas mata Han Yoori menatap fokus dirinya. Hingga membuat kecanggungan pun terjadi pada mereka.
"Lanjutkan makannya," ucap Park Shinjoo sembari mengalihkan pandangannya dari Han Yoori.
Selepas semua makanan habis, mereka pun beranjak pulang dari rumah sakit. Dan kebetulan pekerjaan Park Shinjoo sudah selesai, ia pun bisa pulang bersama Han Yoori.
Hanya ada kesunyian selama perjalanan pulangnya. Rasa canggung nampak di rasakan mereka. Mungkin selepas tadi Park Shinjoo dan Han Yoori saling bertatap-tatapan, rasa canggung tersebut tak bisa berhenti dirasakan oleh keduanya. Sangat sunyi hingga tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka. Apa lagi jantung Han Yoori yang terus berdegup tak karuan sedari tadi.
Begitu mereka sampai di parkiran aparteman, barulah Park Shinjoo mau mengeluarkan suaranya.
"Hm, besok pukul berapa kita akan pergi?" Tanyanya Park Shinjoo yang masih dibalut dengan rasa canggung dan gugup.
"Memangnya kita akan pergi kemana?" Tanya balik Han Yoori.
"Bukankah tadi pagi kau akan mengajakku pergi."
Saking canggung dan gugupnya, Han Yoori sampai lupa bila besok ia akan mengajak Park Shinjoo berpergian.
"Oh iya aku lupa, mungkin sekitar pukul 7 pagi kita akan pergi."
"Baiklah."
Park Shinjoo tiba-tiba saja mendekat ke arah Han Yoori, kemudian tangannya spontan membuka sabuk pengaman yang mengikat tubuh perempuan yang duduk di sampingnya itu. Jarak Park Shinjoo terlalu dekat, membuat jantung Han Yoori pun semakin kencang bergedup dan lebih kencang dari yang tadi. Lagi dan lagi Park Shinjoo membuat Han Yoori merasakan hal yang tak biasa. Bisa gila bila Han Yoori terus berada di dekat Park Shinjoo, ia pun dengan cepat beranjak pergi dari mobil ketika Park Shinjoo usai membuka sabuk pengamannya.
"Ada apa denganku," gumam Han Yoori di batinnya.
Han Yoori berjalan terburu-buru tanpa menunggu terlebih dahulu pria yang sudah membuat jantungnya terus berdegup kencang itu.
...****************...
Berlibur adalah solusi Han Yoori untuk menyenangkan Park Shinjoo. Karena bila Park Shinjoo banyak bersenang-senang, sedikit demi sedikit hal-hal yang ingin di lupakannya mungkin akan hilang dari ingatannya. Tepat pukul 7 pagi, Han Yoori pergi ke apartemen Park Shinjoo.
Pria yang berprofesi sebagai dokter itu, telah berpakaian rapih selepas Han Yoori datang ke apartemennya.
"Apa kau sudah siap?" Tanya Han Yoori.
"Tentu saja, tapi tunggu sebentar aku akan mengambil dompet dan kunci mobilku terlebih dahulu."
Han Yoori seketika melambaikan cepat tangannya. "Tidak... Tidak, kau tak perlu mengambil kunci mobilmu. Kita akan pergi menggunakan kendaraan umum."
"Bukankah akan lebih nyaman bila naik kendaraan pribadi."
"Bila kita menaiki kendaraan umum, kita bisa lebih fokus mengobrol. Kita bisa menceritakan banyak hal selama di perjalanan. Bila kita menggunakan mobilmu, kau akan lebih fokus menyetir dari pada berbicara denganku."
"Memangnya kau akan mengajakku kemana? Sepertinya tempat yang akan kita kunjungi sangat jauh."
Han Yoori menganggukan kepalanya. "Iya, aku akan mengajakmu pergi jauh dari kota Seoul. Kita akan pergi ke Busan."
"Hah Busan?"
"Iya, kita akan pergi ke Busan. Lekaslah ambil dompetmu, kita harus bergegas pergi agar bisa segera mendapatkan tiket kereta."
Karena mereka akan menggunakan kendaraan umum, mereka perlu menaik bis terlebih dahulu untuk pergi ke stasiun kereta. Mereka berjalan kaki menuju halte bis yang jaraknya tak terlalu jauh dari apartemen. Begitu sampai di halte, kebetulan sudah ada bis yang berhenti, mereka tak perlu memakan waktu di halte. Dan untuk sampai ke stasiun kereta, mereka hanya membutuh waktu sekitar tiga puluh menit menaiki bis.
"Kamu bisa menungguku di kursi sebelah sana, aku akan memesan tiket terlebih dahulu," ucap Park Shinjoo menunjuk kursi yang tak jauh dari tempat mereka berdiri.
"Aku yang akan memesan dan aku pula yang membayar tiketnya. Karena aku yang mengajakmu pergi."
"Sebagai laki-laki, seharusnya akulah yang membayar."
Han Yoori tergelak. "Apa harga dirimu jatuh hanya karena seorang perempuan mengeluarkan uang untuk membayar tiket kereta."
Park Shinjoo refleks menggaruk tengkuknya. "Hm, bukan seperti itu. Aku hanya merasa tak enak bila kau yang membayarnya."
Han Yoori menggeleng. "Itu sama saja kau seperti mengganggap harga dirimu terjatuh. Biarkan aku yang membayar tiketnya, bila kau enggan ku belikan tiket, kita tak jadi pergi."
Han yoori kemudian terburu-buru pergi ke lobi untuk membeli tiket. Sementara Park Shinjoo ia diam di tempat setelah di ancam Han Yoori yang tak akan pergi bila Park Shinjoo tak mau dibelikan tiket kereta olehnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
jihan
ayolooo
2023-07-12
1
rudy
uppppp
2023-07-11
0
maya mutia
gas lanjut jangan stengah setngah
2023-07-11
2