Jika menolak, Han Yoori tak enak hati dan bila menerima ajakannya, kemungkinan terbesarnya Han Yoori akan merasa canggung. Karena siapa dia, Han Yoori bukanlah wanita yang di maksud oleh Lee Miran sebagai anak perempuan yang di pilihkan untuk putranya. Ia hanyalah seorang yang meminjam identitas dari temannya. Han Yoori hanya merasa takut bila sampai Lee Miran semakin dekat dengannya, dia akan kecewa bila tahu identitas Han Yoori yang sebenarnya.
Tapi, Lee Miran terus memaksa hingga membuat Han Yoori pun tak bisa menolak ajakannya. Akhirnya ia pun terpaksa memasuki mobil setelah ditarik paksa oleh ibu dari Park Shinjoo tersebut.
Kecanggungan pun mulai terjadi, di kala mobil sedan berwarna hitam tersebut melaju. Han Yoori tak bisa berhenti menggigit bibir bawahnya, dan ia juga tak bisa berhenti memainkan kuku tangannya.
"Sepertinya suasananya sangat sunyi. Santailah, tak perlu merasa tegang karena aku tak akan memakanmu," canda Lee Miran dengan gelak tawa.
"Hm, i--iya," ucap Lee Nari bernada gugup.
"Seharusnya kau bisa lebih santai padaku dan tak perlu tegang seperti itu. Karena nanti kau juga akan terbiasa, bila kau sudah menjadi menantuku."
Han Yoori seketika menelan salivanya. "Apa kak Shinjoo tak bilang pada bibi bila kita memutuskan untuk tidak melanjutkan perjodohan."
Lee Miran tergelak. "Shinjoo memang berkata akan berteman saja dengan kau, tapi aku merasa ragu bila Shinjoo tak menyukaimu. Sudah lama sekali aku tak melihatnya tersenyum ketika membicarakan seorang wanita." Lee Miran pun tersenyum membayangkan sosok putranya. "Dia tersenyum tiap kali membicarakanmu, dan dia akan tersipu malu bila ku tanya, apa dia menyukaimu. Aku yakin bila saat ini dia tengah jatuh cinta padamu."
"Benarkah? Aku tak yakin bila dia akan jatuh cinta padaku, bibi mungkin salah mengira."
Lee Miran menggeleng cepat. "Aku sangat yakin dia jatuh cinta padamu. Hm, lalu bagaimana denganmu, apa kau menyukainya?"
Lagi-lagi Han Yoori refleks menelan salivanya. "A---ku menyukainya hanya sebagai teman, tidak lebih dari itu," jawabnya terbata-bata.
Lee Miran tersenyum. "Benarkah?
"Tentu saja," tegas Han Yoori.
Lee Miran kembali tergelak. "Sudah ku duga, bila kau juga jatuh cinta padanya. Karena jawabanmu tak meyakinkanku."
Tubuh Han Yoori pun tiba-tiba mengeluarkan keringat, padahal di dalam mobil terasa sangat sejuk. Tapi, bagi tubuh Han Yoori ini terasa panas seperti berada di bawah terik matahari. Ya, karena suasana semakin canggung di kala Lee Miran tak percaya dengan jawaban yang diberikan Han Yoori tersebut.
Han Yoori pun menghembuskan panjang nafasnya. "Aku benar-benar tak memiliki perasaan apapun pada kak Shinjoo, begitu pun dengan kak Shinjoo. Oleh sebab itu kami memutuskan untuk berteman."
Lee Miran tersenyum sembari mengangguk-nganggukan kepalanya. "Iya... Iya, aku akan mempercayai ucapanmu. Tapi aku tak akan mempercayai hatimu." Lee Miran seketika menghentikan mobilnya di depan rumah sakit. "Sekarang kita sudah sampai di tempat belahan hatimu berada."
Han Yoori pun refleks mengerutkan alisnya, menatap heran bangunan tinggi yang selalu di kinjungi oleh orang sakit tersebut. "Bukankah bibi mengajakku untuk pergi makan malam, mengapa kita pergi ke rumah sakit?"
"Karena hari ini Shinjoo akan pulang malam dan tak bisa pergi untuk makan malam di luar. Jadi aku membawa bekal makan dari rumah, dan membawanya kesini untuk di makan bersama."
"Dia mungkin sedang sibuk. Bagaimana kita mengajaknya makan bersama?"
"Sesibuk-sibuknya dia pasti ada rehatnya. Aku tadi sempat menelponnya dan calon suamimu bilang, pekerjaannya akan selesai sebentar lagi.
Sebutan calon suami untuk Park Shinjoo terdengar menyendihkan bagi Han Yoori, bagaimana bisa Park Shinjoo jadi calon suaminya. Sementara dirinya bukanlah seorang wanita yang di maksud oleh Lee Miran. Han Yoori hanyalah seorang wanita pengganti untuk menggantikan posisi Kim Jioh, bukan untuk menikahinya, tapi melainkan untuk menggagalkan perjodohannya. Bahkan posisinya sebagai teman pun hanyalah sementara, karena setelah Han Yoori berhasil membuat Park Shinjoo meninggalkan masa lalunya, ia akan memutuskan pertemanannya dan mungkin akan mengakui semua kebohongannya.
Raut sendu pun tercipta di wajahnya setelah mendengar hal yang tak mungkin bisa di raih oleh wanita seperti Han Yoori.
**
Ketika Han Yoori berjalan di lorong, ia melihat sebuah ruangan yang dipenuhi dengan pasien yang membutuhkan pertolongan pertama. Bahkan ada pula yang berlarian mendorong brankar untuk membawa pasien ke ruangan tersebut. Ya mungkin karena ruangan yang dilihat Han Yoori merupakan UGD, tempat paling sibuk bagi tenaga medis untuk menangani pasien gawat darurat.
Langkah Han Yoori langsung terhenti ketika melihat pria yang menurutnya paling tampan tengah menangani pasien di ruangan tersebut. Siapa lagi kalau bukan Park Shinjoo, pria yang mampu menggetarkan hatinya.
Walau Han Yoori dapat melihat Park Shinjoo dari kejauhan, tapi wajah tampan dari Park Shinjoo masih sangat jelas dilihatnya. Apa lagi jas putih yang di kenakannya dan stetoskop yang melingkar di lehernya membuatnya jadi jauh lebih tampan dan keren dari biasanya.
Karena terlalu fokus memperhartikan Park Shinjoo, Han Yoori sampai tak sadar bila ia sudah di tinggal pergi oleh ibu dari pria yang telah membuatnya tak bisa berkedip itu. Begitu pun dengan Lee Miran yang juga tak sadar bila dirinya berjalan sendiri tanpa Han Yoori. Lee Miran pun sampai ngos-ngosan ketika kembali ke tempat Han Yoori berada.
"Aku pikir kau pulang, aku mencarimu kemana-mana."
Han Yoori pun refleks menggaruk tengkuknya. "Maaf, aku malah terhenti di sini."
Lee Miran menggeleng. "Memangnya apa yang membuatmu penasaran, hingga membuat langkah kau terhenti di depan UGD dan membuat kau fokus menatap ke arah sana?"
"Tidak ada. Lebih baik kita pergi ke ruangan kak Shinjoo dan menunggunya di sana."
Lee Miran seketika mengerutkan alisnya saat menatap anaknya berada di ruangan UGD. "Sejak kapan dokter bedah bertugas di UGD. Lebih baik kita menunggunya di sini saja."
Lima belas menit kemudian, Park Shinjoo pun keluar dari UGD.
"Ibu, sejak kapan ada di sini? Lalu, mengapa Jioh juga ada di sini?"
"Yang harus bertanya itu aku, mengapa dokter bedah bertugas di UGD. Apa kakekmu menempatkanmu di sini?" Tanya Lee Miran sembari melipat lengannya di atas perut.
Park Shinjoo menghela. "Karena di UGD kekurangan dokter, aku pun dengan suka rela membantu para tenaga medis di UGD. Dan kebetulan aku memiliki waktu luang, oleh sebab itu aku mau pergi UGD."
"Kau ini cucu dari pemilik rumah sakit ini, dan kau juga merupakan pewaris dari rumah sakit ini. Mana bisa kau bekerja di tempat seperti ini, apa lagi kau merupakan dokter bedah bukan dokter umum."
"Aku adalah seorang dokter dan sudah sepantasnya menolong pasien yang sangat membutuhkan pertolongan. Jangan melihat dari jabatan dan posisiku, tapi segera tolonglah bila ada pasien yang membutuhkan."
"Apa tidak ada dokter lain, dan di mana dokter umum lainnya?"
Park Shinjoo kembali menghela nafasnya. "Hari ini banyak sekali pasien yang datang ke rumah sakit, terutama di UGD. Dan dokter yang bertugas di UGD sangat kewalahan." Park Shinjoo kemudian meraih tangan Han Yoori dan ibunya. "Dari pada kita terus berdebat, lebih baik kita langsung pergi ke ruanganku. Aku sudah sangat lelah dan ingin segera mengisi perutku yang kosong."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
maya mutia
lanjoottt
2023-07-06
1
Kaila
udh berharap jdi menantunya ehh bkan orang yg d mksud.. dah lah lupain jioh, mnding ngaku siapa tau d restuin camer
2023-07-06
1
Meri the dracula
ditunggu updatenya
2023-07-06
3