Dia berkata bahagia tapi tak seperti orang bahagia pada umumnya. Raut sendu nampak jelas tercipta dari wajahnya. Ia tak hentinya meminum soju dalam satu tegukan secara terus menerus. Bahkan sebotol soju saja tak cukup untuk membuatnya puas, Park Shinjoo kembali memesan sebotol soju.
"Saya pesan lagi satu botol soju," teriaknya sembari mengangkat satu tangannya. Dan si pemilik rumah makan tenda pun dengan cepat menghampiri sembari membawa sebotol soju.
Namun, ketika Park Shinjoo akan hendak menuangkan minuman beralkohol itu ke dalam gelas, seketika Han Yoori merebut paksa botol tersebut dari tangannya.
"Kau sudah terlihat buruk, lebih baik kita pulang sekarang."
Park Shinjoo menggeleng cepat. "Aku tak mau pulang sekarang. Aku masih ingin minum sekali lagi."
Han Yoori membuang kasar nafasnya. "Apa kau memintaku menemani hanya untuk melihatmu mabuk. Kau benar-benar terlihat sangat buruk. Kau berkata bahagia karena bisa makan disini, tapi kau tak terlihat seperti itu." Han Yoori merasa kesal melihat Park Shinjoo yang tak hentinya ingin meminum soju padahal sudah sangat mabuk.
Mata Park Shinjoo pun tiba-tiba tergenang oleh air matanya. Ia menatap Han Yoori seperti akan menangis. "Aku memang bahagia karena akhirnya aku bisa memberanikan diri makan disini dan aku bahagia karena kau mau menemaniku. Tapi aku juga merasa bersedih, mengapa aku tak bisa makan bersamanya di sini. Andai saja dia masih hidup, kita pasti akan melakukan banyak hal di korea. Di tanggal ini seharusnya kami merayakan hari jadi kami sebagai sepasang kekasih."
"Bukankah kau bilang bahwa aku bisa membuatmu melupakannya, mengapa hari ini kau harus mengingatnya. Dasar pria bodoh."
Dengan kesal Han Yoori beringsut dari tempat duduknya, menghampiri pemilik rumah makan tenda untuk membayar semua tagihan makanan dan minumannya. Selepas itu, Han Yoori pun memapah Park Shinjoo untuk kembali ke mobilnya. Karena Park Shinjoo mabuk, akhirnya Han Yoorilah yang menyetir mobil.
"Bila saja aku tak bisa mengendarai mobil, mungkin aku sudah sangat kesusahan membawamu pulang," gerutu Han Yoori di tekuk kesal.
Sesampainya di apartemen, Han Yoori pun langsung meminta Park Shinjoo untuk membuka pintu apartemennya. Ya, walaupun Park Shinjoo mabuk tapi ia masih dapat mengingat jelas kode sandi di pintu apartemennya.
Badannya yang berat membuat Han Yoori kehabisan tenaga begitu ia memapahnya masuk ke apartemen. Han Yoori hanya bisa membantu Park Shinjoo sampai ke ruang tengah, dan membantu membaringkannya di sofa. Ketika Park Shinjoo usai di baringkan, Han Yoori pun pergi ke kamarnya untuk mengambil selimut. Namun, ketika Han Yoori tengah menyelimuti Park Shinjoo, tiba-tiba pria yang tengah mabuk berat itu meraih tangannya.
"Jioh, bisakah sebentar saja kau menemaniku di sini."
Han Yoori menghela. "Walau sedang mabuk ternyata kau masih bisa menyebut namaku dengan jelas." Han Yoori pun kemudian beranjak duduk. "Baiklah aku akan menemanimu sampai kau benar-benar tertidur.
Walau Park Shinjoo dapat memanggil jelas nama Kim Jioh, tapi ia masih benar-benar terlihat sangat mabuk. Ia bahkan tiba-tiba saja menangis sembari memejamkan matanya.
Han Yoori pun sampai menggeleng ketika melihat kedua mata Park Shinjoo yang tengah berurai air mata itu. "Ada apa dengan kau? Kau seperti anak kecil yang menangis karena di tinggal ibunya."
"Aku sangat menyesal. Andai saja aku tak membuatnya menunggu lama. Dan andai saja saat itu ban mobilku tak kempis, aku bisa datang lebih cepat."
"Hei sadarlah. Biarpun kau menyesal, kau tak dapat membuatnya kembali. Berhentilah mengingatnya, karena itu hanya akan membuatnya bersedih di atas sana," tegur Han Yoori yang sudah sangat kesal melihat Park Shinjoo tak bisa berhenti mengingat mantan kekasihnya, yang namanya tak pernah di sebutkan itu.
"Dia tersenyum sembari melambaikan tangannya begitu melihatku dari kejauhan. Seharusnya aku berlari lebih cepat untuk menghampirinya. Bila aku berlari lebih cepat, mungkin saja dia tak akan tertabrak mobil. Aku sangat menyesal telah membuatnya harus kehilangan nyawa," ucap Park Shinjoo yang tak henti-hentinya mengingat mantan kekasihnya.
Han Yoori pun spontan menyeka air mata di wajah Park Shinjoo. "Mengapa kau harus menyalahi diri. Kau tak berbuat salah, yang salah adalah orang gila yang tak bisa berhati-hati mengendarai mobilnya."
"Aku pun turut bersalah, karena aku datang terlambat. Melihatnya yang berlumuran darah dan melihatnya yang tersenyum walau sedang kesakitan, membuat hatiku sangat hancur. Bagaimana bisa aku melupakannya, Jioh."
Kali ini bukanlah kesal yang dirasa Han Yoori ketika melihat Park Shinjoo, ia turut bersedih melihatnya. Apa lagi melihat kedua matanya yang tak hentinya mengeluarkan bulir air, membuat hati Han Yoori pun sakit.
Hingga Han Yoori pun bertanya-tanya dalam benaknya, siapakah wanita yang sudah membuatnya bersedih itu, seberapa cintakah Park Shinjoo hingga membuatnya tak bisa lepas dari wanita yang disebutkannya telah pergi dibawa oleh tuhan itu. Wanita tersebut benar-benar telah membuat Han Yoori di buat penasaran setengah mati.
Setelah matanya sudah lelah mengeluarkan bulir air, akhirnya Park Shinjoo pun bisa terlelap tidur. Entah mengapa, Han Yoori sama sekali malas untuk beranjak pergi dari apartemen pria yang telah membuatnya merasakan sedih itu. Padahal ia sudah berniat akan pulang selepas Park Shinjoo tertidur.
Han Yoori lekat menatap wajah pria yang kini telah berada di alam mimpi. Tangannya membelai wajahnya sembari menatapnya dengan sendu.
"Aku tak mengerti dengan apa yang ku rasakan ini. Apa sedihku karena merasa kasian, atau karena aku merasa cemburu kepada wanita yang tak pernah menghilang dari ingatanmu itu. Mengapa kau tak bisa berhenti mengingatnya, seberapa cantikah dia dan seberapa berartikah dia, hingga kau tak bisa lepas mencintainya."
**
Pagi pun telah tiba, Han Yoori terbangun dari tidurnya yang lelap. Ia menatap sekeliling ruangan yang bukan tempat dirinya tinggal. Ia lupa bahwa semalam dirinya ketiduran hingga melupakan pulang.
Ia teringat ketika bagaimana dirinya tertidur dengan tubuh yang terduduk. Tapi saat terbangun tubuhnya sudah terbaring dengan selimut yang menutupi tubuhnya.
Han Yoori pun kemudian beringsut dari tempatnya berbaring, ia berjalan lalu mendapati Park Shinjoo tengah menata meja makan dengan piring dan mangkuk-mangkuk yang berisi makanan.
"Duduklah, aku sudah menyiapkan sarapan," ucap Park Shinjoo.
Han Yoori pun beranjak duduk. "Mengapa kau tak membangunkanku? Seharusnya selepas kau bangun, kau langsung membangunkanku."
Park Shinjoo tersenyum. "Aku tak tega membangunkanmu yang tengah tertidur nyenyak."
"Justru aku merasa tak enak karena bangun terlambat. Aku malah terbangun di saat kau sudah menyiapkan sarapan."
Park Shinjoo kembali memberikan senyumannya. "Aku merasa senang karena bisa menyiapkan sarapan untukmu."
Melihatnya yang tersenyum, membuat Han Yoori pun merasa senang di bandingkan harus melihatnya menangis seperti semalam. Tapi senyuman itu membuat Han Yoori kembali bertanya-tanya, apa senyuman Park Shinjoo merupakan senyuman palsu untuk menutupi kesedihannya, seperti halnya semalam ia berkata bahagia namun raut wajahnya tak menunjukan bahagia sama sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
maya mutia
s yoori udh bner bner punya perasaan
2023-06-24
1
meilani
gas lanjot
2023-06-24
2
Rossa
klo bneran kakaknya mantan shinjoo kesannya kan jdi gni, tidak mendapatkan kakaknya tpi adiknya bisalah
2023-06-24
4