Selepas Han Yoori tinggal di Apartemen Kim Jioh, Han Yoori sedikit merubah isi dari apartemen milik temannya itu. Terutama menyingkirkan foto-foto Kim Jioh, karena bisa saja sewaktu-waktu Park Shinjoo mengunjungi apartemennya. Dan akan terlihat aneh bila foto-foto Kim Jioh terpampang di apartemennya, terutama foto-foto Kim Jioh bersama kekasihnya.
Sesaat Han Yoori selesai merapihkan apartemen, tiba-tiba saja suara bel di pintu terdengar. Han Yoori pun bergegas melihat monitor CCTV di dekat pintu. Selepas ia melihat layar monitor, ia tersentak kaget setelah tahu bila orang yang menekan tombol bel tersebut merupakan Park Shinjoo. Dan benar saja apa yang di pikirkannya selama ini, bila Park Shinjoo pasti akan datang mengujunginya.
Han Yoori pun refleks menghembuskan cepat nafasnya. "Bagaimana bisa dia tahu apartemennya, padahal aku tidak sempat memberitahu di lantai berapa aku tinggal," gumamnya.
Lalu dengan cepat Han Yoori membuka pintu dan langsung saja memberikan ekspresi ketusnya kepada Park Shinjoo.
"Dari mana kau tahu di lantai berapa aku tinggal?" tanyanya sembari melipatkan lengannya di atas perut.
Park Shinjoo tersenyum. "Karena kau tak pernah membalas pesanku, aku pun jadi bertanya kepada security."
Han Yoori menghela kasar nafasnya. "Jika sudah memastikan di mana aku tinggal, kau bisa langsung pergi dari sini."
Seketika Park Shinjoo menerobos masuk ke dalam apartemen. "Aku tak bisa pergi sekarang, karena sudah membeli dua botol soju dan cemilan untuk kita."
"Mengapa kau masuk begitu saja tanpa ku izinkan," ucap Han Yoori panik.
Seakan tak tahu malu dan merasa bersalah, Park Shinjoo malah tersenyum menatap Han Yoori. "Mengapa aku harus meminta izin terlebih dahulu, bukankah aku adalah calon suamimu."
Rona merah di pipi Han Yoori pun seketika muncul, ia refleks menelan salivanya. "Apa yang kau maksud, aku tak akan pernah mau menikahimu."
Park Shinjoo melangkah mendekati Han Yoori, lalu mendekatkan wajahnya dengan wajah Han Yoori, dan matanya langsung tertuju menatap fokus ke arah mata wanita yang pipinya tengah memerah tersebut.
"Sepertinya hatimu berkata lain, kau pasti malu mengakuinya kan."
Han Yoori menelan salivanya. "Memangnya apa yang harus ku akui."
"Kau menyukaiku," ucap Park Shinjoo tersenyum.
Han Yoori pun spontan mendorong Park Shinjoo. "Aku sama sekali tak menyukaimu."
Park Shinjoo tergelak. "Tapi matamu sepertinya tak bisa membohongiku. Hm, tapi saat ini aku tak terlalu penasaran dengan perasaanmu terhadapku, karena aku datang berkunjung ingin minum-minum bersamamu. Jadi tolong siapkan gelas, aku akan menunggumu di sana." Park Shinjoo beranjak ke arah ruang tengah.
Sementara Han Yoori, ia langsung saja beranjak ke dapur untuk mengambil gelas. Ia membawa gelas dan langsung saja melentakannya secara cepat di atas meja.
"Setelah kau menghabiskan minumanmu, kau bisa langsung pulang," ucapnya dengan ketus.
"Mengapa hanya membawa satu gelas?" Tanya Park Shinjoo menatap satu gelas yang di letakan Han Yoori tersebut.
"Apa kau pikir aku akan ikut minum bersamamu?" Tanya balik Han Yoori.
Park Shinjoo beringsut dari duduknya. "Tentu saja kau harus ikut, karena aku datang untuk mengajakmu minum bersama," ucapnya sembari melangkahkan kakinya ke arah dapur. Lalu kembali membawa satu gelas kecil dan meletakannya di atas meja.
"Apa menurutmu ini rumahmu, mengapa kau seenaknya pergi mengambil gelas tanpa ku suruh," ucap Han Yoori kesal.
"Apa kau mengomel hanya karena perkara aku tak meminta izin terlebih dahulu untuk mengambil gelas ke dapur." Park Shinjoo tiba-tiba menarik tangan Han Yoori, hingga membuat wanita yang tengah kesal itu duduk seketika di sampingnya. "Berhentilah mengomel, lebih baik kita nikmati saja soju dan cemilan ini," ucapnya sembari menuangkan minuman beralkohol tersebut ke dalam gelas.
Lagi dan lagi bukan Park Shinjoolah yang di buat kesal oleh Han Yoori, tapi melainkan Han Yoorilah yang di buat kesal olehnya. Entah harus berbuat apa lagi untuk membuat Park Shinjoo membencinya, seberapa keras Han Yoori berusaha, Park Shinjoo masih saja enggan untuk membenci ataupun merasa jijik pada Han Yoori. Bila kebanyakan pria normal, pasti akan langsung merasa benci atau jijik pada Han Yoori karena tingkah konyolnya saat di restoran, ataupun di saat ia bersikap tak sopan.
Dengan wajah ketusnya, Han Yoori dengan cepat meneguk segelas soju dalam satu tegukan. "Mengapa kau ingin sekali menikahi perempuan sepertiku. Padahal aku sudah bersikap tak sopan padamu."
Park Shinjoo tergelak. "Entahlah, mungkin karena aku merasa yakin bila sikapmu yang sebenarnya tak seperti itu, dan saat di restoran pun kau seperti tengah berakting untuk membuatku jijik padamu. Contohnya saja di saat kau berkata, bahwa kau perempuan yang suka makan banyak, tapi nyatanya kau tak sanggup menghabiskan semua makanan di meja."
"Lalu mengapa kau masih saja berharap pada wanita yang enggan menikah denganmu. Sudah jelas kan aku berakting karena tak ingin dijodohkan denganmu."
Park Shinjoo kembali tergelak. "Padahal orang tua kita meminta kita bertemu karena ingin terlebih dahulu saling mengenal, bila merasa cocok mereka akan menikahkan kita."
"Lalu apa menurutmu aku cocok denganmu. Aku merasa tidak ada kecocokan di antara kita, jadi lebih baik kita akhiri saja."
Park Shinjoo menghela. "Tapi sayangnya aku sudah mengatakannya kepada ayahku, bila aku merasa cocok denganmu. Dan bukankah ayahmu sangat mengharapkan kita menikah."
Han Yoori menghela kasar nafasnya. "Apa kau bodoh, seharusnya kau tak mengatakannya, karena aku tak bisa menikahi pria yang sama sekali tak kucintai."
Park Shinjoo mengabaikannya walau Han Yoori terus mengomel untuk memintanya membatalkan perjodohan, ia terus meneguk soju segelas demi segelas tanpa mendengarkan ocehan Han Yoori. Begitu pun Han Yoori yang juga ikut larut meminum soju walau mulutnya tak berhenti mengoceh.
Satu jam lebih sudah mereka menghabiskan dua botol soju. Keduanya pun langsung saja merasa mabuk setelah meneguk habis minuman beralkohol tersebut. Tapi yang lebih mabuk Park Shinjoo, walau Han Yoori mabuk tapi ia masih punya tingkat kesadaran yang lebih normal.
Mata Park Shinjoo tampak sudah sangat teler dan duduknya pun sempoyongan. Lalu tiba-tiba saja Park Shinjoo berbalik menatap ke arah Han Yoori. Ia menatap Han Yoori dengan kedua mata yang berkaca-kaca.
"Saat tiba di korea, aku melihat wanita yang persis denganmu. Mata, hidung, dan juga bibir, terlihat sama denganmu. Lalu, aku kembali lagi melihat wanita itu sebagai partner kencan butaku.
Entah siapa yang di katakan Park Shinjoo tersebut, tapi wanita yang di sebutkan Park Shinjoo sebagai partner kencan buta adalah Han Yoori. Tapi siapakah wanita yang di sebut mirip dengan Han Yoori, hingga membuat Han Yoori pun terheran-heran dan bertanya-tanya dalam pikirannya tentang wanita yang di sebut mirip dengannya itu.
Lalu mata Park Shinjoo mulai menitikan air matanya. Ia menatap Han Yoori dengan raut sendunya. "Di saat melihatnya, aku seperti dapat melepas rinduku padamu. Kamu harus tahu, sudah bertahun-tahun aku tak bisa lepas melupakanmu."
Han Yoori pun refleks menyeka air mata di wajah Park Shinjoo. Hingga pada akhirnya mata mereka pun saling tertuju. Entah apa yang di rasakan Han Yoori saat ini, jantungnya tiba-tiba saja berdegup sangat cepat dan entah mengapa matanya pun tak ingin melepaskan diri dari pandangan Park Shinjoo.
Han Yoori menatapi wajah Park Shinjoo begitu detail, di mulai dari mata, hidung, hingga merosot ke bibir. Wajah tampan dari pria yang berprofesi sebagai dokter itu mampu membuat Han Yoori tenggelam fokus menatapinya. Sampai pada akhirnya, tangannya pun refleks menyentuh lembut bibir indah dari dokter Park.
Perlahan wajah Park Shinjoo pun mendekat, dan terus mendekat hingga bibirnya berada dalam jarak satu inci dengan bibir Han Yoori. Sampai pada akhirnya mata Han Yoori pun refleks menutup. Di saat itulah sentuhan lembut dari bibir Park Shinjoo mulai terasa menyentuh bibir mungilnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Zolojulo
Semangat.
Mampir juga ya...
2023-07-18
1
ayu
knp tanggung sih ceritanya
2023-06-13
1
Kaila
apa ciumannya berlanjut ke sesuatu wkwk
2023-06-13
3