Bab 6.

Bibir mereka bersentuhan tentu saja mereka larut menikmatinya. Terlalu nikmat hingga membuat Han Yoori maupun Park Shinjoo enggan mengakhirinya. Tapi, apa Han Yoori telah melupakan tugasnya. Perannya sebagai Kim Jioh bukanlah memadu asmara dengan Park Shinjoo, tapi melainkan menjadi wanita jahat untuk di benci oleh pria yang selalu di panggil oleh pasiennya dengan sebutan dokter Park tersebut.

Saat ini Han Yoori tak bisa mengingat perannya sebagai wanita jahat, karena saat ini hatinyalah yang tengah mengusai dirinya. Apa lagi mabuknya juga ikut turut berperan melupakan akal sehatnya.

Dan ketika oksigen mulai berkurang, bibirpun terlepas seketika. Mata mereka perlahan membukakan diri kembali, nafas yang terengah-engah saling beradu satu sama lain. Apa karena mabuknya, Han Yoori masih saja terpesona menatap ketampanan dari dokter Park. Matanya tak bisa lepas menatap wajah tampan dari dokter Park.

"Sepertinya aku tak sanggup bila harus menjauh darinya," gumam Han Yoori di batinnya.

Tangan Park Shinjoo perlahan membelai wajah Han Yoori dengan mata yang setengah terbuka. "Jangan pergi meninggalkanku lagi."

Lalu tiba-tiba saja kesadaran Park Shinjoo hilang, ia tak sadarkan diri dengan kepala yang tertunduk di pundak Han Yoori.

"Siapakah wanita yang tega meningalkanmu," ucap Han Yoori dengan nada yang samar.

Kini gilaran Han Yoori yang sudah tak kuasa menahan kesadarannya. Alkohol sudah mengusai tubuhya, pusing di kepalanya mulai menekan matanya untuk segera menutup diri. Hanya dalam hitungan beberapa detik, Han Yoori pun ikut tak sadarkan bersama Park Shinjoo.

**

Apa karena sudah pagi, matahari mulai menyongsong menembus jendela di ruang tengah. Wajah wanita yang semalam hatinya telah bergejolak tersebut tersorot oleh sinar matahari, hingga membuatnya refleks mengerenyit. Matapun perlahan mulai membukan diri. Kedua mata Han Yoori spontan menatap jendela di ruang tengahnya.

"Apa ini benar-benar sudah pagi."

Han Yoori pun langsung saja menatap jam yang terpampang di diding. Han Yoori terkejut seketika saat menatap jam yang sudah menunjuk pukul 10 pagi.

"Bisa-bisanya aku bangun terlalu siang," ucapnya yang terburu-teburu beranjak ke arah kamar mandi.

Sesaat ia selesai membesihkan diri, ia pun beranjak ke dapur dan langsung saja mendapati beberapa makanan di meja makan.

"Siapakah yang telah menyiapkan sarapan di meja," gumamnya.

Han Yoori lupa bila semalam Park Shinjoo menginap, dan bahkan ia juga melupakan bila semalam dirinya telah berciuman dengan pria yang sudah menggetarkan hatinya itu.

Lalu secarik kertas ia temukan di dekat mangkuk-mangkuk yang berisi makanan tersebut. Dalam kertas tersebut tertulis, semoga kau suka dengan sarapan yang ku buat.

Han Yoori pun seketika mengingat Park Shinjoo dan langsung tertuju dengan ciuman yang dilakukannya semalam. Ia pun refleks menelan salivanya.

"Apa yang sudah kulakukan semalam." Wajahnya memerah dan tangannya refleks menyentuh bibirnya.

Han Yoori benar-benar di buat gelisah setengah mati karena ingatan tersebut. Hingga ketika ia bekerja pun, ia tak bisa fokus. Beberapa kali ia menghela nafasnya, ia terlalu larut dalam lamunannya. Sampai-sampai Kim Bora yang merupakan pekerja di toko bunganya terheran-heran menatap atasannya itu.

"Maaf bos, sepertinya bos tampak terlihat tak baik-baik saja. Apa bos sedang ada masalah, karena sedari tadi saya perhatikan bos terus melamun."

Han Yoori tersenyum paksa seakan-akan untuk menutupi rasa gelisahnya tersebut. "Hm saya baik-baik saja."

Hingga ketika toko sudah tutup pun Han Yoori masih saja larut memikirkan kejadian semalam. Bagaimana dirinya tak kepikiran, tujuannya menyamar sebagai Kim Jioh bukanlah membuat Park Shinjoo suka padanya tapi melainkan membuatnya benci. Lamanya ia berlarut-larut dalam lamunannya, tiba-tiba saja ia teringat dengan perkataan Park Shinjoo sebelum mencium dan seusai menciumnya. Ia teringat dengan sosok perempuan yang entah siapakah yang di bicarakan Park Shinjoo semalam. Han Yoori tak mengerti mengapa bisa dirinya seakan-akan menyerupai perempuan yang entah bagaiamana rupanya, hingga sampai membuat Park Shinjoo menitikan air matanya di kala menatap Han Yoori ketika dirinya mabuk.

"Apa dia enggan membatalkan perjodohan, karena melihat diriku yang mungkin terlihat mirip dengan sosok perempuan yang disukainya," gumamnya di batinnya.

Tiba-tiba saja seseorang masuk ke dalam tokonya, padahal di depan pintu sudah terpampang tulisan tutup. Han Yoori pun spontan beringsut dari tempat duduknya.

"Maaf, toko sudah... Ucapnya yang seketika terhenti ketika sosok yang datang ke toko bungannya tersebut merupakan Park Shinjoo.

Han Yoori pun tersentak kaget menatap fokus sosok Park Shinjoo. Kini gelisahnya pun semakin menjadi-jadi.

"Jioh ssi," seru Park Shinjoo.

Han Yoori tak bisa berkata-kata setelah melihat sosok pria yang semalam mencium panas bibirnya itu. Han Yoori pun berpikiran, apa mungkin Park Shinjoo akan mencurigainya. karena untuk apa seorang pemilik butik sekaligus perancang busana seperti Kim Jioh berada di toko bunga yang sudah tutup.

"Untuk apa kau berada di sini?" Tanya Han Yoori gugup.

Park Shinjoo memberikan senyumam manisnya. "Untuk menjemputmu."

"Dari mana kau tahu bila aku berada di sini?" Tanya Han Yoori kembali.

"Hm, sebenarnya beberapa hari yang lalu aku melihatmu di toko bunga ini. Lalu tadi sewaktu istirahat, aku lewat di toko bunga ini. Dan masih melihatmu di toko ini, jadi aku pikir mungkin kamu adalah pemilik dari toko bunga ini," jawab Park Shinjoo.

"Hm Lalu apa kau merasa curiga padaku?" Tanya berulang Han Yoori yang masih merasakan gugup dan gelisah.

Park Shinjoo tersenyum sembari menggeleng cepat. "Untuk apa aku mencurigaimu. Apa karena kau merupakan perancang busana dan pemilik butik, tapi mempunyai pekerjaan lain sebagai pemilik toko bunga, aku jadi harus merasa aneh terhadapmu. Aku tak merasa aneh atau curiga terhadapmu karena kau memiliki pekerjaan lain. Justru aku merasa bangga terhadap wanita pekerja keras sepertimu."

"Hm, benarkah?"

"Tentu saja benar." Park Shinjoo seketika menarik tangan Han Yoori. "Lebih baik sekarang kau ikut aku."

"Kemana? Aku tak ingin ikut denganmu, jadi lebih baik kau lepaskan tanganku," ucap Han Yoori sembari berusaha melepas tangannya dari Park Shinjoo.

"Ikut saja, nanti kau juga tahu."

Sekuat mungkin Han Yoori melepas paksa tangannya dari Park Shinjoo. "Aku tak akan ikut denganmu."

Park Shinjoo kembali meraih tangan Han Yoori. "Bila kau tak mau ikut denganku, aku akan melaporkanmu kepada ayahmu bila kau menolak ajakanku. Dan aku pun akan bilang pada ayahmu, bila kau menolak di jodohkan denganku, agar ayahmu bergegas pulang ke korea."

Han Yoori pun panik, bila Park Shinjoo melaporkannya kepada ayah Kim Jioh, temannya itu mungkin akan mendapatkan masalah, tak hanya Kim Jioh saja yang mendapat masalah, tapi Han Yoori juga akan terkena masalah dan akhirnya identitasnya pun terbongkar. Apa lagi sekarang Kim Jioh sedang berada di paris.

Han Yoori menghebuskan cepat nafasnya. "Apa kau tahu, bila aku belum sempat mengambil tas dan mengunci toko."

"Lalu memangnya kenapa?"

Han Yoori menghela kasar nafasnya. "Aku akan ikut denganmu selepas mengambil tas dan mengunci pintu."

Park Shinjoo tersenyum girang. "Baiklah, aku akan menunggumu di sini. Jadi cepatlah jangan membuatku menunggu lama."

Terpopuler

Comments

rudy

rudy

jangan bilang klo park shinjoo nanti lupa klo dia udh cium han yoori

2023-06-14

0

maya mutia

maya mutia

mreka bkl jatuh cinta cma bkal saling kcewa mungkin

2023-06-14

0

meilani

meilani

han yoori suka sma shinjoo tpi blum sadar

2023-06-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!