Bab 9.

Beras, garam, dan air adalah bahan-bahan yang di perlukan Han Yoori ketika membuat bubur. Sebenarnya Han Yoori tidak pandai memasak, dari semua anggota keluargannya hanya Han Yoorilah yang tidak pandai dalam hal memasak. Tapi bila hanya membuat bubur saja dia bisa melakukannya, walau nanti entah bagaimana rasanya.

Setelah 20 menit kemudian, semangkuk bubur panas telah siap di sajikan, Han Yoori pun bergegas kembali ke kamar Park Shinjoo sembari membawa bubur buatannya itu.

"Sebelum memakannya, tiuplah terlebih dahulu karena buburnya masih sangat panas." Han Yoori menyerahkan mangkuk bubur tersebut kepada Park Shinjoo.

Park Shinjoo tiba-tiba tergelak ketika menatap penuh mangkuk yang berisi bubur buatan Han Yoori tersebut.

"Mengapa kau tertawa, apa ada yang salah dengan bubur buatanku?" Tanya Han Yoori terheran-heran.

"Hm, aku baru melihat bubur yang tampilannya seperti nasi yang biasa ku makan. Apa kau hanya memasukan airnya sedikit?" Tanya balik Park Shinjoo sembari mengaduk-ngaduk bubur.

Park Shinjoo malah semakin tertawa ketika ia usai melahap sesendok bubur buatan Han Yoori tersebut.

"Kau tertawa lagi, ada apa lagi dengan buburku?" Tanya Han Yoori di tekuk kesal.

Park Shinjoo tersenyum. "Apa kau ingin mencobanya."

Han Yoori mengambil sendok dari tangan Park Shinjoo, lalu melahap sesendok bubur buatannya tersebut. Setelah bubur tersebut menyentuh lidahnya, ternyata rasanya sangat asin.

"Sepertinya aku harus membuat ulang buburnya. Berikan padaku mangkuknya, aku akan menggantinya."

Park Shinjoo menggeleng. "Tak Perlu, aku akan menghabiskannya."

Han Yoori mengerutkan alisnya. "Apa kau benar-benar akan menghabiskannya? Ini sama sekali tak terlihat seperti makanan."

Park Shinjoo seketika tertawa kecil melihat ekspresi Han Yoori yang nampak terheran-heran itu.

"Aku sangat yakin untuk menghabiskannya. Lagi pula bila kau memasaknya lagi, apa kau yakin bisa membuat bubur yang rasanya pas."

Han Yoori pun refleks menggaruk tengkuknya. "Entahlah, tapi aku akan berusaha bila kau memang ingin aku membuatkannya lagi."

"Bila kau membuatnya lagi, itu terlalu lama. Lebih baik aku memakan yang ini saja, lagi pula ini tidak terlalu buruk," imbuh Park Shinjoo sembari melahap buburnya.

Han Yoori semakin merasa heran ketika melihat Park Shinjoo dengan lahap menyantap bubur yang sama sekali tak enak itu. Ia bahkan hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk menghabiskannya.

"Wah, benar-benar habis. Padahal bubur yang ku buat sama sekali tak mengunggah selera." Han Yoori terpelongo menatap mangkuk yang berisi bubur tersebut telah kosong melompong.

Park Shinjoo tersenyum. "Benar kan apa yang ku katakan, aku akan menghabiskannya."

"Apa kau tak merasa mual? Tanya Han Yoori.

Park Shinjoo menggeleng cepat. "Tidak, memangnya kenapa?"

"Setelah ku cicipi rasanya benar-benar sangat tidak enak, sebelum ku habisi, aku pasti akan merasa mual. Tapi anehnya, kau malah tak merasakan mual sama sekali setelah menghabiskannya."

Park Shinjoo lagi-lagi menertawakan Han Yoori. "Mungkin karena aku merasa lapar, oleh sebab itu buburmu yang tak enak ini terasa jadi enak."

"Benarkah, kalau begitu baguslah. Sekarang kamu boleh meminum obatnya," ucap Han Yoori sembari menyodorkan air putih yang ia letakan di atas meja.

Park Shinjoo pun meraihnya, lalu segera meminum obat yang sudah ia pisahkan dari kotak P3K.

"Sekarang kau sudah meminum obatnya, maka beristirahatlah. Aku akan pergi sekarang," pamit Han Yoori, lalu berbalik melangkahkan kakinya. Namun, saat langkahnya sudah berada tepat di depan pintu, tiba-tiba saja Park Shinjoo terburu-buru beringsut dari tempat tidur dan langsung saja meraih tangan Han Yoori hingga membuat langkahnya terhenti.

"Tak bisakah kau menemaniku sebentar saja."

Han Yoori menatap heran Park Shinjoo. "Untuk apa aku menemanimu, kau bukanlah anak kecil yang harus ku tunggu sampai tertidur."

"Aku tak akan tertidur. Aku hanya ingin berbicara panjang denganmu. Bisakah kau menemaniku di sini sebentar saja."

Wajah memelas Park Shinjoo mampu membuat Han Yoori merasa enggan untuk meninggalkannya sendirian di apartemennya. Lagi-lagi hatinya menguasi pikirannya, padahal ia harus bergegas pergi dan harus segera mungkin menjauh dari Park Shinjoo. Tapi ia benar-benar tak bisa melakukannya, ada apa dengannya, pertanyaan itu terus melintasi isi pikirannya.

Han Yoori menghela. "Hanya sebentar, setelah itu aku akan pergi."

Park Shinjoo pun tersenyum girang, dengan cepat ia menarik Han Yoori untuk duduk berdampingan di atas tempat tidur.

Jarak mereka duduk begitu dekat, hingga jarak antara lengan Han Yoori dengan lengan Park Shinjoo hanya berada dalam jarak satu centimeter. Jantung pun berdebar tak karuan, nafas pun ikut terengah-engah karena gugupnya. Begitupun dengan Park Shinjoo yang juga nampak terlihat gugup.

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan denganku?" Tanya Han Yoori tanpa menatapnya.

"Kau membawa koper, apa kau akan pindah dari apartemenmu?"

"Hm, iya. Aku akan pindah dari gedung apartemen ini," jawab Han Yoori bernada gugup.

"Apa karena aku alasanmu pindah?" Tanya kembali Park Shinjoo.

"Demi kebaikanmu, aku harus pergi dari sini. Dengan begitu kau tak akan akan sering melihat wajahku."

Han Yoori pergi karena tugas dari Kim Jioh telah usai. Ia pergi dan menjauh dari Park Shinjoo semata-mata bukan karena tugasnya saja yang telah usai. Tapi karena ia tak ingin terlalu jauh mengenal Park Shinjoo. Karena bila terlalu jauh mengenalnya, maka ia akan semakin enggan untuk menjauh darinya.

Park Shinjoo seketika tersenyum dengan raut sendunya. "Kau adalah orang pertama yang membuatku tersenyum bahagia dan tertawa lepas. Semenjak di tinggalkan kekasihku, aku sudah lama tak merasakannya. Aku tersadar bahwa kalian orang yang berbeda, walau wajah kalian terlihat sama persis. Saat bersamamu aku dapat melupakan ingatan yang selalu ingin ku hapus. Dan kemarin untuk pertama kalinya aku dapat melihat wajahmu tanpa mengingatnya."

Semakin engganlah Han Yoori untuk menjauhi pria yang mampu membuat jantungnya berdegup sangat kencang itu.

Tangan Han Yoori pun refleks memegang pipi Park Shinjoo. "Siapakah wanita yang tega meninggalkanmu, hingga sampai harus merebut senyummu."

"Bukan atas kemauannya dia pergi meninggalkanku, tapi tuhanlah yang telah memisahkan kami. Lima tahun yang lalu dia meninggal tepat di depan mataku. Hingga membuatku tak bisa lepas melupakan kenangan buruk itu."

Mata Park Shinjoo tampak tergenang oleh air matanya, hingga membuat Han Yoori pun tak tega melihatnya, ia dengan cepat mendekap tubuh pria yang tengah berkaca-kaca itu.

"Lupakanlah dia bila itu menyakitkan."

"Jioh, bisakah kau membantuku untuk melupakannya," ucap Park Shinjoo.

Han Yoori bimbang, hatinya merasa enggan untuk menolak permintaannya, tapi pikirannya berkata lain. Han Yoori harus menjauhi Park Shinjoo sebelum identitas aslinya terbongkar. Namun, lagi-lagi hatinya mengusai dirinya sepenuhnya, ia benar-benar tak sanggup bila harus menjauh dari pria yang tengah di dekapnya itu.

"Bila aku adalah orang yang mampu membuatmu melupakannya, aku akan membantumu untuk melupakannya."

Park Shinjoo melepas pelukan Han Yoori, ia pun tersenyum manis menatapnya. "Mulai hari ini kau adalah teman terbaikku."

Terpopuler

Comments

rudy

rudy

lanjuttttttt

2023-06-17

1

Rey

Rey

setampan shinjoo mana kuat buat ga jatuh cinta wkwk

2023-06-17

2

Rossa

Rossa

sepertinya author telat updatenya, tp ggp aku tetep setia baca ko

2023-06-17

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!