Park Shinjoo membawa pergi Han Yoori bukan ke tempat kencan yang biasanya dilakukan orang-orang korea pada umumnya. Park Shinjoo juga bukan membawa Han Yoori pergi ke rumahnya untuk menemui keluarga atau orang tuanya. Tapi Park Shinjoo membawa Han Yoori pergi ke salah satu toko pakaian yang paling terkenal di Seoul.
"Jadi tempat yang kau maksud merupakan toko pakaian. Untuk apa kau membawaku kesini?" Tanya Han Yoori merasa heran.
"Aku ingin membelikanmu pakaian," jawab Park Shinjoo sembari memilih-milih pakaian wanita di toko tersebut.
Han Yoori melambaikan cepat tangannya. "Kau tak perlu membelikanku pakaian, karena aku memiliki banyak pakaian di rumah."
"Tapi aku ingin membelikanmu pakaian." Park Shinjoo kemudian menyodorkan satu set pakaian kepada Han Yoori. "Cobalah untuk memakainya, aku ingin melihat apa pakaian ini cocok untukmu."
Han Yoori menghela. "Sudah ku katakan aku tak ingin di belikan pakaian olehmu."
"Baiklah, aku tak akan membelikanmu pakaian, tapi cobalah terlebih dahulu. Setelah kau mencobanya, kita akan langsung pulang," tegas Park Shinjoo.
Han Yoori pun terpaksa meraih pakaian tersebut. "Baiklah akan ku coba," ucapnya sembari beranjak ke ruang ganti.
Tiga menit kemudian, Han yoori pun keluar dari ruang ganti.
"Aku sudah mencobanya. Sekarang aku akan kembali berganti pakaian."
Park Shinjoo menggeleng cepat. "Pakaian ini lebih baik di bandingkan pakaian yang kau pakai tadi." Park Shinjoo dengan cepat melambaikan tangannya kepada salah satu pelayan di toko tersebut. "Tolong potongkan label pada pakaian ini, saya akan langsung membayarnya."
Biarpun beberapa kali Han Yoori menolak, Park Shinjoo tetap saja bersikukuh memaksa Han Yoori untuk tetap memakai pakaian yang dibelinya itu. Mau tak mau Han yoori pun terpaksa memakainya. Han Yoori memang merasa sangat nyaman memakai pakaian yang di belikan oleh Park Shinjoo. Selain pakaian tersebut sangat cantik, pakaian tersebut juga tertutup tak seperti pakaian sebelumnya, yang sangat memperlihatkan lekuk tubuh apa lagi sampai memperlihatkan belahan dadanya.
Park Shinjoo tersenyum manis menatapi Han Yoori. "Kau sangat cantik di saat memakai pakaian seperti ini. Apa lagi bila kau mengurangi riasan di wajahmu, pasti akan jauh lebih cantik, karena pada dasarnya kau memang sudah terlihat cantik walau tak memakai riasan."
Pujian dari Park Shinjoo mampu membuat rona merah di wajah Han Yoori pun seketika muncul. Ia pun refleks menelan salivanya. "Dari mana kau tahu bila aku akan cantik di saat tak memakai riasan."
Park Shinjoo kembali mengeluarkan senyuman manisnya. "Aku bisa melihat dari bentuk wajahmu. Mata, hidung, serta bibirmu sangat cantik, aku sangat yakin bila wajahmu jauh lebih cantik di saat tak memakai riasan."
Deg...
Jantung Han Yoori lagi-lagi berdebar sangat kencang. Ia tampak kebingungan, bagaimana bisa dirinya membuat benci dan kesal Park Shinjoo bila hatinya saja mendorongnya untuk tak melakukan hal bodoh seperti tadi lagi. Dan yang lebih bodoh adalah Kim Jioh yang menolak pria sebaik dan setampan Park Shinjoo.
Tapi mau bagaimana lagi, tugasnya adalah membuat Park Shinjoo membencinya bukan membuatnya suka.
Han Yoori menghela kasar nafasnya. "Aku tak butuh pujian darimu. Lebih baik kau antarkan aku pulang sekarang," ucapnya dengan wajah ketus.
Selepas Park Shinjoo membayar tagihan pakaiannya, Park Shinjoo pun bergegas mengantar Han Yoori pulang. Han Yoori menunjukan arah jalan ke apartemen Kim Jioh. Karena ia masih berperan sebagai Kim Jioh maka tempat tinggal Kim Jiohlah yang di tujunya.
Namun anehnya, Park Shinjoo tidak memberhentikan mobilnya di depan gedung apartemen, melainkan ia menghentikan mobil di parkiran bawah tanah.
Han Yoori pun terheran-heran. "Mengapa kau mengantarku sampai ke tempat parkir. Bukankah lebih baik kau menghentikan mobilmu di depan saja."
"Hm, sebenarnya aku pun tinggal di gedung apartemen ini," ucap Park Shinjoo sembari mematikan mesin mobilnya.
Han Yoori terkejut setelah tahu bila Park Shinjoo juga tinggal di satu gedung apartemen yang sama dengan Kim Jioh. Han Yoori pun merasa takut bila kebohongannya akan terbongkar, bila sebenarnya dirinya bukanlah Kim Jioh. Bila tinggal di gedung apartemen yang sama, maka Park Shinjoo bisa saja berpapasan dengan Kim Jioh, dan bisa saja sewaktu-waktu ia mengunjungi apartemen Kim Jioh. Maka dengan cepat kebohongannya pun akan terbongkar.
Han Yoori pun menelan salivanya. "Sejak kapan kau tinggal di gedung apartemen ini, dan di lantai berapakah kau tinggal?"
"Tiga hari yang lalu aku pindah ke gedung apartemen ini." Park Shinjoo seketika mengerutkan alisnya sembari menatap Han Yoori. "Mengapa kau tanyakan di lantai berapa aku tinggal, apa kau akan mengunjungi apartemenku?" Tanyanya dengan senyuman yang seakan-akan tengah menggoda Han Yoori.
Lagi-lagi Han Yoori refleks menelan salivanya. "Bukankah kita sudah saling mengenal, sebagai tetangga aku berhak tahu di mana kau tinggal."
Park Shinjoo tergelak. "Kau salah dalam berucap. Yang benar adalah, sebagai calon istriku kau berhak tahu di mana aku tinggal."
Ucapan dokter berparas tampan itu mampu membuat Han Yoora tersipu malu. Wajahnya pun memerah, dan jantungnya pun berdegup tak karuan.
"Kau harus tahu, bila aku tak dapat menerimamu sebagai suamiku. Karena aku sama sekali tak memiliki perasaan terhadapmu."
Park Shinjoo tersenyum. "Perasaan itu akan tumbuh dengan seiringnya waktu. Selepas kita menikah, kamu pasti akan memilikinya."
Han yoora membuang kasar nafasnya. "Bisakah kau menyerah untuk menikahiku. Aku bukanlah wanita yang pantas untuk kau nikahi, jadi berhentilah berharap."
"Baiklah, terserah apa maumu." Park Shinjoo seketika menjulurkan tangannya. "Aku ingin meminjam ponselmu sebentar."
"Untuk apa?" Tanyanya bernada kesal.
Park Shinjoo menghela. "Tadi aku lupa meninggalkan ponselku di rumah sakit, jadi aku ingin menelpon seseorang untuk mengantarkan ponselku."
Han Yoori pun meraih ponselnya di dalam tas, lalu memberikannya kepada Park Shinjoo. Namun, sesaat Park Shinjoo menelpon, tiba-tiba saja suara dering ponsel terdengar dari arah saku celananya.
"Hei, bukankah ponselmu tertinggal di rumah sakit. Mengapa ada suara dering ponsel di sini?" Tanya Han Yoori.
Park Shinjoo tersenyum sembari mengembalikan ponselnya kepada Han Yoori. "Sebenarnya aku hanya ingin tahu nomor ponselmu."
Han Yoori membuang kasar nafasnya. "Menyebalkan," ucapnya kesal yang kemudian terburu-buru beranjak keluar dari mobil.
"Tolong jangan lupa menyimpan nomor ponselku dan satu lagi, aku tinggal di lantai 2. Kapan-kapan kau boleh berkunjung ke apartemenku, aku akan menyediakan soju dan beberapa cemilan. Aku juga akan membuatkan makanan enak untukmu," teriak Park Shinjoo.
Han Yoori terus berjalan tanpa mau menanggapi ataupun mau menengok ke arah Park Shinjoo. Ia benar-benar sudah sangat kesal, mengapa bisa Park Shinjoo sama sekali tak merasa benci atau pun merasa kesal terhadap Han Yoori. Padahal ia sudah mati-matian bersikap tak sopan padanya. Tapi malah sebaliknya, Park Shinjoolah yang malah membuat kesal Han Yoori.
Selepas Han Yoori sampai di apartemen Kim Jioh, ia mendapati Kim Jioh tengah membereskan pakaiannya ke dalam koper.
"Mau pergi kemana kau sampai harus mengemasi pakaianmu?" Tanya Han Yoori.
"Besok aku akan pergi ke paris dan akan menetap di sana bersama Nam Hyunsik."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Bluebell
natural.... sekali...
mampir ya kak ke Andromeda
2023-06-17
3
kai
lanjottt
2023-06-11
0
ayu
gas lanjutt ke episode brikutnya
2023-06-11
0