Kebohongan yang dibuat oleh Aurel membuat hati dan pikiran Saga langsung tertuju pada Vesha. Gadis yang telah dilukainya dulu, kini benar-benar memenuhi pikirannya. Rasa bersalah muncul seketika itu juga.
Setelah terbongkarnya kebohongan Aurel tadi, kedua sahabat Saga selalu setia menemani pria itu. Terkecuali Chandra, entah kemana pria itu. Sepertinya dia masih enggan untuk sekedar menemani atau berbincang dengan Saga. Mungkin Chandra masih sangat kesal atas perilaku Saga terhadap Vesha.
Kini Saga sedang berada di apartemen Marvin. Langit dan Marvin sengaja langsung menggiring Saga ke tempat itu, karena mereka takut terjadi apa-apa pada pria itu selepas sikap Aurel yang berbohong atas kejadian tadi pagi di kampus.
"Ga, motormu akan diantar besok atau lusa. Tadi temanku konfirmasi soal motor yang aku janjikan padamu," ucap Marvin.
Saga terdiam, pria itu tidak menjawab ucapan Marvin dan tentu saja itu membuat Marvin dan Langit saling menatap.
"Motornya akan diantar ke rumah," ujar Marvin kembali.
Merasa tidak ada jawaban, akhirnya Marvin menghubungi kembali temannya yang menjual motor yang dijanjikan Marvin saat taruhan itu. Marvin meminta untuk diantarkan besok saja ke rumah Saga, dan Marvin pun langsung memberikan alamat sahabatnya itu. Marvin baru bisa memberikan motor yang dijanjikannya oleh Saga esok hari.
Karena kesibukan dan masalah yang telah mereka hadapi selama satu bulan ini. Benar-benar membuat kelompok kura-kura ninja itu hampir melupakan hadiah taruhannya. Walaupun Saga tidak pernah mengungkitnya atau menanyakan motor yang dijanjikan oleh Marvin. Namun Marvin tetap mengingatnya.
Saga masih tetap bungkam dan terus menatap ke arah luar jendela. Tangannya tiba-tiba saja terkepal kuat dengan sorot mata penuh amarah. Langit pun mendekat dan menegurnya.
"Ga,"
Saga masih diam saat Langit memanggil namanya. Langit pun menghela nafasnya, dan mengulurkan tangannya menepuk pelan pundak sahabatnya.
Saga menoleh dengan sorot mata tajam. "Kalian tahu siapa pria yang bersama Vesha tadi?" tanya Saga tiba-tiba.
Langit sempat terkejut dengan pertanyaan Saga, lalu ia pun sekilas melirik Marvin. Keduanya saling melempar pandangan seakan memberi isyarat 'kau saja yang memberitahukannya'. Saga pun memberi tatapan horor pada keduanya.
"Kalian tahu?" tanya Saga kedua kalinya.
Marvin dan Langit menelan salivanya kasar. Akhirnya keduanya pun mengangguk pelan.
"Iya," jawab lirih Marvin.
"Siapa?" tanya Saga dengan suara terdengar datar dan terasa dingin.
"Tadi pria itu bilang kalau dia adalah kekasih Vesha yang baru," jawab Marvin dengan sangat hati-hati.
Rahang Saga pun mengeras dan telapak tangannya semakin terkepal kuat. Rasa tidak terima dan tidak suka saat mendengar Vesha sudah mendapatkan kekasih dan menggantikan posisinya di hati Vesha.
"Brengsek," gumamnya pelan.
Saga pun bangkit dan mengambil tasnya, begitupun juga dengan Langit dan Marvin. Saga hendak akan melangkah, namun Marvin bertanya padanya.
"Kau mau kemana, Ga?" tanya Marvin.
Saga menoleh, "Bukan urusan kamu, Vin!" jawab Saga yang mulai menunjukkan kekesalannya.
Marvin dan Langit menghela nafasnya saat melihat Saga sudah berlalu begitu saja. Kedua pria itu menghela nafasnya, menangani Saga sama seperti menangani anak balita yang harus dituruti kemauannya.
"Sudah biarkan saja dia," ucap Marvin seraya menepuk dada Langit dengan punggung telapak tangannya.
Saga keluar dari apartemen Marvin, wajah datar dan dingin ya begitu dominan. Pria itu berjalan nampak begitu arogan, setelah tiba di parkiran motor. Saga segera melajukan kendaraannya keluar dari gedung apartemen tersebut.
Beberapa menit menempuh perjalanan dari apartemen Marvin menuju rumah Vesha. Akhirnya Saga tiba, namun pria itu tidak berhenti di depan rumah gadis itu. Saga membuka kaca helmnya, meyakinkan matanya dengan apa yang dilihatnya.
Vesha baru saja keluar dari dalam mobil, bukan hanya Vesha yang keluar dari mobil tersebut. Seorang pria dengan pakaian yang sama yang bertemu Saga di kampus tadi, ikut keluar dari dalam mobil.
"Arabelle, tunggu!" ucap Bryan.
Vesha langsung menoleh dengan menatap heran pada Bryan. "Kenapa kamu memanggilku seperti itu?" tanya Vesha.
Bryan tersenyum. "Kenapa? Bukankah nama lengkapmu itu sangat bagus? Aku suka dengan nama itu," jawab Bryan.
Vesha melipat kedua tangannya di depan dada, karena tinggi tubuh Bryan sangat tinggi maka dari itu Vesha sedikit mendongak menatap pria itu.
"Memang bagus, tetapi terasa asing untukku. Aku tidak terbiasa dipanggil seperti itu. Apalagi orang yang baru ku kenal," ucap Vesha yang terlihat tidak suka.
Bryan mengatupkan bibirnya dengan diiringi senyum tipis di bibirnya itu. "Kalau aku menginginkannya?" tanya Bryan seakan menantang Vesha.
Vesha menata lekat pria di hadapannya. "Pria ini benar-benar keras kepala, menyebalkan sekali!" gumam Vesha dalam hatinya.
"Kalau begitu aku tidak akan pernah menanggapimu panggilan darimu saat memanggilku," sahut Vesha seraya tersenyum miring.
Bryan mengulum senyumnya, kedua tangannya dimasukkan kedalam saku celananya.
"Baiklah, kalau begitu aku tidak jadi memanggilmu Arabelle. Tapi dengan satu syarat,"
Vesha langsung memberikan tatapan tajamnya pada Bryan. Dalam hati gadis itu sangat merutuki Bryan, dan mungkin saja dalam pikiran Vesha saat ini sangat ingin melempar Bryan dengan batu besar yang ada di sekelilingnya.
"Kita baru saja bertemu dan kau sudah ngelunjak seperti ini!" ketus Vesha.
Bryan kembali tersenyum mengejek. "Kita sudah tiga kali bertemu, dan itu artinya kita akan semakin dekat karena kita berjodoh," Bryan membenarkan ucapan Vesha seraya memainkan kedua alisnya.
Vesha mendengus kesal, lalu menggelengkan kepalanya. "Lama-lama aku bisa gila berhadapan denganmu. Sebaiknya kamu pergi, dan jangan pernah menemuiku lagi!" kata Vesha seraya mengacungkan jari telunjuknya.
Vesha hendak berbalik, namun karena tali sepatunya yang sebelah kanan terlepas. Membuat Vesha tidak sengaja menginjaknya dan hampir membuat gadis itu terjatuh. Beruntung Bryan dengan sigap menahan tubuh gadis itu. Kini posisi mereka seakan sedang saling berpelukan.
Vesha langsung mendongak menatap Bryan yang juga sedang menatap dirinya. Bryan tersenyum saat melihat wajah Vesha yang sedikit memerah.
"Kamu memang sangat cantik, Sha." ungkap Bryan dalam hatinya.
Tanpa Vesha dan Bryan sadari dari kejauhan seseorang telah memperhatikan mereka. Tangan Saga meremas stang motornya dengan kuat. Bahkan pria itu sempat memukul tangki motornya cukup kencang.
"Dasar cewek murahan," geram Saga.
Saga terlihat sangat marah dan kesal saat matanya tidak sengaja melihat Vesha dan Bryan berpelukan. Disaat hati dan pikirannya sedang kalut, ponselnya berdering. Dengan sangat kesal pria itu mengambil ponselnya dari kantong celananya.
Saga menautkan kedua alisnya saat melihat nama Aurel di dalam layar ponselnya.
"Halo," ucap Saga setelah menerima telepon dari Aurel.
Dahi Saga berkerut saat mendengar suara tangisan di seberang sana.
"Kak, maafkan aku! Aku mohon jangan tinggalkan aku, aku sangat mencintaimu. Jika Kakak ingin meninggalkan aku, maka lebih baik aku bunuh diri saja,"
Saga terkejut mendengar apa yang barusan Aurel katakan di sambungan telepon tersebut.
"Jangan gila kamu, Aurel!" bentak Saga.
Aurel tertawa kecil dengan. "Jika Kak Saga tidak kesini dalam waktu 10 menit, maka jangan harap Kakak masih bisa bertemu denganku lagi,"
Sambungan telepon pun berakhir, Aurel mengakhirinya secara sepihak. Saga mengumpati dan memaki Aurel.
"Sial,"
Dengan cepat Saga kembali menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi. Tanpa Saga sadari Vesha telah menyadari kehadiran Saga, gadis itu melihat Saga yang pergi begitu saja dengan laju motor yang cepat.
Vesha melepaskan pelukan Bryan dan sedikit melirik ke arah seberang dimana Saga sempat berada di sana. Gadis itu tersenyum getir, saat melihat Saga telah pergi dari tempat itu.
Bryan mengernyitkan dahinya menatap Vesha yang sedang memandang ke arah lain. Bryan pun menoleh dan tidak mendapati siapapun. Bryan kembali melihat ke arah Vesha yang sudah menundukkan kepalanya.
"Pergilah!" usir Vesha.
Manik mata Bryan melihat gelagat aneh pada mata Vesha. Hingga akhirnya Bryan mengangguk pelan, bagaimanapun juga ia tidak boleh terlalu ceroboh dan gegabah dalam mendapati hati Vesha. Bryan tidak ingin Vesha merasa tidak nyaman dengan dirinya. Bryan memilih membiarkan Vesha dan pergi meninggalkan rumah gadis itu.
Tanpa menunggu sepatah kata dari Bryan, Vesha langsung masuk ke dalam rumahnya. Bryan hanya bisa menatap nanar pada punggung gadis mungil itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Dimas Hanidar
lanjut thor
2023-06-24
0