Ningrum mendapat telfon yang akan mengadakan hajatan pernikahan puterinya itu untuk meminta pakaian adat minangkabau yang masih baru dan belum pernah dipakai pengantin lainnya.
Ningrum lalu menyanggupinya dan Ia menghubungi Yamink sahabatnya.
"Hallo.. Kang.." ucap Ningrum masih dengan nada bergetar sebab Ia masih syok karena kehadiran pria bernama Bima itu yang dengan tiba-tiba saja.
"Iya, Mbak.. Ada apa?" tanya Yamink dari seberang telefon.
"Kang.. Ada stok pakaian pengantin Minangkabau yang terbaru? Bahannya ada sulam benang emasnya"
"Mau warna apa Mbak? Ini tinggal yang merah cerah dan hijau botol Mbak.. Kalau mau biar saya bawakan"
"Iya, Kang.. Tolong bawa ke salon, ya.. Soalnya mau saya pakai buat besok diacara resepsi pejabat itu"
"Ok, Mbak.. OTW ya.." jawab Yamink dan menutup panggilan telefonnya.
Ningrum meletakkan phonselnya diatas meja kerjanya. Ia masih teringat akan tatapan Bima yang hampir membuatnya terperangkap disana.
"Siaaall..!! Mengapa bayangan sorot matanya terus menggangguku" maki Ningrum dengan kesal.
Wanita itu mengacak rambutnya dengan kesal.
Beberapa menit kemudian, pintu ruangan kerjanya diketuk oleh seseorang.
"Masuk"
Lalu pintu terbuka dan tampak kepala Yamink menyembul dari balik pintu dan membawa dua pasang pakaian adat Minangkabau yang dipesannya.
Yamink berjalan menghampirinya "Ini, Mbak.. Coba dilihat dulu yang mana diminatin?" ucap Yamink sembari memperlihatkan dua pasang pakaian pengantin tersebut.
Ningrum memperhatikan setiap detail sulamannya dan mencoba menyentuhnya, namun entah mengapa tangannya gemetar.
Yamink yang melihat hal tersebut merasa ada sesuatu yang terjadi pada sahabatnya.
"Aku ambil keduanya, Kang" ucap Ningrum dan nada bicaranya seperti bergetar.
"Oke, Mbak.. Semuannya 9 juta ya, Mbak"
Ningrum menganggukkan kepalanya tanpa menawarnya lagi, sebab Ia tahu harga keduanya itu jika bersama orang lain seharga 10 juta.
Ningrum kemudian mengambil uangnya dan menyerahkannya kepada sahabatnya itu.
Yamink mengambilnya dan melihat jemari sahabatnya yang bergetar.
"Mbak.. Kamu ini kenapa sih? Ada masalah? Cerita donk" cecar Yamink dengan penasaran
Seketika Ningrum memandang sahabatnya dan tatapannya tampak sedang mengalami suatu masalah.
"Kang.."
"Ya.."
"Dia datang kemari" ucap Ningrum dengan nada lirih.
"Dia siapa?" Tanya Yamink penasaran sekaligus bingung.
"Bima"
Seketika Yamink terperangah "Bima?" Yamink mengulangi apa yang diucapkan oleh sahabatnya.
Ningrum menganggukkan kepalanya dengan cepat.
Yamink menarik kursi kosong dihadapannya, lalu duduk dan menyandarkan tubuhnya disandaran kursi itu.
"Kamu harus hati-hati, Mbak.. Hanya itu satu pesanku.." ucapnya dengan nada lemah.
"Apa yang kamu ketahui dari Dia, Kang?" cecar Ningrum penasaran.
"Suatu saat Mbak akan mengetahuinya sendiri.." Yamink menatap sahabtanya dengan perasaan iba "Aku balik dulu, Mbak.. Mau anterin cream creambath dan rebonding ke salon Mbak Yuni" ucap Yamink lalu berpamitan kepada Ningrum yang masih dalam kebingungan.
Yamink beranjak pergi meninggalkan Ningrum dengan menyisakan tanda tanya besar.
Ningrum menghela nafasnya dengan berat. Ia tidak mengerti apa yang dimaksud oleh sahabatnya itu.
Dengan perasaan gunda, Ia menyimpan pakaian adat yang dibawa oleh sahabtanya itu kedalam Boks plastik berukuran besar yang berfungsi untuk menyimpan pakaian dan aksesoris perlengkapan pernikahan dan sebagainya.
Ningrum mencoba menghilangkan kegundahannya dengan turun ke lantai dasar. Ia melihat beberapa orang mengantri untuk mendapatkan pelayanan, lalu Ia memilih untuk membantu mengurangi antrian tersebut.
Meskipun Ia seorang Bos, namun Ia masih ingin turun tangan jika karyawannya mengalami kekurangan tenaga dan bantuan.
Namun hal yang membuatnya aneh, meskipun sudah berusaha untuk membuang bayangan pria itu, namun tak jua hilang dari ingatannya.
Hingga akhirnya Andini yang sepertinya sedang beristirahat dari jam kantornya masuk ke dalam salon dan mengangetkannya dengan menepuk pundaknya.
"Astagfirullah.." ucap Ningrum tiba-tiba saat Andini mengagetkannya.
Dan anehnya tiba-tiba bayangan wajah pria itu menghilang seketika.
"Ih.. Ne anak ngagetin saja" omel Ningrum.
"Makanya.. Kalau kerja itu jangan sambil melamun" jawab Andini sembari mengunyah cilok goreng yang berbalut saus pedas.
Ningrum melirik sahabatnya yang paling doyan ngemil. Setiap ketemu pasti ada saja yang dibawanya dan dikunyahnya.
"Kamu ini nguyah saja kerjanya, dah keq mamalia" celetuk Ningrum seenaknya.
"Yeee.. Namanya juga laper" jawab Andini sembari memanyunkan bibirnya.
"Kamu itu Mah, mana ada kenyangnya, meskipun sekaligus kang gerobaknya diborong sekalian" celetuk Ningrum.
Andini memanyunkan bibirnya sembari mengunyah camilannya.
"Ngelamunin apaan sih? Tampaknya galau banget" ucap Andini yang mencoba mengalihkan pembicaraan mereka yang tak berguna.
Ningrum menghentikan pekerjaannya, dan meminta Sari melanjutkannya.
"Duduk disana, Yuk" ucap Ningrum menunjuk ruang tunggu sembari mencomot cilok milik Andini.
"Yee.. Jadi ikutan mamalia juga" omel Andini sembari mengikuti langkah sahabatnya.
Ningrum tak menggubris ucapan sahabatnya.
Lalu mereka duduk disofa dan duduk bersandar disofa.
"Dia datang, Ndin" ucap Ningrum lirih.
"Siapa? Jelangkung? Kang kredit, kang baksi, kang siomay?" Cecar Andini dan menghabiskan sisa cilok nya.
"Kamu itu makanan mulu deh difikiranmu" jawab Ningrum kesal.
"Lha.. Makanya ngomong itu yang jelas.. Siapa yang datang?" tanya Andini merapatkan tubuhnya ke sahabatnya, kali ini mencoba serius.
"Bima"
Seketika Andini terperangah "Bima? Yang neror kamu itu, Mbak?" tanya Andini dengan wajah serius, lalu meraih botol minum air mineral yang dibawanya kemana-mana.
Ningrum menganggukkan kepalanya.
"Wow.. Sepertinya tu orang terlalu bersemangat sekali" jawab Andini, lalu meneguk air dari botol minumnya.
"Tadi Kang Yamink baru dari sini, anterin pakaian pengantin pesananku, dan Aku juga cerita ke Kang Yamink. Dia hanya mengatakan memintaku berhati-hati"
Andini mengerutkan keningnya "Sepertinya ada sesuatu yang dirahasiakan oleh Kang Yamink. Namun Ia tidak ingin mengatakannya, dan takutnya Mbak gak percaya dengan apa yang diketahuinya itu, dan Mbak harus mengetahuinya sendiri" ucap Andini mencoba menduga apa yang difikirkannya.
Ningrum terdiam "mungkin juga.. "
"Kalau begitu ya, Mbak emang harus hati-hati dan jangan mudah terpengaruh" ucap Andini sembari melirik jam di phonselnya "Aku balik ke kantor, Mbak.. Jam makan siang sudah habis. Kalau mau curhat kita lanjut ntar malam, datang ke rumah, bawa martabak atau bakso gitu" ucap Andini sembarj beranjak dari sofa.
Ningrum mengerutkan keningnya "Yaelah.. Mau curhat saja pakai sogokan segala" jawab Ningrum manyun.
"Biar curhatnya lebih bersemangat lho, mbak.." Balas Andini lalu ngeloyor pergi.
Ningrum menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sang sahabatnya.
Namun baginya hanya Andini yang mengerti akan kondisinya dan selalu menguatkannya dalam setiap permasalahn hidupnya.
Sesaat sebuah pesan teks masuk melalui aplikasi WA-nya "Hai, cantik.. Sedang apa? Jangan katakan jika kamu sedang memikirkanku" tulisnha dengan emot love.
Ningrum membolakan matanya, lalu menutup segera phonselnya.
Ia beranjak dari duduknya mencoba keluar untuk mencari makan siangnya. Ia mengemudikan mobilnya menuju warung makan yang banyak tersedia dipinggir jalan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
V3
kang Yamink pasti tahu nih klu si Bima itu orang nya jahat.
pasti pakai ilmu pelet atau sihir nih
2023-06-18
0
Ai Emy Ningrum
kek nya kak @yamink oi tau sesuatu tentang Bima 😒 krn ngasi saran supaya dek Ningrum eehhh kak Ningrum hati2 🤔🤔..dan udah ga heran kalok ceu @Andini Andana hobi ngemil ...ga di dunia nyata atau dunia nopel tun 😽😹
2023-06-11
2