Bab 19-Kedatangan Aletta

Sang surya memancarkan sinarnya dengan begitu cerah, menjadikan hari baru saat ini lebih terasa segar. Masalah-masalah yang kemarin mengganggu pikirannya luruh pagi ini, berganti dengan semangat baru yang datang.

Sally memandang balkon kamarnya sambil tersenyum, pagi ini suasana hatinya lebih baik dibanding kemarin. Tidurnya yang nyenyak membuat pikirannya menjadi lebih segar sekarang. Apalagi ditambah dengan pemandangan matahari terbit yang bisa ia lihat dari balkon. Sepertinya semenjak ia di sini, balkon kamarnya menjadi tempat favoritnya.

Sally memikirkan kegiatan apa yang ingin ia lakukan hari ini, karena ia sedikit bosan di rumah. Apalagi ada Zico, ia masih malas untuk bertemu dengan lelaki itu.

Suara dering ponsel berbunyi dari saku kardigannya. Sally pun mengambil ponselnya dan memperhatikan siapa yang meneleponnya. Senyumnya kembali terbit melihat Devian yang meneleponnya, lelaki itu pasti meneleponnya untuk mengabarinya tentang lamaran yang ia kirim waktu lalu.

Tidak menunggu lama, Sally langsung mengangkat panggilannya. "Halo, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam, saya ganggu kamu gak? " tanya Devian.

Sally menggelengkan kepalanya, padahal Devian tidak bisa melihatnya juga. "Enggak, kok. Ada apa, Dev?" tanya Sally.

"Saya mau ngabarin kalo lamaran kamu udah diterima, tapi dia mau ngeliat dulu tulisan kamu. Apa kamu bisa ke kantor saya? Buat ngebahas ini," balas Devian.

Sally tersenyum antusias, akhirnya ada kabar baru dari lamarannya. "Bisa, bisa banget malah." Sally menjawab dengan semangat.

Sally dapat mendengar tawa kecil Devian dari teleponnya. Sepertinya nada bicaranya terlalu semangat, makanya Devian tertawa.

"Yaudah, saya tunggu kamu di kantor jam sembilan. Nanti alamat kantornya saya kirim ke kamu," ujar Devian setelah tawanya reda.

"Iya, makasih banyak ya." Sally tersenyum tulus, walaupun ia tahu lagi-lagi Devian tidak bisa melihatnya.

"Iya sama-sama, kalo gitu saya tutup ya teleponnya. Saya masih ada urusan lain soalnya," tutur Devian.

"Oh, iya gapapa. Assalamu'alaikum," ujar Sally mengakhiri pembicaraan mereka, begitu Devian menjawab salamnya lelaki itu pun memutus panggilannya.

Sally tersenyum lebar, akhirnya hari yang ditunggunya tiba. Ia akan melakukan yang terbaik, agar teman Devian dapat menerimanya. Tidak ingin membuang waktu, ia bergegas masuk kembali ke kamarnya dan melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Sally berharap hari ini dapat berjalan dengan lancar, apa pun hasilnya nanti ia akan berusaha sebaik yang ia bisa. Lolos atau tidaknya itu urusan nanti.

***

Semerbak aroma masakan tercium ke segala penjuru ruangan yang ada di bawah. Sally tersenyum melihat masakan gulai ayamnya yang tampak menggugah selera. Ia beralih mematikan kompor dan menuangkan gulai ayam tersebut ke dalam mangkuk besar. Kemudian ia membawanya ke atas meja makan yang mana sudah terdapat nasi, peralatan makan, dan minuman.

Sally duduk di kursi dan membalik piring yang sudah ia siapkan. Ia mengambil nasi secukupnya dan menambahkan lauk gulai ayam yang tampak masih panas ke dalam piringnya.

"Widih jam segini udah pada mateng aja, pas banget gue udah laper abis bangun tidur." Zico yang baru datang langsung duduk di depan Sally.

Sementara Sally hanya menatap sekilas, lalu mulai memakai makanannya tanpa melihat Zico.

Zico mengambil nasi dan lauk yang ada di atas meja, tidak lupa ia mengambil segelas air minum yang kemudian ia taruh di samping piringnya. Setelah membaca doa Zico langsung memakannya.

"Enak juga masakan lo, gak nyangka gue." Zico berucap dengan nada tengilnya.

Sally tidak membalas ucapan Zico, ia justru fokus dengan makanannya. Hal itu lantas membuat Zico sadar jika pagi ini pun sikap Sally masih sama seperti kemarin.

Mereka makan dalam diam, hanya terdengar suara dentingan garpu dan sendok yang bersahutan. Sampai keduanya selesai memakan makanannya pun, masih tidak ada perbincangan di antara mereka.

Zico yang sudah tidak tahan kembali mengajak Sally berbicara. "Lo masih marah sama gue? Kalo lo marah, bilang dong alasannya. Jangan diem aja, gue bukan cenayang yang bisa nebak isi pikiran lo." Zico berucap kesal.

"Aku udah bilang berkali-kali, aku gak marah. Gak usah buat mood jelek deh pagi-pagi," ketus Sally.

Zico berdecak kesal mendengar jawaban Sally yang selalu sama sejak kemarin. ia hendak membalas ucapan Sally, tetapi matanya menangkap sesuatu. Ia baru sadar Sally sudah rapi sekali pagi ini. "Lo mau ke mana? Jam segini udah rapi." Zico memandang Sally dengan raut wajah bingung.

"Pergi," balas Sally singkat sambil beranjak dari kursinya. Ia melangkah menuju wastafel untuk mencuci piring yang belum ia cuci kemarin.

Zico menyusul Sally sambil membawa piring kotornya, ia meletakkannya pada wastafel dan beralih memandang Sally yang tengah mencuci piring. "Gue tau lo mau pergi, maksud gue lo mau pergi ke mana?" tanya Zico lagi, mencoba menahan kekesalannya.

"Aku mau pergi ke mana itu bukan urusan kamu. Kita udah sepakat buat gak saling ikut campur, jadi aku gak perlu ngejawab pertanyaan kamu." Sally membalas Zico dengan ucapan yang sama, seperti yang diucapkan lelaki itu padanya kemarin.

Zico mendengus kesal, kenapa Sally menjadi lebih menyebalkan dibanding sebelumnya. "Oke, gue gak akan nanya-nanya lagi. Terserah lo mau ke mana, gue gak peduli!" ucap Zico sengit. Ia pun melangkah meninggalkan Sally sendiri.

Sally mencoba menguatkan hatinya, baginya bersikap seperti ini lebih baik. Ia tidak mau terlalu hanyut dengan perasaannya pada Zico, jadi sebisa mungkin ia harus bersikap seperti ini agar Zico kesal dan menjauh darinya. Dengan begitu Sally bisa melupakannya.

Semua peralatan sudah ia bersihkan, sekarang ia bisa pergi ke kantor Devian. Sally mengambil tasnya yang ada di atas kulkas, lalu menyampirkannya ke bahunya. Kemudian ia pun melangkah ke arah pintu untuk menaiki taksi.

Baru saja Sally hendak membuka pintunya, tetapi tiba-tiba saja seseorang mengetuk pintunya.

"Zico!" seru seseorang yang suaranya tampak ia kenali.

Sally membuka gorden dan mengintip untuk melihat siapa yang teriak-teriak di rumah orang sepagi ini. Matanya terbelalak melihat wajah perempuan yang pernah ia temui di butik waktu lalu. Sally kembali menutup gordennya, pikirannya seolah melayang pada ucapan Zico kemarin yang ingin menemui perempuan. Apa perempuan yang dimaksud adalah Aletta?

Suara ketukan pintu yang lebih keras dari sebelumnya membuat Sally kembali tersadar, ia pun membuka pintu tersebut. Begitu pintu terbuka, Aletta tampak terkejut melihat Sally yang membukanya.

"Hai, Sal!" sapa Aletta berusaha terlihat biasa di depan Sally.

"Hai, mau nyari Zico ya?" Pertanyaan Sally yang spontan itu membuat Aletta semakin merasa kikuk.

"Iya, aku ada urusan sama Zico."

Sally mengangguk dan mempersilakan Aletta untuk masuk dan menunggu sejenak. Sementara ia memanggil Zico yang berada di kamarnya. Begitu sampai di depan kamar Zico, Sally mengetuk pintunya tanpa bersuara.

Untungnya Zico langsung membukanya tanpa banyak pertanyaan. Ia keluar dengan raut wajah kesal, sepertinya lelaki itu masih marah pada Sally.

"Kenapa?" tanya Zico begitu keluar dari kamarnya.

"Ada Aletta di bawah, nyariin kamu." Sally menunggu respon Zico, penasaran dengan apa yang dilakukan Zico selanjutnya.

Zico tampak terkejut, tanpa membalas perkataan Sally ia langsung melangkah cepat untuk menemui Aletta.

Sally yang melihat respon Zico, seolah semakin tertampar oleh kenyataan. Sepertinya memang Aletta perempuan yang berbicara dengan Zico kemarin, terlihat dari respon Zico yang sama persis begitu tahu Aletta ada di bawah.

Sally memandang lirih punggung Zico yang semakin menjauh. Ia merasakan hatinya kembali remuk melihat Zico yang seolah sangat bersemangat ingin menemui Aletta.

"Aletta sepenting itu, ya?" tanya Sally pada dirinya sendiri, walaupun ia sudah tahu apa jawabannya.

Sally menghapus air mata yang sudah menumpuk di pelupuk matanya. Ia tidak ingin kembali larut dalam kesedihan, karena ia pun sudah bertekad untuk tidak lagi melibatkan perasaannya. Memang sulit, tetapi setidaknya ia harus bisa mengontrol hatinya agar tidak terlalu berharap banyak dengan Zico.

Tidak mau terlalu lama berdiam diri, Sally memutuskan untuk kembali ke bawah untuk keluar. Ia memilih melewati pintu samping dibanding pintu utama, karena ia tidak ingin melihat Aletta dan Zico yang akan membuat dirinya kembali rapuh.

Begitu keluar dari pekarangan rumah Zico, Sally menghentikan taksi untuk pergi ke kantor Devian. Setelah mendapatkannya, cepat-cepat ia menaiki taksi tersebut. Tidak lama taksi itu pun melaju menjauhi pekarangan rumah Zico.

***

"Zico!" seru Aletta antusias begitu melihat Zico.

Zico tersenyum lembut pada Aletta, ia melangkah mendekati Aletta yang duduk di sofa ruang tamu. "Hai, Al!" sapa Zico begitu berada di dekat Aletta.

Aletta tiba-tiba saja memeluk Zico, ketika lelaki itu berada di sampingnya. Hal itu lantas membuat Zico terkejut, ia menoleh ke setiap penjuru ruangan untuk memastikan Sally tidak ada di sana. Tangannya bergerak hendak melepaskan pelukan Aletta, tetapi perempuan itu justru mengeratkan pelukannya.

"Al, nanti kalo Sally liat gimana? Aku gak enak," bisik Zico pada Aletta.

Aletta akhirnya melepaskan pelukannya setelah Zico mengatakan itu. Ia duduk di sofa panjang dengan raut wajah murung, melihat itu lantas Zico pun ikut duduk di samping Aletta dengan perasaan tidak enak.

"Emang aku salah ya, meluk sahabat aku sendiri? Aku cuma mau berterima kasih aja sama kamu, karena kemarin kamu udah bantuin aku sampe seharian." Aletta menatap lurus dengan wajah sendu.

Zico semakin merasa tidak enak. Ia memegang kedua bahu Aletta dan mengarahkannya agar menghadap ke arahnya. "Maaf ya, aku gak bermaksud begitu. Cuma kamu tau kan aku udah nikah dan gak-"

"Gak mungkin buat kayak dulu lagi?" sela Aletta menatap Zico lirih.

"Dulu sebelum kamu nikah, kita bisa sedeket itu. Tapi setelah kamu nikah, kamu jadi beda. Aku ngerasa aku semakin kehilangan kamu," tutur Aletta.

Zico menggelengkan kepalanya, ia beralih menggenggam tangan Aletta. "Kamu gak akan kehilangan aku, karena aku bakal tetep selalu ada buat kamu biarpun aku udah nikah. Jadi gak usah khawatir," ucap Zico berusaha menenangkan Aletta.

Aletta tersenyum mendengarnya, ia merasa Zico masih memiliki perasaan padanya. Itu berarti Aletta masih memiliki kesempatan untuk merebut Zico dari Sally, agar mereka bisa bersama lagi seperti dulu.

"Makasih, ya. Andai aja waktu kamu ngelamar aku, aku udah sadar sama perasaanku. Mungkin akhirnya akan beda," sesal Aletta.

Perasaan Zico semakin berkecamuk, di sisi lain ia senang karena pernikahannya dengan Sally berhasil membuat Aletta menyadari perasaannya. Namun di sisi lain ia juga tidak bisa langsung mengakhiri pernikahannya begitu saja, karena ini menyangkut reputasinya di hadapan publik. Ia hanya bisa menunggu sampai waktu yang sudah ia tentukan berakhir, barulah saat itu Zico akan kembali melamar Aletta. Tentunya dengan jeda waktu, agar beritanya tidak membuat geger banyak orang.

"Yaudahlah ya, udah berlalu juga. Oh iya, aku ke sini mau ngajak kamu pergi sekalian mau traktir. Itung-itung balesan, karena kamu udah bantuin aku kemarin." Aletta tersenyum riang menjelaskan kemauannya.

Zico terkekeh, ia mengusap kepala Aletta gemas. "Boleh, mau sekarang?" tanya Zico masih dengan senyumnya.

"Mau, dong. Ayok sekarang!" balas Aletta semangat.

"Kamu tunggu sini dulu, ya. Aku mau ganti baju sebentar," ucap Zico yang dijawab anggukan oleh Aletta.

Zico pun beranjak dari sofa dan melangkah menuju kamarnya. Sementara Aletta, ia tersenyum senang melihat Zico menerima ajakannya. Ia akan melakukan apa pun untuk bisa kembali mendapatkan Zico, bagaimanapun caranya.

Zico terlalu baik, ia tidak rela jika Sally harus mendapatkan laki-laki yang hampir sempurna seperti Zico. Zico hanya cocok untuknya, jadi memang sudah seharusnya ia mengambil kembali Zico dari Sally.

"Liat aja, Sal. Cepat atau lambat, kamu akan kehilangan Zico dan dia ... akan kembali sama aku," ucap Aletta sembari tersenyum penuh kemenangan.

****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!