Bab 2-Masalah

Masalah demi masalah datang silih berganti, seolah ingin membombardirnya. Hingga rasanya ia lelah dengan hari yang begitu sial menurutnya. Dengan langkah gusar, Zico melangkah keluar menghampiri orang yang menabraknya. Ia memperhatikan sejenak apa yang terjadi pada bagian belakang mobilnya. Benar saja, mobilnya lecet parah dan ia yakin biaya perbaikannya akan sangat mahal melihat kerusakan mobilnya cukup parah.

Zico mengalihkan pandangannya pada seseorang yang masih terdiam sembari meringis, karena terjatuh dari motor yang ditumpanginya. "Woi, lu punya mata gak, sih?! Mobil gue diem aja lo tabrak!" sentak Zico kesal.

Seseorang itu tampak panik, bahkan rasanya luka yang ada di kakinya pun tidak terasa, karena memikirkan biaya ganti rugi yang ia yakin akan sangat mahal. Ia memberanikan diri mendongak, untuk melihat orang yang memarahinya. Matanya terpaku beberapa saat menatap laki-laki di hadapannya. "Lho, Zicooo! Kamu Zico yang artis itu, kan? Yang lagi shooting film terbaru 'Putus atau Terus'. Aku nungguin banget filmnya tayang," ucap perempuan bernama Sally Zevanya itu dengan girang, seolah lupa apa yang ingin dikatakannya tadi.

Sementara Zico mengusap wajahnya frustasi, entah makhluk aneh darimana yang ada di hadapannya ini. Di sisi lain ia bersyukur karena tidak ada yang menyadari keberadaannya, karena kalo itu terjadi bisa-bisa wajahnya masuk televisi dengan kasus tabrakan yang akan membuatnya malu. Untungnya pula mobilnya berada di tepi jalan, sehingga tidak menghalangi jalan orang lain.

Zico kembali memandang orang di hadapannya dengan wajah yang semakin kesal, habis sudah kesabarannya. Matanya memandang geram orang aneh di hadapannya, lalu berucap, "Lo sadar gak, sih! Lo nabrak mobil gue! Gue gak butuh modelan fans aneh kayak lo, tau gak! Gue cuma butuh tanggung jawab lo!"

Sally meringis mendengar ucapan Zico, tapi ia sadar jika ini memang salahnya. Ia tidak berhak balik marah pada Zico, terlepas betapa menyebalkannya ucapan laki-laki itu. "Iya, aku sadar aku salah. Maaf banget, aku gak sengaja nabrak mobil kamu."

Zico menatap sinis orang di hadapannya. "Maaf? Kalo gue gak sengaja ngancurin rumah lo, apa bakal selesai kalo gue minta maaf doang?!" sindir Zico masih dengan tatapan tajamnya.

Lagi-lagi Sally dibuat meringis mendengarnya. "Ya, enggak! Aku bakal tanggung jawab, kok. Tapi boleh dicicil, gak? Kira-kira selama ...." Sally menghentikan perkataannya sejenak, seolah tengah menaksir berapa besar biaya perbaikan mobil Ferrari di depannya ini. "5 tahun," lanjutnya setelah mengetahui perkiraan pelunasan biaya perbaikan mobil Zico.

Zico terperanga mendengarnya, apa perempuan di hadapannya ini selain aneh juga gila? Yang benar saja ia harus menunggu selama lima tahun untuk memperbaiki mobilnya. "Gila ya, lo! Gue gak punya waktu buat nunggu lima tahun, kelamaan!" sentak Zico yang sudah benar-benar frustasi sekarang. Sebenarnya ia mampu untuk memperbaiki mobilnya sendiri, namun tetap saja ia tidak mau orang di hadapannya itu lepas tanggung jawab.

"Ya mau gimana lagi, Gajiku gak sebanyak itu. Aku juga punya kebutuhan lain, jadi gak bisa cepet buat lunasin biaya perbaikan mobil kamu." Sally sudah tidak tahu harus bagaimana lagi, ia benar-benar menyesal karena kecerobohannya membuatnya jadi terjebak masalah seperti ini. Apalagi bukan dengan orang biasa, tetapi dengan Zico yang merupakan artis terkenal. Salah sedikit saja, ia bisa masuk berita di televisi.

Di sisi lain Zico sudah benar-benar muak dengan hari ini. Sudah ditolak Aletta, mobil kesayangannya lecet parah, bertemu dengan orang aneh pula. Apa tidak bisa jika satu-satu, kenapa harus bersamaan.

Baru saja Zico ingin membalas ucapan Sally, tetapi urung saat ia mendengar ponselnya berbunyi. Entah apalagi sekarang, ia dapat menebak jika itu dari Arya yang ingin mengingatkannya mengenai jadwalnya. Huh, ia sudah benar-benar lelah sekarang. Dengan cepat ia mengambil ponsel yang ada di sakunya, tetapi saat melihat nama orang yang tertera di ponselnya itu ternyata salah bukan Arya. Orang itu adalah ... Aletta. Zico lantas bergeming, dengan rasa sakit yang seolah kembali muncul.

Tidak mau membuat rasa sakitnya semakin dalam, ia langsung menekan tombol merah di ponselnya untuk memutuskan sambungan telepon. Ia kembali menatap perempuan di hadapannya. "Gue tau gimana cara lo tanggung jawab, tanpa harus nunggu lima tahun."

Sally sontak berbinar mendengar ucapan Zico. Apa Zico berniat meringankan tanggungannya, kalau iya sungguh laki-laki itu baik sekali mau membantunya. "Apa?" tanyanya pada Zico.

Zico mengembuskan napas panjang terlebih dahulu, ia tidak tahu keputusannya ini tepat atau tidak. "Nikah kontrak sama gue," balasnya dengan wajah tanpa ekspresi.

"Apa?!" Mata Sally membulat sempurna mendengar jawaban Zico yang menurutnya sangat tidak masuk akal.

"Cuma lima bulan, lo gak perlu mikirin soal biaya, justru gue yang bakal bayarin semua kebutuhan lo selama itu. Gampang, kan?" Zico berucap santai, seolah-olah perkataannya bukanlah sesuatu yang besar.

Sally terperanga tidak percaya, mudah sekali Zico membawa-bawa pernikahan untuk masalah ini. Tentu saja ia tidak mau, baginya pernikahan bukanlah sebuah kontrak yang bisa ditentukan seberapa lamanya sesuka hati. Terlebih ia memimpikan pernikahan indah bersama orang yang ia cintai, bukan karena paksaan seperti ini. "Enggak, aku gak mau! Kamu pikir nikah itu mainan, hah! Aku bakal tanggung jawab, tapi bukan dengan cara ini."

Zico melipat kedua tangannya, ia masih dapat mengontrol ekspresi santainya. "Terus mau lo? Gaji lo aja gak cukup, mau ganti rugi pake apa? Atau lo mau jual rumah lo buat ganti rugi? Ya kalo lo maunya gitu sih gapapa gue terima."

Sally semakin kesal dibuatnya. Ia tahu ia hanya orang biasa, tetapi bukan berarti ia bisa diatur-atur oleh orang besar seperti Zico. "Kamu itu sombong banget, ya. Mentang-mentang kamu orang berada, kamu bisa memperlakukan orang seenaknya. Aku nyesel, tau gak! Nyesel karena pernah mengagumi orang yang gak punya hati kayak kamu," ketus Sally kesal.

"Ya terus lo mau gimana? Disuruh ganti rugi gaji lo gak cukup, gue kasih pilihan buat lo ganti rugi tanpa harus bayar juga gak mau. Gue gak mau ya lo lepas tanggung jawab," ujar Zico tidak terima, ia yang sudah berusaha untuk tenang lagi-lagi dibuat kesal dengan ucapan Sally.

Sally terdiam, mata melihat ke sembarang arah untuk menghindari tatapan tajam Zico. Jujur saja ia juga tidak tahu bagaimana cara mengganti biaya perbaikan mobil Zico, tetapi ia juga tidak mau jika harus menikah dengan orang tidak punya hati seperti Zico.

"Siniin hp, lo! Gue gak mau lo kabur dari tanggung jawab, jadi siniin nomer lo." Zico menengadahkan tangannya di hadapan Sally.

Sally yang tidak punya pilihan, terpaksa menyerahkan ponselnya. Ia tidak tahu, tapi ia rasa ke depannya hidupnya tidak akan tenang lagi seperti sebelumnya.

Zico memasukkan nomer Sally ke ponselnya, lalu mengembalikannya kembali pada Sally. "Gue kasih lo waktu sampe besok buat mikirin ini, kita ketemu buat bahas ini lagi nanti. Inget ya, lo jangan coba-coba buat lari dari tanggung jawab!" ancam Zico sebelum akhirnya melangkah meninggalkan Sally dan masuk ke dalam mobilnya. Tidak berselang lama, mobil Ferrari putih itu melaju menjauhi Sally yang masih bergeming dengan perasaan campur aduk.

Sally tidak menyangka jika hari ini ia akan terbawa-bawa masalah yang melibatkan Zico. Ia tidak tahu akan seperti apa selanjutnya, yang ia tahu hidupnya tidak akan sama lagi. Entah bagaimana ia melanjutkan hidupnya dengan masalah besar yang menghujaninya ini, tetapi Sally harap ia mampu untuk setidaknya melewati hari-hari berat yang akan datang setelah ini.

***

Terpopuler

Comments

Catastrovhy

Catastrovhy

Zico ngegas mulu, takutttt :'))))

btw narasinya bagusss hhuhu tulisannya juga rapi, mudah dipahami. sukakkk💜💜💜

2023-06-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!