Bab 9-Masa Lalu Zico

Malam dengan segala ketenangannya, nyatanya tidak mampu menenangkannya. Hari pernikahannya semakin dekat, tetapi tetap tidak ada kabar apapun dari orang tuanya. Rasanya harapan Zico hampir pupus dengan berpikir kalau Papanya dapat berubah pikiran dan mau datang ke pernikahannya. Namun sepertinya itu tidak akan terjadi.

Zico menatap langit-langit kamarnya, matanya menerawang hingga ingatannya membawanya kembali pada empat tahun lalu. Waktu di mana semua masalahnya dimulai. Waktu yang membuat hubungannya dengan orang tuanya menjadi renggang.

Empat tahun lalu adalah saat di mana ia memutuskan untuk keluar dari rumahnya. Bukan tanpa alasan Zico melakukannya, ia pergi karena suatu permasalahan antara ia dan Papanya. Kalau kalian berpikir kenapa Zico tidak berdamai saja dibandingkan harus keluar rumah, maka jawabannya sudah pernah ia coba.

Ya, Zico sudah pernah mencoba untuk berdamai dengan Papanya. Namun nyatanya hal itu tidaklah berhasil, Wira tetaplah Wira. Apapun yang menjadi keputusannya tidak akan dapat berubah. Dapat dikatakan sikap keras kepala Zico menurun dari Wira.

Ia masih ingat betul peristiwa itu. Peristiwa yang terjadi karena perbedaan pendapat antara Zico dan Wira. Selama hidupnya, tidak pernah sekalipun Zico menentang Papanya. Ia selalu mengikuti apa pun yang dikatakan Wira, karena menurutnya itu adalah yang terbaik untuknya.

Sampai pada keputusan malam itu. Yang mana saat itu Wira memintanya untuk bekerja menjadi seorang dokter sama seperti Papanya. Di situlah untuk pertama kalinya Zico menentang orang tuanya, karena setelah lulus memang ia sudah menentukan sendiri apa yang diinginkannya.

Terlebih ia menganggap jika pekerjaan dokter itu sulit, terlalu sulit dijalani jika ia sendiri tidak menyukainya. Ia takut itu justru akan sia-sia dan membuatnya tidak menjadi seperti yang diharapkan Papanya. Mungkin masalahnya terdengar sepele, namun nyatanya hal itulah yang membuat awal mula keretakan antara ia dan orang tuanya.

Zico bisa menuruti apa pun yang diinginkan Papanya, tetapi tidak tentang pekerjaannya. Karena itu akan menjadi hal utama yang akan ia jalani seumur hidupnya, ia tidak bisa memilih jalan yang tidak ia sukai. Selain itu juga akan berakibat fatal jika ia tidak serius menjalaninya, hanya karena tidak suka. Seumur hidup ia hanya akan tertekan dengan menjalani pendidikan dan pekerjaan yang tidak ia sukai.

Jujur saja saat itu Zico pikir Papanya akan menerima keputusannya, mengingat selama ini ia selalu menuruti kemauan Papanya. Ia kira satu kali saja Zico menolak, itu tidak akan membuat masalah. Namun ternyata salah, Papanya sama sekali tidak mau mendengarkan penolakan tentang karir yang sudah ditentukan Papanya. Tanpa peduli kemauan anaknya sendiri.

Dari situlah Zico memilih hengkang dari rumah, setelah Papanya memintanya memilih menurutinya atau pergi dari rumah. Ia pergi dengan niat akan membuktikan jika ia bisa sukses dengan jalan lain, selain menjadi dokter. Benar saja berkat kerja kerasnya, ia pun mampu menjadi artis terkenal, tetapi ternyata hal itu tidaklah membuat Papanya bangga. Ia tetap tidak dianggap, walaupun ia sudah susah payah untuk menjadi sesukses sekarang agar Papanya dapat bangga kepadanya.

Sungguh miris, ia yang selalu memerankan kisah bahagia seseorang, nyatanya hidupnya justru berbanding terbalik. Benar apa kata Sally, berpura-pura seolah tidak ada apa-apa itu melelahkan fisik dan batinnya. Sementara di sisi lain ia juga tidak bisa cerita ke siapa-siapa, bahkan termasuk pada Aletta dan Devian.

Menurutnya cerita pada orang lain belum tentu membuatnya lebih lega, terlebih tidak semua orang peduli mengenai cerita hidupnya, terkadang orang hanya penasaran bukan benar-benar peduli.

"Udahlah, ngapain gue pikirin terus. Mau dateng apa enggak juga gak masalah, toh ini cuma pernikahan kontrak." Zico mengalihkan pikirannya.

Ia memilih untuk tidur agar besok ia dapat lebih segar, karena masih ada beberapa hal yang perlu diurus. Zico pun segera merebahkan tubuhnya di kasur miliknya, ia menarik selimut hingga dadanya. Kemudian mematikan lampu, sebelum akhirnya mencoba memejamkan matanya untuk beralih ke alam mimpi.

***

Suara deru mobil terdengar dari dalam rumah Sally, yang dilanjutkan dengan suara klakson setelahnya. Tidak mau terlalu lama membiarkan orang lain menunggunya, Sally bergegas keluar setelah mengambil sling bag miliknya.

Sesampainya di luar sebuah Honda Jazz berwarna putih sudah menunggu tepat di depan rumahnya, Sally melangkah menuju mobil tersebut. Tak lama kaca mobil tersebut terbuka, menampilkan wajah perempuan dengan jilbab panjangnya.

"Assalamu'alaikum, aku telat ya? Aduh maaf ya," ucapnya merasa bersalah. Pasalnya mereka berencana untuk pergi pukul 09.00, tetapi ia baru datang di pukul 09.45.

Sally yang telah masuk ke dalam mobil tersebut lantas menoleh. "Wa'alaikumussalam, gapapa kok. Santai aja, masih pagi ini." Sally tersenyum mencoba untuk membuat Feli--sahabatnya tidak lagi merasa bersalah.

Feli melajukan mobilnya menuju kafe tujuan yang dituju. Hari ini Sally akan menemani Feli yang ingin menemui kliennya. Kebetulan sahabatnya ini memiliki bisnis wedding organizer dan kali ini akan menemui klien pria, yang ingin menanyakan mengenai apa yang ditawarkan dari bisnis Feli. Karena itu Feli mengajak Sally agar ada yang menemaninya, sehingga Felly tidak hanya berdua saja dengan klien pria yang tidak dikenalnya itu.

kafe yang dituju tidak jauh dari rumah Sally, hanya sekitar 20 menit perjalanan. Mereka sudah membuat janji dengan klien Feli di pukul 10.00, itu artinya masih ada waktu 25 menit lagi.

"Fel, aku belum cerita ya kalo aku mau nikah." Sally memang belum mengatakan apa-apa mengenai pernikahannya dengan Zico pada siapa pun.

Feli membelalakkan matanya terkejut, ia menoleh pada Sally sekilas lalu kembali memperhatikan jalan di depannya. "Kamu gak bercanda kan? Maksudku selama ini kan kamu gak deket sama siapa-siapa, terus tiba-tiba kamu bilang mau nikah. Ya gimana gak kaget coba," ucap Feli masih tidak percaya.

"Kamu kaget, aku lebih kaget lagi. Aku sama sekali gak pernah kepikiran buat nikah sama orang yang baru aku kenal ini," balas Sally dengan wajah kecut

Feli memperhatikan wajah Sally dari spion, ia sedikit bingung melihat wajah temannya yang tampak tidak bersemangat. "Kamu keliatan kayak gak suka gitu, emang kamu nikah sama siapa sih? Kok bisa nikahnya sama orang yang baru kamu kenal?" tanya Feli bingung.

Sally memandang jalanan dari balik jendela mobil Feli. "Aku bakal nikah sama Zico, kenapa aku bisa tiba-tiba nikah sama dia ya itu ceritanya panjang. Yang jelas ini bukan kemauan aku sendiri."

Feli memicingkan matanya mendengar nama yang tidak asing. "Zico? Namanya sama kayak artis yang cakep itu ya."

"Ya emang dia," jawab Sally lesu.

Feli mengerem mendadak mobilnya, membuat Sally sedikit terkejut. "Kamu gak lagi halu, kan? Masa sama Zico yang artis itu? Kenapa bisa tiba-tiba nikah sama dia coba? Emang kalian pernah ketemu sebelumnya? Tunggu deh, aku tau kamu ngefans banget sama Zico. Ya cuma gak halu nikah sama dia juga Sally." Feli kembali melanjutkan perjalanannya, setelah melontarkan banyak pertanyaan.

Sally memutar bola matanya jengah mendengarnya. "Ini serius, Fel. Yakali boong."

"Hah, jadi ini beneran? Kok bisa, sih? Mau tutornya dong, kak," canda Feli.

Sally mendelikkan matanya, ia sudah tahu jika Feli pasti akan terkejut mendengar ucapannya. "Intinya gitu deh, nanti aja aku ceritain. Sekarang kita fokus dulu aja sama klien kamu," ucap Sally mengalihkan pembicaraan.

Walaupun di benak Feli sudah tersemat banyak pertanyaan, tetapi Sally benar ia harus fokus untuk kliennya. Setelah mereka mengakhiri pembicaraan mereka, tepat sekali kafe yang dituju sudah terlihat. Feli pun bergegas memarkirkannya.

Keduanya langsung masuk ke dalam kafe setelah memarkirkan mobil Feli. Mereka mencari-cari meja yang kosong, begitu menemukannya mereka pun duduk di sana.

"Untung aja kliennya belom dateng, jadi kita gak telat." Feli berucap senang.

Sally ikut tersenyum tipis, ia juga senang karena mereka tidak terlambat. Karena bagaimanapun kesan pertama itu penting, jadi mereka harus tepat waktu agar tidak terkena komplain.

Tak lama dari kedatangan Sally dan Feli, klien yang ditunggu pun akhirnya datang. Dengan sigap Feli mengeluarkan buku yang berisi hal-hal yang ditawarkan dalam bisnisnya.

"Assalamu'alaikum," ucap klien pria tersebut, lalu duduk di seberang Feli.

"Wa'alaikumussalam," balas Sally dan Feli bersamaan.

"Jadi, bisa dimulai aja sekarang?" tanya klien tersebut.

Feli pun membuka buku yang sudah disiapkannya dan mulai menjelaskannya. Sally memperhatikan apa yang dijelaskan Feli sambil sesekali melihat ke arah lain di kafe tersebut.

Sally tidak sengaja memusatkan pandangannya pada sudut kafe dan di sana ia menemukan seseorang yang tidak asing di ingatannya. Ia memicingkan matanya untuk memastikan dirinya tidak salah lihat.

Beberapa kali ia mengerjapkan matanya, namun hasilnya tetap sama. Orang yang duduk di sudut kafe itu memang orang yang ia kenal, dia adalah Wira yang merupakan Papa Zico.

Di sudut kafe tersebut, Wira tampak berbincang dengan beberapa orang. Sepertinya mereka tengah membicarakan mengenai hal penting atau pekerjaan. Tetapi kemudian ia melihat beberapa orang yang ada bersama Wira tadi sudah berdiri, layaknya ingin pergi. Kemungkinan pembicaraan mereka sudah selesai.

"Fel, aku ada keperluan sama orang sebentar ya." Sally berbisik pelan agar tidak membuat klien Feli terganggu.

"Hah, mau ke mana?" Feli ikut berbisik.

"Masih di sini kok, cuma ada urusan sebentar." Sally bergegas mengambil sling bag miliknya dan menyampirkannya ke bahu. Ia pun melangkah meninggalkan Feli setelah berpamitan pada Feli dan klien tersebut.

Di sudut kafe, Sally melihat Wira yang sepertinya juga ingin keluar. Tidak mau membuatnya kehilangan kesempatan, Sally mempercepat langkahnya hingga akhirnya ia berada tepat di belakang Wira.

"Assalamu'alaikum," ucap Sally dengan sedikit pengap karena melangkah cepat-cepat.

Wira berbalik saat mendengar seseorang memanggilnya. "Lho, kamu?" Wira mengerutkan dahinya bingung.

****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!