Bab 16-Teror Dimulai

Barang-barang yang sebelumnya Sally kemas, akhirnya selesai. Ia hanya membawa pakaian dan beberapa barang-barang yang ia pikir perlu saja. Setelah mengemas barang-barang tersebut ke dalam sebuah kardus, ia pun membawanya keluar. Satu tangannya memegang kardus dan satunya tangannya lagi ia gunakan untuk menarik koper yang berisi pakaiannya.

Sally melangkah menuju ruang tamu, tempat Zico duduk tadi. Sesampainya di sana, ia pun menaruh kardus yang dibawanya di bawah meja. Hanya ada satu kardus dan satu koper yang ingin ia bawa, hanya sedikit memang. Karena Sally merasa tidak perlu membawa semua barang-barangnya, toh ia akan kembali ke rumahnya lagi setelah lima bulan.

"Itu aja yang lo bawa?" tanya Zico setelah melihat Sally yang sudah kembali.

Sally mengangguk yakin, ia sudah memastikan jika barang-barang yang penting sudah ia kemas ke dalam kardus. "Iya, ini aja. Yaudah yuk, pulang. Pamitan dulu tapi sama Amara," balas Sally.

Tepat saat Sally mengatakan itu, Amara datang dari arah berlawanan. Ia sudah rapih dengan mengenakan kaus panjang dan celana panjang, lebih sopan dibanding sebelumnya.

"Udah selesai, Sal?" tanya Amara ketika sudah berada di dekat Sally.

Sally tersenyum sembari mengangguk pelan sebagai jawaban. "Udah, Mar. Aku kayaknya mau langsung pulang, deh. Maaf ya gak bisa lama-lama, soalnya kita masih ada hal-hal yang perlu diurusin."

"Oh gitu, ya. Gapapa, aku ngerti pasti kalian banyak urusan setelah menikah. Kayak urusan bulan madu misalnya," goda Amara sembari tertawa pelan.

Sally tersenyum kikuk mendengarnya, karena itu jadi mengingatkannya pada ucapan Zico di mobil tadi.

Sementara Zico justru tersenyum lebar, ia merangkul bahu Sally. "Oh Iya, dong. Kita emang mau bulan madu abis ini, iya kan sayang?"

Sally ikut tersenyum, dalam hati ingin rasanya ia mengunci mulut Zico yang tidak pada tempatnya itu. "Iya," timpal Sally singkat, tidak ingin memperpanjang pembahasan ini.

Amara tersenyum kecut melihat kemesraan Zico dan Sally di depan matanya, apa mereka sengaja ingin memamerkan kemesraan mereka padanya? Tidak masalah, Amara akan membiarkan kebahagiaan kecil yang ada di antara Sally dan Zico saat ini. Sebelum akhirnya akan ia renggut kebahagiaan itu dari mereka.

"Wah, mau ke mana nih rencana bulan madunya?" tanya Amara berbasa-basi.

"Ada lah pokoknya," balas Zico lagi masih dengan merangkul bahu Sally.

Sally yang sudah lelah dengan drama ini, memutuskan untuk cepat-cepat pulang. Sebelum Zico kembali membuatnya malu di depan Amara. "Yaudah, Mar. Aku sama Zico pulang dulu, ya. Aku titip rumahku ya, kamu anggap aja kayak rumah sendiri di sini."

Amara tersenyum, tanpa Sally meminta pun ia sudah menganggap rumah ini sebagai rumahnya. "Makasih ya, Sal."

Sally mengangguk dan kembali berpamitan pada Amara, setelahnya ia pun keluar dari rumah itu bersama Zico. Sementara Amara, ia ikut mengantarkannya sampai depan pintu.

"Hati-hati, ya." Amara tersenyum pada Sally dan Zico yang sudah mau masuk ke mobil.

"Kita pulang ya, Mar. Assalamu'alaikum," ucap Sally sebelum ia memasuki mobil dengan Zico.

Begitu keduanya sudah berada di mobil, Zico membunyikan klakson untun menghormati Amara sebelum mobil itu pergi. Setelahnya mobil itu pun berlalu dari rumah yang ditempati Amara.

Di belakang Amara memperhatikan mobil itu hingga hilang dari pandangannya. Ia mengambil ponsel yang ada di saku celananya dan mencari nomer seseorang dari kontaknya. Setelah menemukannya, ia menelepon nomer terdebut.

Dering telepon berbunyi, menandakan orang yang ia telepon sedang aktif. Tidak lama panggilannya pun diangkat oleh seseorang di seberang sana.

"Halo, seperti yang sudah saya perintahkan sebelumnya tadi. Kamu lakuin sekarang! Inget, jangan sampe gagal! Setelah itu kamu kabarin saya lagi," ucap Amara tegas.

"Baik, Bos!"

Amara mematikan sambungannya setelah mendapat jawaban dari orang itu. Ia tersenyum miring, tidak sabar menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Lihat aja, Sal. Aku bakal buat hidup kamu gak tenang, siap-siap aja sama kejutan yang aku buat." Amara kembali tersenyum, sebelum akhirnya ia kembali masuk ke dalam rumah. Ia ingin bersantai sembari menunggu kabar yang diinginkannya itu. Sepertinya istirahatnya kali ini akan sangat menyenangkan.

***

Zico mengendarai mobilnya menuju arah rumahnya. Baru kali ini ia membawa perempuan lain ke rumahnya, selain Aletta. Apalagi dia akan tinggal bersamanya di rumahnya, suatu hal yang sudah ia inginkan jika saja itu Aletta. Namun nyatanya perempuan yang duduk di sampingnya dan yang menikah dengannya bukanlah Aletta.

Zico baru ingat di hari pernikahannya Aletta tidak datang, apa perempuan itu cemburu? Karena itu Aletta tidak datang. Akan tetapi rasanya tidak mungkin, apalagi tempo lalu Aletta menolaknya.

Sally menoleh pada Zico, tumben sekali lelaki itu tidak berisik dan mengajaknya berdebat. Entah sedang memikirkan apa, tetapi Sally tidak peduli. Mungkin saja tengah memikirkan pekerjaannya, Sally pun mengalihkan pandangannya dari Zico. Ia mulai memperhatikan jalanan yang ada di depannya. Tampak lengang, bahkan ia tidak melihat kendaraan lain. Hanya sesekali, itu juga sangat jarang.

Tiba-tiba saja perasaannya menjadi tidak enak, ditambah melihat jalanan yang benar-benar sunyi di depannya. Zico memang tidak melewati jalan raya saat ini, mungkin saja ini jalan yang lebih cepat untuk sampai ke rumah lelaki itu. Karena itulah, Sally mencoba lebih tenang dan berpikiran positif.

Di tengah keheningannya, Sally melihat seorang perempuan yang terkapar di tengah jalan. Ia pun dengan cepat menoleh pada Zico. "Zico, berhenti! Di depan ada orang yang pingsan," ucap Sally.

Zico reflek menghentikan mobilnya, tetapi ia merasa ragu untuk turun. "Sal, kayaknya kita lewatin aja deh. Gue takutnya ini itu modus maling di sini," tutur Zico.

Sally seketika merasa takut mendengar ucapan Zico, apa mungkin seperti itu. Akan tetapi kalau orang di depannya benar-benar pingsan bagaimana? Namun perasaannya semakin tidak enak jika berlama-lama di sini.

Tanpa menunggu jawaban Sally, Zico kembali melajukan mobilnya. Namun baru beberapa meter, mobilnya dihadang oleh beberapa orang berbadan besar.

Sally reflek berteriak melihat orang-orang yang menyeramkan ada di depannya. Kakinya gemetar dan tangannya terasa dingin dalam sekejap.

Zico bergeming, ia berusaha untuk tetap tenang di kondisi seperti ini. Ia melepaskan sabuk pengaman dan hendak turun dari mobilnya. Namun tangannya dicekal begitu ia ingin membuka pintu mobil.

"Kamu mau turun? Gak usah aneh-aneh, mereka bahaya Zico. Kita mending puter balik aja," ujar Sally sembari menahan tangan Zico.

Zico melepaskan tangan Sally dari tangannya secara perlahan, ia beralih menatap Sally. "Kalo kita puter balik, mereka tetep akan ngejar. Udah lo tenang aja, gue gak akan kenapa-napa. Lo tunggu sini, jangan ke mana-mana." Setelah mengucapkan itu, Zico turun dari mobilnya meninggalkan Sally sendiri.

Sally berteriak memanggil Zico, tetapi percuma laki-laki itu tetap melangkah mendekati orang-orang menyeramkan tadi. Sally benar-benar takut sekarang, bagaimana kalau Zico kenapa-napa? Pikirannya kalut memikirkan hal-hal yang ia takutkan.

Di sisi lain Zico mendekati orang-orang yang mencegat mobilnya tanpa rasa takut, ia berhenti tepat di hadapan orang-orang tersebut. "Apa mau lo?" tuntut Zico dengan wajah tegas.

Salah satu dari mereka tersenyum miring, tanpa menjawab apa-apa dia melayangkan tinjunya pada wajah Zico. Namun Zico dengan cepat menghindar dari serangan mendadak itu, ia mundur beberapa langkah tatkala orang-orang itu berniat menyerbunya dengan pukulan.

Zico melepaskan jaketnya dan melemparnya ke sembarang tempat, ia melompat dan melayangkan kakinya menendang keras wajah orang-orang di depannya satu per satu. Begitu mereka lengah, Zico meyikut dan meninju mereka dengan kencang.

Akibat serangan Zico itu, mereka pun terjatuh dengan wajah yang babak belur. Namun seolah belum merasa puas, orang-orang itu pun membalas pukulan Zico dengan tinjunya. Zico menahan pukulan-pukulan mereka dan kembali memberikan pukulan keras, kali ini pada perut mereka. Orang-orang itu pun kembali terjatuh sembari meringis kesakitan.

Namun tanpa Zico sadari salah satu dari mereka masih ada di belakangnya, membawa balok kayu berukuran sedang. Pria itu hendak memukulkan balok kayu tersebut ke kepala Zico, tetapi tanpa diduga Sally melayangkan pukulan keras pada bahu pria itu yang membuatnya terjatuh.

Mendengar suara gaduh di belakangnya, Zico dengan cepat berbalik. Matanya terbelalak melihat Sally yang memukul pria di belakangnya. Zico tidak menyadari bahwa ada orang di belakangnya yang ingin menyelakainya, kalau bukan karena Sally mungkin Zico sudah pingsan sekarang.

Zico melangkah mendekati Sally, ia menarik tangan Sally menjauh. "Lo kenapa turun, sih? Bahaya, tau gak! Gue udah bilang lo tunggu aja di mobil!" seru Zico marah, ia tahu Sally sudah menyelamatkannya. Akan tetapi tingkah Sally juga bisa membahayakan dirinya sendiri.

"Aku gak bisa diem aja, ngeliat kamu hampir dipukul pake kayu itu. Itu lebih bahaya, kamu bisa aja celaka Zico!" teriak Sally.

Zico terdiam mendengarnya, ia menoleh pada orang-orang tadi yang kini sudah kembali berdiri. Dengan cepat ia menarik Sally ke belakangnya. "Sal, lo naik ke mobil sekarang!" perintah Zico tegas.

Sally hendak menolak, tetapi Zico menatapnya tajam. Tidak ingin menyulitkan Zico, Sally pun mengangguk pasrah. Ia berlari ke arah mobil, tetapi belum sempat ia menaiki mobil tangannya dicekal seseorang. Sally berbalik, detik itu juga jantungnya berdegup dengan begitu cepat.

"Mau ke mana, manis? Kamu gak bisa masuk sekarang," ucap laki-laki itu sembari tersenyum miring.

Sally menoleh pada Zico yang sedang fokus melawan orang-orang itu, pasti Zico tidak sadar kalau ada salah satu orang yang berhasil menangkapnya. Sally tidak ingin membuat Zico kesulitan karena dirinya, ia akan melawan semampunya tanpa melibatkan Zico.

Tanpa bersuara Sally menginjak kaki pria di depannya, lalu menggigit tangannya kencang. Begitu pria itu kesakitan, Sally kembali berlari dan masuk ke mobil Zico. Ia mengunci akses mobil tersebut, agar pria tadi tidak bisa masuk. Kakinya kembali gemetar ketakutan, ia mulai melafazkan doa-doa agar diberikan keselamatan.

Di sisi lain Zico masih melawan lima orang pria di depannya, ia sudah mengerahkan seluruh kemampuannya. Orang-orang itu pun juga sudah jatuh bangun karena Zico, tetapi kenapa masih saja sanggup untuk melawan. Namun Zico tidak menyerah, ia akan menyelesaikan ini segera dan pergi dari sini.

Zico menyilangkan tangannya di depan wajahnya untuk menahan pukulan-pukulan orang-orang itu, begitu jarak mereka dekat Zico menendang keras perut mereka satu per satu. Setelah mereka mundur berberapa langkah, ia melayangkan pukulannya bertubi-tubi pada salah satu orang yang posisinya dekat dengannya, hingga orang itu pun terjatuh lemas mengeluarkan darah dari hidungnya.

Zico meninggalkannya dan beralih melawan empat orang yang masih memegangi perutnya itu. Ia berlari dan menendang keras tulang kering salah satu dari mereka, hingga orang itu menjerit kesakitan.

Tersisa tiga orang, Zico pun menendang ketiganya tepat di dagu hingga mengeluarkan darah. Ketiganya jatuh bersimpuh memegangi dagunya yang terluka parah. Sementara Zico, ia berbalik dan melangkah ke arah mobilnya untuk bergegas pergi. Matanya menatap tajam seseorang yang menggedor-gedor kaca mobilnya.

Tidak tinggal diam, Zico pun melangkah cepat ke arah orang tersebut. Ia mengepalkan tangannya kencang, bersiap untuk meninju wajah pria itu. Namun hal tidak terduga terjadi, pria itu mengeluarkan pistol dari sakunya. Zico terbelalak saat melihat pistol itu diarahkan pada kaca mobilnya, ia pun berlari dengan cepat untuk menghentikannya.

Namun belum sampai Zico ke pria tersebut, suara pistol terdengar memekakkan telinganya. "SALLY!" teriak Zico setelah mendengar pistol itu berbunyi, detik selanjutnya pria itu kembali mengeluarkan peluru pistol tersebut hingga dua kali.

Suara teriakan Sally dari dalam mobil, membuat Zico semakin kalut. Begitu sampai di dekat mobilnya, Zico langsung memukul keras hidung pria itu. Tidak sampai di situ, Zico menyerang bertubi-tubi pria itu hingga tidak sadarkan diri dengan wajah penuh darah. Begitu menyelesaikan urusannya dengan pria itu, Zico berbalik memandang Sally dari balik kaca mobilnya yang sudah pecah.

"Sal, buka mobilnya!" perintah Zico.

Melihat Zico, Sally pun segera membuka pintu mobilnya dengan tangan yang masih gemetar. Begitu pintu mobilnya terbuka, Zico langsung membawanya ke dalam pelukan laki-laki itu. Tangis Sally yang sedari tadi ia tahan pun pecah begitu Zico memeluknya. Ia benar-benar takut, apalagi saat peluru pistol itu diarahkan padanya. Ia memang bisa menghindarinya, tetapi hatinya masih terkejut dan takut.

Zico mengusap kepala Sally lembut, ia mengerti ketakutan perempuan itu. Zico semakin mengeratkan pelukannya, tatkala merasakan bahu Sally bergetar. "Lo tenang ya, sekarang udah ada gue." Zico mencoba menenangkan Sally.

Sally menghapus air matanya, ia tidak bisa seperti ini sekarang. Mereka harus pergi secepatnya dari sini, ia melepaskan pelukan Zico dengan hati yang sudah lebih tenang.

"Kita harus pergi sekarang, Zico. Aku takut kalo temen mereka masih ada di sini," ucap Sally.

Zico mengangguk, ia pun menutup pintu mobil dan menyalakan mesin mobilnya. Setelahnya ia melajukan mobilnya menjauhi orang-orang yang masih tergeletak di sana. Sekarang isi pikirannya dipenuhi mengenai kejadian hari ini. Menurutnya orang-orang tadi bukan ingin merampoknya, hanya ingin mencelakainya dan Sally. Apa ada seseorang dibalik kejadian ini, kalau iya siapa?

Zico merasa ia tidak memiliki musuh, tetapi mungkin saja ada yang tidak suka padanya. Kejadian hari ini bisa saja terulang lagi, jika memang ada orang yang tidak suka padanya. Zico harus mencari tahu mengenai ini, ia tidak mau di kemudian hari ada korban. Ia akan menyelidikinya diam-diam untuk mencari tahu, kalau perlu ia akan membayar orang untuk menyelidikinya.

****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!