Bab 8-Bertemu Devian

Pagi ini udara seolah-olah udara terasa lebih segar dibanding biasanya, apa mungkin karena hari ini ia bisa lepas dari segala tuntutan Zico yang menyebalkan itu. Setidaknya Sally bisa merasa tenang dalam beberapa hari ke depan sampai hari pernikahannya tiba, karena urusannya dengan Zico sudah selesai semua.

Sedikit bosan, Sally pun memilih untuk keluar untuk jalan-jalan sekaligus mencari inspirasi. Ternyata hidup tanpa ada Zico, semenyenangkan ini ya. Sayangnya hari-hari tenangnya akan terlewati, karena ia harus menghadapi Zico setiap harinya setelah pernikahan. Maka dari itu sebelum itu terjadi, ia ingin menikmati dulu masa-masa tenang ini.

Sally mengenakan gamis berwarna hijau mint dengan jilbab yang senada. Ia padukan dengan sling bag putih, dan sepatu flatshoes putih. Sangat nyaman dilihat, ia sangat suka warna-warna kalem yang membuatnya jadi tampak lebih anggun.

Setelah dirasa siap, Sally pun keluar sembari menenteng tas laptopnya. Ia ingin melanjutkan novelnya, sekaligus mencari angin segar. Pasti hal itu akan membuatnya lebih fokus dalam menulis.

Ia sudah lama bekerja sama dengan salah satu penerbit yang menerbitkan karya-karyanya sebelumnya. Memang Sally sudah pernah menerbitkan karyanya beberapa kali, dan kali ini ia pun sedang proses menyelesaikan novelnya untuk nanti ia terbitkan kembali.

Sally menunggu ojek online yang sudah ia pesan di depan rumahnya, ia sengaja memilih untuk memesan mobil daripada motor. Karena ia lebih nyaman dan bisa duduk di mana saja tanpa khawatir posisinya terlalu dekat dengan sang pengemudi, layaknya jika naik motor. Ya walaupun jadinya lebih boros, terlebih Sally tidak terlalu lancar naik sepeda motor. Terakhir kali saat ia nekat menaiki motor, ia berakhir menabrak mobil Zico. Setelah itu Sally trauma naik motor lagi, ia tidak mau kembali membuat masalah lain saat menaiki motor.

Tidak butuh waktu lama akhirnya mobil yang dipesannya datang, tidak mau berlama-lama Sally langsung naik di bagian belakang kemudi. Kemudian mobil itu pun mulai meninggalkan rumahnya.

Hari ini ia berencana untuk pergi ke taman kota, banyaknya makanan dan suasananya yang sejuk membuatnya nyaman untuk berlama-lama di sana. Alhasil ia memilih untuk refreshing di taman sembari menulis ceritanya.

Dua puluh menit berlalu, tidak terasa mobil yang ditumpanginya pun berhenti di depan taman kota yang sudah ramai pengunjung. Setelah memberikan dua lembar uang, Sally langsung keluar dari mobil itu.

Seketika udara sejuk menerpanya, setelah turun dari mobil. Sally pun bergegas melangkah mencari tempat duduk yang sekiranya sejuk untuk ia singgahi. Di perjalanan itu, ia membeli minuman dan beberapa makanan sebelum akhirnya kembali mencari tempat duduk.

Setelah mencari-cari akhirnya ia menemukan kursi panjang yang ada di ujung taman, yang mana di atasnya terdapat penutupnya sehingga tampak lebih sejuk. Di hadapannya juga terdapat meja berukuran sedang, sangat pas untuk menaruh laptopnya di situ. Sally pun beranjak duduk di situ. Ia mulai membuka laptopnya dan menaruhnya di meja tersebut. Ia pun mulai hanyut dalam tulisan cerita yang dibuatnya, sambil sesekali memakan makanannya.

Sally tampak fokus dengan ceritanya, sampai ia mendengar sesuatu yang menarik perhatiannya. Ia menoleh ke arah sumber suara yang ia dengar, ternyata ia mendapati seorang laki-laki di seberangnya yang tengah berbincang di telepon.

"Penulis skenario? Yang kayak gimana nih yang lo mau?" tanya lelaki di seberangnya pada orang yang ada di telepon.

Lelaki itu tampak serius mendengarkan suara seseorang di telepon. "Oh oke, nanti kalo ketemu yang sesuai kriteria lo, gue kasih tau lo."

"Sama-sama, santai aja gak ngerepotin kok." Lelaki itu pun menutup teleponnya, setelah memastikan tidak ada lagi pembicaraan di antara keduanya.

Sally mendengarkan semua percakapan laki-laki di seberangnya, menurutnya ini adalah kesempatan besar yang sayang untuk dilewatkan. Tidak mau membuang kesempatan, Sally menutup laptopnya dan menghampiri lelaki tersebut.

"Assalamu'alaikum," ucap Sally setelah berada di hadapan laki-laki itu.

Laki-laki itu lantas menoleh, ia tersenyum ramah. "Wa'alaikumussalam, ada yang bisa saya bantu?" tanya laki-laki itu.

Sally bergeming sesaat, ia jadi salah fokus mendengar suara lelaki di depannya. Sangat lembut dan sopan, berbeda jauh dengan Zico. "Maaf karena saya lancang, tadi saya tidak sengaja mendengar kalau anda mencari penulis skenario?" tanya Sally berusaha sesopan mungkin.

Lelaki itu mengangguk, dan kembali tersenyum. "Iya, apa kamu tau atau ada kenalan orang yang bisa nulis skenario?"

"Kebetulan saya biasa menulis, bukan skenario sih. Hanya novel, tapi kalau boleh saya mau daftar. Saya bersedia kalau ikut tes terlebih dahulu," ujar Sally mencoba memberanikan diri.

Lelaki itu tampak berpikir sejenak, lalu ia kembali menatap Sally. "Boleh, nanti kamu kirim aja CV kamu sama portofolio ke saya. Nanti biar saya diskusikan sama temen saya," balas lelaki itu.

Sally tersenyum mendengarnya, ia akan membuat CV dan portofolio sebaik mungkin. Ia tidak akan melewatkan kesempatan besar yang ada di hadapannya, ini kesempatannya untuk bisa berkarir lebih jauh lagi. "Makasih banyak. Eh maaf, tapi saya kirimnya ke mana ya?" tanya Sally lagi.

Lelaki itu mengeluarkan kartu nama dari sakunya. "Kamu bisa kirim ke nomer yang ada di situ," jawab lelaki itu sembari memberikan kartu namanya pada Sally.

Sally terbelalak melihat kartu nama itu, ini adalah nama pengusaha besar yang sering ia dapati di majalah-majalah dan koran yang ia baca. "Ya Allah, ini beneran Devian Mahendra? Ya ampun ini gak lagi mimpi kan," ucap Sally sembari menepuk pipinya.

Devian tertawa melihat kelakuan Sally. "Iya, saya Devian. Kamu kenal saya?" tanya Devian penasaran.

"Gimana gak kenal, aku sering liat kamu di majalah, koran. Bahkan kamu juga pernah masuk tv kan buat wawancara tentang usaha kamu, aku liat semua beritanya." Sally mengatakan dengan menggebu-gebu, terkadang ia memang tidak bisa mengerem tingkahnya saat bertemu orang yang ia kagumi.

Devian terkekeh pelan, ia sendiri tidak menyangka ada yang mengaguminya. Padahal ia bukanlah seorang artis, seperti Zico. "Makasih udah liat berita tentang saya, ngomong-ngomong kita belum kenalan. Saya Devian," ucap Devian sembari tersenyum.

"Aku Sally," balas Sally ikut tersenyum.

"Kamu orangnya seru juga ternyata, nanti saya bakal rekomendasiin kamu ke temen saya. Semoga kamu bisa diterima ya," ujar Devian.

Sally tersenyum lebar, ia rasa ini adalah hari terbaik yang pernah ada. Sudah bertemu Devian yang biasanya hanya ia lihat di majalah, mendapat kesempatan untuk menjadi penulis skenario lagi. Sally tidak akan melupakan hari ini. "Aamiin, makasih banyak."

"Saya mau ngobrol banyak sama kamu, tapi sayangnya sekarang waktu saya lagi gak banyak." Devian tersenyum kecil.

Sally tertawa pelan, ia tahu jika Devian adalah orang yang sangat sibuk. Terlebih ia tahu usaha Devian banyak dan ada di mana-mana, karena itulah ia merasa beruntung bisa bertemu Devian di sini. "Gapapa, bisa ketemu aja udah seneng banget."

"Kalo gitu saya duluan ya, lain kali kita harus ketemu lagi," canda Devian.

Sally lagi-lagi tertawa, sangat jauh berbeda ketika ia sedang bersama Zico yang hanya bisa membuatnya kesal saja. "Iya, sekali lagi makasih ya udah mau repot-repot bantu."

Devian mengibaskan tangannya. "Enggak repot kok, lagian ini kan emang permintaan temen saya buat nyariin langsung. Oh iya maaf, tapi saya duluan ya, masih ada pekerjaan yang nungguin. Semoga kita bisa ketemu lagi lain kali," ucap Devian sembari berpamitan dan mengucapkan salam.

"Wa'alaikumussalam," balas Sally. Ia melihat punggung Devian dari belakang, yang kini sudah semakin menjauh. Setelah tidak terlihat lagi, Sally melompat kegirangan. Akhirnya ia bisa mempunyai kesempatan untuk melamar menjadi penulis skenario, plusnya ia bisa bertemu Devian. Ia berharap jika ia bisa diterima.

Tanpa Sally ketahui, Devian melihat Sally yang tengah melompat-lompat kegirangan. Lelaki itu terkekeh melihatnya, baru pertama kali ia bertemu perempuan seunik Sally. Devian pun kembali melanjutkan langkahnya menuju mobilnya yang terparkir di pinggir taman. Dalam hati ia berharap dapat bertemu kembali dengan Sally, walaupun ia tidak tahu kapan waktunya.

****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!