16. Threat

Di ruangan Letkol Prihantoro, Bambang duduk dengan kepala tertunduk. Tak berani menatap lawan bicaranya. Benak Bambang masih berkutat tentang bagaimana cara membalas perbuatan Laut.

“Bambang Bhaskoro ... putra sulung keluarga Bhaskoro,” ucap Letkol Prihantoro sambil membaca lembaran kertas pada mejanya. “Apa kau dibesarkan dengan dimanja?”

Bambang masih mengatup mulutnya, meski mendengar kata ’dimanja’ membuat darahnya naik, ia berusaha meredam itu. Selama ini memang siapa pun yang mendapat kabar kalau dirinya adalah satu-satunya anak dari keluarga Bhaskoro, pasti akan menganggap Bambang sangat dimanjakan setiap harinya. Nyatanya itu keliru.

Hendra Bhaskoro, Ayah Bambang adalah pria yang sangat keras dalam mendidik. Sejak awal kelahirannya Bambang telah digadang-gadang untuk menjadi penerus keluarga Bhaskoro yang memegang bisnis sampai ke kancah dunia. Hendra memaksa Bambang untuk lebih baik dari dirinya, dalam segala hal. Sebab itu, sejak kecil Bambang tidak memiliki kesempatan bermain. Waktunya hanya habis untuk belajar dan berlatih. Bahkan jam tidurnya setiap hari tidak lebih dari 5 jam.

Setiap kesalahan yang Bambang perbuat, baik sengaja maupun tidak, ia harus mendapatkan hukuman. Entah itu cambukan, pengucilan, pengurungan, atau apa pun. Bambang sama sekali tidak bisa menolak, ia tak bisa menentukan pilihan hidupnya sendiri. Bahkan saat Hendra mengetahui kalau anaknya dibuli, ia justru memarahi dan memukuli Bambang karena tidak bisa melawan.

“Kenapa tidak melawan mereka! Dasar anak bodoh!” bentak Hendra kala itu sambil memukul anaknya menggunakan rotan berulang kali. Tak memedulikan tangisan juga erangan dari Bambang.

Setelah itu, Hendra menyeret Bambang ke ruangan paling ujung lalu melemparnya ke dalam sambil berteriak, “Kau tidak dapat jatah makan sebelum menyelesaikan tugas malammu!” lalu mengunci pintu tersebut.

Bambang tidak bisa menjerit, sebab ia tahu kalau ayahnya akan memberi hukuman yang lebih buruk jika Bambang melakukan itu. Jadi, dengan kondisi yang sangat buruk, Bambang selalu memaksakan diri untuk menyelesaikan semua perintah ayahnya.

“Aku tahu, lahir dari keluarga yang sempurna tidak semenyenangkan yang orang kira. ... Dan orang seperti Hendra, mustahil melakukan itu pada anaknya,” Letkol Prihantoro menyambung kalimatnya.

Mendengar pria di hadapannya menyebut nama ayahnya, Bambang akhirnya menatap lawan bicaranya. “Kau ... kenal Ayah?” tanya Bambang.

“Kami satu angkatan. Aku tahu persis seperti apa ayahmu,” jawab Letkol Prihantoro.

Bola mata Bambang melebar. Mulutnya ingin sekali bertanya, “Bagaimana caranya membuat orang itu puas?” Namun sama sekali tak dapat ia lakukan.

“Aku memang tidak tahu apa saja yang sudah Hendra lakukan padamu, tapi ... itu tidak bisa jadi alasan kau berbuat hal mengerikan seperti itu,”

“Melempar penghapus adalah hal mengerikan? Lucu sekali,” ujar Bambang dengan nada jengkel.

“Fitnah. Kau menuduh orang lain yang melakukannya,” sahut Letkol Prihantoro cepat membuat mata Bambang tercekat. “Dengar ... ini bukan sekolah lain, ada CCTV di setiap sudut. Bahkan dari tempat yang sangat jauh,”

“Ma-maksudmu,” ucap Bambang tergagap.

Letkol Prihantoro melempar berkas ke hadapan Bambang. Segera anak berusia 16 tahun itu mengambilnya dan melihat apa yang ada di sana.

“Pembulian, ancaman, percobaan pembunuhan,” Letkol Prihantoro berkata dengan nada dingin. “Kami punya semua buktinya,”

Belum sempat melakukan pembelaan, Letkol Prihantoro menyambung omongannya, “Kau mungkin bisa menyelamatkan diri dengan membeli hukum bobrok di negara ini,” kata ia akhirnya. “Tapi bagaimana dengan temanmu? Kau akan menjualnya?” mata Letkol Prihantoro menatap tajam. Mulutnya kembali bergerak, “Seperti ayahmu?”

“A-apa maksudmu?” Bambang tersentak, bingung.

“Hendra punya dua orang teman setia sepertimu. Sikapnya tak jauh beda dengan apa yang kau lakukan selama ini,” Letkol Prihantoro menanggapi. “Dia sangat suka membuli orang lain tanpa alasan. Sampai indsiden itu,”

“Insiden apa?” tanya Bambang antusias.

“Hendra merusak motor temannya,”

Mendengar itu Bambang lagi-lagi melebarkan bola matanya. Benaknya berbisik, “Aku juga melakukan itu,”

“Kau tahu apa yang terjadi?”

Bambang menggeleng kepala ragu.

“Temannya masih selamat, sedangkan Ayah anak itu yang memakai motornya mengalami kecelakaan dan akhirnya meninggal,”

Mendengar itu tubuh Bambang menegap.

“Anak itu berusaha mencari keadilan. Sampai akhirnya menemukan rekaman CCTV. Tapi semuanya tidak berarti apa pun. Kakekmu, Ayah Hendra, berhasil menutupinya dengan semua uang yang ia punya,” Letkol Prihantoro sengaja menjeda kalimatnya untuk melihat bagaimana reaksi Bambang. “Anak itu tidak berhenti, ia membakar sekolah dan rumah kakekmu. Lalu membunuh salah satu teman ayahmu,”

Mulut Bambang terbuka. Ia sangat terkejut akan apa yang diceritakan gurunya. Dengan tergagap, ia memaksa bertanya, “Apa yang ayahku lakukan?”

“Dia menjualnya,” kata Letkol Prihantoro akhirnya. “Hendra menumpahkan segala kesalahan itu pada temannya. Dia beralasan kalau temannya memaksanya melakukan itu semua,”

Dada Bambang kembang-kempis, ia sama sekali tidak menyangka sekejam itu sikap ayahnya. “Apa yang terjadi selanjutnya?”

“Kau cukup tahu kalau di akhirnya, Hendra membayar orang untuk ... membunuh mereka berdua,”

Bambang tertunduk. Napasnya memburu udara.

Setelah memberi waktu beberapa saat Letkol Prihantoro kembali berkata, “Jadi ... apa kau akan seperti ayahmu?”

Bambang melihat mata pria di hadapannya dengan tatapan nanar. Hatinya mulai meratapi perbuatan yang telah ia lakukan selama ini.

“Apa pun yang akan kau lakukan, kami hanya mengamati,” ucap Letkol Prihantoro. “Tapi, ingat ini baik-baik, ... hukum kami tidak bisa dibayar dengan apa pun!”

Bambang memaksa menelan liurnya lalu mengangguk. Tatapannya kian menajam.

“Kau boleh pergi,”

Bambang beranjak dari duduknya lalu membungkuk badan. Ia keluar dari ruangan Letkol Prihantoro dengan perasaan membara. Hatinya lagi-lagi berbisik, “Ternyata sekuat itu uang di dunia ini. Aku akan menggunakannya lebih baik dari Ayah!”

Seperginya Bambang, Letkol Prihantoro mendekatkan ponselnya ke telinga sembari berkata, “Aku sudah melakukan seperti apa yang kau minta,”

“Kerja bagus.” ucap suara di seberang.

Pria yang sedari tadi mengarahkan moncong pistolnya dengan rekan-rekannya ke arah wanita dan seorang anak kecil tersenyum penuh kemenangan. Mereka menyimpan senjatanya lalu pergi dari rumah Letkol Prihantoro.

***

Di sebuah ruang yang megah, duduk dua orang pria yang saling berhadaan. Keduanya tengah menikmati hidangan mereka masing-masing yang sangat mewah. Salah satu pria bersetelan kantoran yang menjadi nomor satu di No Mercy baru saja menutup telepon saat bawahannya mengirim pesan, “성공 [8]”.

“Aku tidak menyangka ... kalian bisa membereskannya secepat ini,” ucap lawan bicaranya, Hendra Bhaskoro sambil menuang minuman di gelas pria itu.

“Polisi, tentara, pejabat ... semua orang punya kelemahan mereka masing-masing,” ucap pria tersebut dengan nada datarnya yang khas.

Hendra menganggukkan kepala dengan tawa kecil. Kemudian menyerahkan satu koper berisi uang, “Ini untuk bayarannya,”

Pria itu melirik ke arah tumpukan kertas bernilai di sana lalu menatap tajam pria di hadapannya.

“Apa ... ini kurang?” Hendra bertanya dengan tergagap.

“Ambil saja,” ucap pria itu membuat Hendra terkejut. “Aku punya permintaan untukmu,”

“Apa itu? Katakan saja!” kata Hendra semangat. “Akan kuberikan kalau aku memang bisa melakukannya,”

Pria itu melempar setumpuk kertas ke arah lawan bicaranya. Hendra menerima berkas yang diberikan oleh pria itu. Setelah membacanya, ia langsung menyetujui dengan isyarat.

Pria itu keluar ruangan tersebut dengan conisgliere yang langsung menyamakan langkah kaki dengannya.

 

Sukses (bahasa Korea).

Terpopuler

Comments

Kustri

Kustri

Hendra ketua mafia, buah jatuh tak jauh dr pohon'a, krn tumbuh'a dikebun bkn deket kali wkwkkk

2023-07-21

0

Penulis Noname

Penulis Noname

lanjut baca

2023-07-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!