Di dalam sebuah private room restoran, terlihat tiga orang yang tengah duduk bernapas sedangkan satu orang lain nya tengah berdiri di samping seorang pria.
"Bagaimana kabar nya?" Tanya seorang pria setengah baya menatap serius pria lain di depan nya.
"Dia baik-baik saja walau pun kemarin sempat membuat masalah" Jawab pria itu dengan wajah tanpa ekspresi.
"Huu,, syukurlah.." Kali ini seorang wanita yang duduk di samping pria setengah baya itu lah yang menyahut.
"Sampai kapan?" Tanya pria yang sebelum nya menjawab.
"Tunggu sampai dia mengetahui semua nya sendiri, baru setelah itu saya yang akan menjemput nya"
Pria berwajah tanpa ekspresi itu mengangguk. "Saya harus pergi sekarang" Ucap nya seraya berdiri.
"Baiklah, hati-hati"
Pria itu pun keluar di iringi dengan asisten nya yang sejak tadi berdiri di samping nya. Keluar dari private roon restoran itu dengan ekspresi yang kembali berubah.
"Apa saja jadwal ku hari ini?" Tanya pria itu.
"Anda tidak mempunyai jadwal di luar tuan, tetapi ada beberapa proposal yang harus anda tanda tangani"
"Hm, kita kembali ke perusahaan sekarang"
"Baik tuan"
...----------------...
Ana berjalan mondar-mandir di depan teras rumah nya, seraya mengigit telunjuk nya. Sebelah tangan Ana memegang handphone yang sedari tadi ia hidupkan namun kembali ia matikan.
"Telepon, jangan?" Tanya nya pada diri sendiri.
Sebenarnya sejak tadi Ana berniat menghubungi Luca untuk meminta izin karena diri nya ingin mencari pekerjaan. Ana tidak bisa terus diam seperti ini dan hanya mengandalkan gaji tak seberapa Luca untuk kebutuhan sehari-hari yang tak murah.
"Telepon?" Ana kembali menghidupkan handphone nya untuk ke sekian kali nya. Sampai akhirnya ibu jari itu menekan ikon kontak mencari nama Luca di urutan huruf L itu.
"Astaga bodoh! aku belum menyimpan nomor dia!" Seru Ana menepuk kening nya. "Ah sudah lah, dia juga tidak akan tau kalau aku pergi"
Ibu jari Ana menggeser asal layar handphone nya saking kesal pada diri nya sendiri. Sebelum kembali mematikan handphone nya, Ana melihat jam terlebih dahulu, tetapi ada hal lain yang membuat mata nya salah fokus.
"My husband?" Gumam Ana kaget. "Siapa ini? Seingat aku tidak pernah menyimpan nomor dengan nama seperti ini, terus ada bentuk hati nya pula" Monolog nya.
"Apa jangan-jangan ini nomor Luca?" Tebak nya. "Tapi bagaimana dia memasukkan nya? Dia 'kan tidak tau password handphone ku"
Ana di buat bertanya-tanya dengan nomor bernama 'My Husband' itu. Dengan rasa penasaran nya Ana pun duduk di kursi dan menelepon nomor tersebut.
Berdering selama beberapa saat hingga akhirnya panggilan itu terhubung, sengaja Ana tak bersuara namun orang di sebrang sana juga tak bersuara.
"Maaf seperti nya saya salah nomor" Ujar Ana mengigit bibir kesal.
Baru saja ia ingin mengakhiri panggilan itu, tiba-tiba saja seseorang di sebrang sana bersuara.
"Ada apa?"
Ana melotot mengenali suara bariton ini. "Luca?" Ujar nya kembali mendekatkan handphone ke telinga nya.
"Iya, saya suami mu dan tidak mungkin kamu salah tekan"
Ana terdiam mendengar ucapan Luca yang entah bisa di bilang benar atau tidak.
"Ada apa Ana? Saya harus bekerja kembali bekerja"
"Bagaimana kamu bisa menyimpan nomor mu di handphone ku huh?!" Tanya Ana mendengus kesal.
"Bisa, aku suami mu"
Jawaban di liar ekspetasi Luca berhasil membuat mulut Ana menganga sesaat hingga membuat Luca kembali bersuara.
"Jika tidak ada yang ingin kamu bicarakan aku tutup sekarang"
"Tunggu!" Sentak Ana yang di detik berikut nya berhedem pelan. "Aku mau pergi"
"Kemana?"
"Mencari kerja, aku--"
"Tidak, tetap di rumah jangan kemana-mana!"
Mata Ana mendelik kesal saat ucapan nya di potong begitu saja oleh Luca. "Dengarkan, aku--"
"Bekerja tugas seorang suami, istri hanya perlu mengurus rumah"
"Ck, kamu ini apa-apaan! Aku belum selesai bicara selalu di potong!" Decak sebal Ana semakin menjadi saat perkataan nya terus menerus di potong oleh Luca.
"Saya sudah tau kemana arah pembicaraan kamu dan sekali lagi, diam di rumah jangan kemana-mana!"
Nada bicara Luca kali ini terdengar begitu serius dan di dalam setiap kata-kata yang pria itu ucapkan terdapat ancaman bahaya membuat nyali Ana seketika menciut.
"Haishh, Baiklah-baiklah!" Dengus kesal Ana langsung mengakhiri panggilan nya sepihak tanpa menunggu Luca bersuara lagi.
Ingin sekali Ana membanting handphone nya di menit itu juga, namun wanita itu teringat akan kondisi keuangan nya dan berakhir hanya menghentakkan kaki nya beberapa kali saking kesal nya.
"Menyebalkan sekali pria itu!" Seru nya hampir berteriak. "Memang nya siapa dia berani memotong perkataan ku huh!" Lanjut nya.
Napas Ana memburu selama beberapa saat, hingga akhirnya wanita itu kembali mengoceh sebal.
"Dari mana dia tu password ku? Dan kapan dia memasukkan nomor nya? Dasar menyebalkan!" Rutuk nya yang kemudian masuk ke dalam rumah.
...----------------...
Cup!
"Hai babe.." Sapa Cila yang baru saja mengecup pipi Gio.
Sedangkan Gio yang awal nya sedang terfokus pada handphone, sempat kaget namun begitu melihat wajah Cila, pria itu langsung tersenyum.
"Maaf ya, pasti kamu nunggu aku kelamaan" Ujar Cila yang sudah duduk di hadapan Gio seraya menggenggam tangan pria itu.
"Gapapa kok, memang nya kamu dari mana?"
"Tadi aku sama Daddy habis ke agensi, kabar baik nya mulai besok ku sudah bisa melakukan pemotretan!" Jelas nya di iringi seruan bahagia.
"Pemotretan? Kamu jadi model?" Tanya Gio, senyum nya luntur di gantikan dengan tatapan lurus itu.
Cila mengangguk cepat. "Hum, dari dulu aku ingin menjadi model dan--"
"Kok ga bilang dulu sama aku?" Potong Gio.
"Bilang?" Ulang Cila mengernyit, di detik berikut nya wanita itu tertawa. "Aku sudah besar Gio, untuk apa bilang pada mu huh?" Ujarnya mencubit gemas pipi Gio.
Namun yang terjadi tangan nya malah di tahan oleh pria itu di ganti kan dengan genggaman yang cukup kuat.
"Kamu harus bilang terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu, aku kekasih mu!"
Mendengar nada bicara dan melihat ekspresi Gio seketika wanita itu teringat akan bagaimana sosok pria di depan nya melalui cerita Ana.
"I-iya, maafin aku 'ya. Aku lupa" Gugup Cila mengusap lengan Gio.
"Ini sudah ke tiga kali nya kamu lupa Cila!" Bentak tertahan Gio. Sungguh ia tidak suka jika kekasih nya tidak memberitahu nya tentang apa yang akan di lakukan wanita itu.
"Aku janji ini yang terakhir" Cila membujuk, mengusap rahang Gio dengan tangan yang sebelah nya.
Hingga beberapa saat kemudian akhirnya emosi pria itu mereda dan melepaskan tangan Cila dalam genggaman erat nya.
"Shh.." Ringis pelan Cila mengusap lengan nya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Yulis Tiana
pasti pria tadi bapaknya luca
2023-12-27
0