Brak!
Luca membuka kasar pintu kost nya membuat Ana yang ada di dalam nya terlonjak kaget.
"Astaga, bisa pelan.." Seru kaget Ana terhenti saat tiba-tiba Luca memeluk tubuh nya begitu erat.
"Tenang lah ada saya, jangan pikirkan ucapan mereka" Tutur lembut Luca dengan napas memburu.
Lain hal nya dengan napas Ana yang terasa tercekat, terlebih lagi setelah mendengar penuturan Luca.
"Tau dari mana?" Tanya Ana mendongak menatap wajah Luca.
Luca tak menjawab, pria itu malah menekan kepala Ana hingga menempel di dada nya dan tangan nya terus mengusap-usap surai serta punggung Ana.
Merasa pelukan hangat dan penuh rasa aman itu, air mata yang sejak di minimarket Ana tahan langsung menetes tanpa izin.
Ana terisak, padahal sebelum nya ia sudah benar-benar menjadi wanita tangguh yang tidak menangis mendapatkan hinaan dan perlakuan dari pria yang ia cintai dan sahabat-Nya.
Tak ada yang bersuara, yang terdengar hanya isak tangis Ana dan deru napas Luca yang terdengar begitu berat.
"Kamu tau dari mana?" Tanya Ana lagi seraya mengurai pelukan Luca.
Tidak langsung menjawab tetapi Luca membawa tubuh Ana untuk duduk di tepi kasur nya, kemudian pria itu menyeka sisa air mata Ana.
"Saya melihat nya di media sosial" Jawab jujur Luca.
Memang sebelum nya Luca mengetahui video dari salah satu teman nya yang sedang menonton video yang langsung viral itu.
Setelah mendengar ada suara Ana, Luca pun langsung menjelajahi media sosial milik nya yang tidak pernah ia buka demi mengetahui isi video itu.
Ana yang mendengar jawaban Luca pun langsung mengambil handphone nya, ingin melihat apa yang pria itu katakan.
Namun belum sempat menghidupkan nya tiba-tiba saja handphone Ana di rampas oleh Luca.
"Hei kembali.."
"Jangan melihat nya, cukup saya saja" Potong Luca merasa sakit hati membaca komentar-komentar para netizen.
Ana mengangguk mengerti, tentu itu sudah tau alasan Luca melarang nya untuk melihat video itu.
Mata Luca yang semula terfokus pada wajah Ana kini langsung mengedar menatap sekeliling nya yang sudah rapih di kemas.
"Ini kamu yang beresin?" Tanya Luca kaget.
Ana kembali mengangguk. "Memang nya ada orang lain, selain aku?" Tanya nya kembali.
Tatapan serta raut tak percaya langsung terlihat di wajah Luca saat mendengar perkataan Ana, bukan kah wanita di depan nya seorang model dan anak konglomerat? Lalu kenapa dia mau melakukan ini semua? Bukan kah biasa nya orang-orang seperti mereka hanya tau di manja? Pikir Luca.
Seakan tau isi pikiran Luca, Ana pun menyentil kening pria itu. "Aku ga semanja itu dan kalau bukan aku siapa lagi yang bantuin kamu?" Celetuk nya.
Luca mengedipkan beberapa kali kelopak mata nya, memperhatikan dengan seksama wajah wanita di depan nya.
Lain hal nya dengan Ana yang terkekeh gemas melihat ekspresi Luca seperti seorang bocah polos.
"Sudah ayo bantu aku yang lain nya, nanti jam empat sore lemari pesanan aku akan di kirim ke rumah kontrakan di sana" Terang Ana.
"Hanya lemari 'kan?" Tanya Luca menatap curiga wajah Ana.
"Iya hanya lemari" Jawab Ana seraya kembali membereskan beberapa barang-barang milik pria itu.
*
*
"Apa ini?" Luca bersedekap dada saat melihat mobil pengantar perabot itu menurunkan lemari serta meja makan berukuran sedang ke dalam rumah kontrakan nya, belum lagi dus-dus kecil yang seperti nya berisi kompor, piring, gelas dan sendok.
"Emm.. Tadi ada diskon jadi sekalian aku beli hehe" Jawab Ana cengengesan.
"Sudah saya bilang untuk menyimpang uang tabungan kamu, Ana!" Sentak Luca membuat mata Ana terpejam sesaat.
"Kenapa sih? Apa salah nya aku beli?" Tanya Ana. "Lagi pula ini semua untuk kebutuhan kita!" Lanjut nya kesal.
"Kamu mikir ga sih nanti ke depan nya gimana? Nanti kalau tiba-tiba kamu sakit dan saya tidak punya uang untuk berobat bagaimana?" Nada bicara Luca naik satu oktaf, entah kenapa ia kesal dengan Ana yang membeli meja makan tanpa izin dari nya.
Jelas-jelas semalam Ana sudah berjanji pada nya untuk hanya membeli lemari dan piring saja menggunakan uang simpanan nya.
"Kok kamu jadi emosi gini?!" Seru Ana berkaca. "Terserah aku dong mau beli apapun itu kan uang aku!" Lanjut nya dengan nada tak kalah tinggi.
"Oke fine, terserah kamu!" Luca berlalu keluar dari rumah kontrakan nya.
"Uang ku, milik ku, terserah aku mau belikan apa! Lagi pula kamu juga yang akan menikmati nya!" Teriak Ana menggebu melihat kepergian Luca yang entah kemana keluar dari rumah nya.
Ana menghentakkan kaki nya mengusap pinggir mata nya yang terasa berair. "Apaan sih, kok jadi cengeng!" Maki nya pada diri sendiri.
*
Luca menghela napa berkali-kali, mengatur emosi nya yang entah kenapa bisa meledak karena melihat perabotan itu.
Kini kaki nya terhenti tepat di depan pintu rumah pemilik kost nya setelah sebelum nya ia sempat mengambil beberapa barang yang di masukkan ke dalam tas di punggung nya.
Tokk.. Tokk.. Tokk..
Luca mengetuk pintu berwarna putih tersebut beberapa kali hingga akhirnya mendengar suara sahutan dari dalam sana.
Ceklek~
"Siapa.. Eh Luca" Ujar seorang wanita paruh baya yang membuka pintu itu.
"Madam.." Sapa sopan Luca, menunduk kan sesaat kepala nya.
"Ada apa Luc?" Tanya ibu pemilik kost tersebut yang sangat baik pada Luca.
"Saya ke sini ingin mengembalikan kunci sekaligus berpamitan pada madam" Ujar Luca menyerahkan kunci kost nya.
Wanita itu terdiam sesaat melihat kunci di tangan Luca sampai akhirnya ia menerima nya. "Kamu mau kemana? Sewa kamu belum habis lho"
"Madam pasti sudah mendengar nya dari Audy tentang saya yang sudah memiliki istri 'bukan?" Tanya Luca dengan senyum tipis nya.
"Ah itu, ternyata benar?"
Luca mengangguk. "Saya memutuskan untuk pindah" Jelas Luca seterang-terang nya.
Wanita itu mengangguk mengerti dan menepuk beberapa kali bahu Luca. "Selamat atas pernikahan kamu dan semoga bahagia" Ujar nya.
"Terima kasih madam, dan terima kasih atas semua nya terlebih lagi atas makanan yang Audy berikan untuk saya"
Wanita itu kembali mengangguk. "Nanti akan madam sampaikan, kebetulan Audy belum pulang"
"Baiklah, saya pamit madam" Luca membungkuk sopan, begitu menghargai wanita baik di depan nya.
Setelah nya Luca kembali melangkah kan kaki nya meninggalkan rumah itu menuju halte, tentu tujuan nya adalah menaiki bus untuk sampai ke kontrakan baru nya.
"Hei lihat, miris sekali hidup Ana"
"Hum betul, walaupun Ana salah tetapi kenapa mantan tunangan nya bisa menjalin hubungan dengan sahabat baik Ana"
"Jangan sampai kamu menusuk ku dari belakang seperti mereka berdua ya, Ra.."
"Cih, hal seperti itu hanya di lakukan oleh wanita sampah!"
Kedua perempuan yang duduk di hadapan Luca saling berpelukan hangat, melihat itu diam-diam Luca tersenyum.
"Ternyata tidak semua fans membenci mu, Na.." Batin Luca lega.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
epifania rendo
sabar anna
2023-12-29
0
Dwi Winarni Wina
sabar ya ana itu semua cobaan dan ujian buat km hrs kuat dan tegar...
2023-12-14
0