"Ini.. Tidak salah?" Ujar ragu Ana yang saat ini tengah berdiri di dalam sebuah ruangan yang menyatu dengan kamar mandi.
Bahkan ruangan yang berisi kasur dan lemari ini, jika di kalikan mungkin luas nya berbeda tiga kali lipat dengan luas kamar Ana sebelum nya.
"Selama ini saya tinggal sendiri, jadi kost ini cukup untuk saya tempati. Lagi pula biaya nya jauh lebih murah di bandingkan kontrakan" Jelas Luca seraya merapihkan beberapa barang-barang nya yang berserakan.
"Gak! aku gak mau tinggal di sini!" Seru Ana hendak berbalik ke luar.
Melihat Ana yang hendak keluar dengan cepat Luca menahan lengan wanita itu. "Jika kamu tidak betah, besok saya akan mencari kontrakan tapi untuk hari ini dan besok kita tinggal di sini oke?" Tawar nya mencoba bernegosiasi.
"Gak mau!" Tolak Ana menekan kata-kata nya seraya menghempaskan tangan Luca.
Setelah nya wanita itu kembali melangkah keluar dari ruangan sempit yang membuat napas nya sesak.
"Anastasya!" Panggil Luca dengan nada tinggi, kembali menarik lengan Ana hingga kali ini tubuh wanita itu membentur tubuh nya.
"Lepaskan!" Sentak Ana. "Aku akan tinggal sendiri di tempat yang lebih layak dan kita-"
"Stt.. Tutup mulut kamu, Ana. Bukan 'kah sebelum nya kamu sudah menerima saya?!" Desis Luca yang terlihat mulai geram seakan mengetahui kata apa yang selanjutnya Ana ucapkan.
"Kapan aku bicara seperti itu huh?" Balas Ana tak kala geram, mencoba melepaskan tangan Luca yang terus menahan lengan nya.
"Uang itu, kamu menangisi nya saat hendak di gunakan untuk membawa taxi 'bukan?"
Ana terkekeh mendengar penuturan pria di depan nya yang kini berstatus sebagai suami nya.
Melihat kekehan Ana dengan cepat Luca merampas tas Ana yang berisi handphone dan dua kartu atm milik wanita itu.
"Kembali kan!" Seru Ana kesal, mencoba merebut kembali tas nya yang berada di tangan Luca.
"Tidak, saya akan menyimpan tas ini dan saya berjanji setelah saya gajian kita akan pindah ke tempat yang lebih luas"
"Hei! Kamu tidak bisa seperti ini!" Protes Ana mengikuti langkah Luca yang kembali masuk ke dalam kost kecil itu.
*
"Sudah bisa tenang?" Tanya Luca menatap wajah tidak senang Ana yang saat ini tengah duduk di pinggir kasur kecil nya.
Sudah hampir setengah jam ini Ana terus meraung, bahkan kembali menangis meratapi nasib nya yang benar-benar di luar dugaan.
"Aku tidak mau tinggal di tempat sempit dan kumuh ini" Ujar Ana untuk kesekian kali nya seraya menyeka air mata nya.
Luca menghela napas mendengar kalimat yang lagi-lagi keluar dari mulut istri nya, kini pria itu pun berjongkok tepat di hadapan Ana dan meraih perlahan kedua tangan Ana untuk di genggam.
"Hanya untuk hari ini dan besok, saya sudah tidak punya uang lagi kalau mau pindah sekarang"
"Gunakan uang ku" Putus Ana menatap wajah Luca.
"Tidak, saya tidak bisa menggunakan uang kamu" Tolak Luca.
"Kenapa?" Tanya memberengut Ana.
"Nanti apa kata orang jika seorang suami menggunakan uang istri nya?"
Sesaat Ana terdiam menatap wajah Luca yang memiliki aura penuh ketenangan itu setelah mendengar perkataan pria itu.
"Aku tidak mau tinggal di sini" Ujar Ana setengah merengek sendu. "Gunakan saja uang ku untuk sekarang, lusa saat kamu gajian kamu bisa menganti nya" Lanjut nya dengan nada membujuk.
Baru kali ini seorang Anastasya Gates membujuk seorang pria, biasa nya saja para pria lah yang membujuk diri nya termasuk kekasih ralat, mantan kekasih nya Gio.
Luca menatap wajah berantakan karena tangis itu dengan begitu dalam. Melihat wajah cantik yang selama ini ia lihat di majalah atau pun pada billboard yang terpampang jelas di tengah jalan yang sedang mensponsori brand apapun itu.
"Baiklah kita cari sekarang, tapi sana cuci muka dulu" Putus Luca menyeka sisa air mata Ana.
Dengan semangat Ana mengangguk dan langsung bangun, berjalan menuju koper guna mencari sabun cuci muka nya.
Melihat itu Luca menghela napas pelan, diri nya sudah di buat shock sebelum nya saat melihat Ana memasukkan make up serta keperluan lain nya ke dalam koper yang hanya nya di luar kemampuan nya.
Sekarang isi pikiran nya di penuhi, 'bagaimana cara aku menghidupi nya? Bahkan harga make up nya saja setengah dari gaji ku sebulan, belum lagi body lotion, shampo, conditioner dan perlengkapan lain untuk tubuh nya yang mahal-mahal itu'
Saking larut nya dalam pikiran itu, Luca baru sadar bahwa sekarang di depan nya ada Ana yang sedang mengeringkan wajah nya dengan tissue.
"Cantik.." Gumam Luca membuat Ana seketika langsung menatap nya.
"Kenapa?" Tanya Ana kurang mendengar gumaman Luca.
"Ah, tidak.." Jawab tersadar Luca yang setelah nya langsung berdiri. "Saya mandi cuci muka dulu sebentar" Ucap nya canggung.
Ana mengangguk sebagai jawaban, wanita itu mengeluarkan sebuah botol serum dari tas make up nya.
Meneteskan beberapa tetes serum tersebut pada telapak tangan nya yang sudah pasti bersih, Ana pun menepuk-nepuk pelan wajah nya guna mengaplikasikan serum tersebut pada wajah nya.
"Untung kemarin aku baru saja memberi make up, jadi untuk sebulan ke depan aku akan tenang untuk masalah make up" Gumam nya.
"Sudah?" Tanya Ana saat melihat Luca keluar dari kamar mandi nya.
Luca mengangguk. "Saya punya sepeda, bagaimana kalau kita naik sepeda untuk menghemat biaya?" Tawar nya.
"Baiklah, sekalian aku ingin mencoba nya karena aku juga belum pernah naik sepeda"
Mendengar itu Luca menganga sesaat. "Berapa umur kamu?" Tanya nya heran.
"Dua puluh lima, kenapa?"
Luca menggeleng. "Hanya sedikit kaget saja di usia segini kamu belum pernah naik sepeda"
Ana terkekeh pelan, mood nya sudah membaik karena wangi dari serum yang menenangkan itu.
"Daddy dan Mommy selalu melarang ku untuk menggunakan kendaraan beroda dua, membawa mobil saja aku baru di izinkan ketika berumur dua puluh satu"
Luca speechless mendengar penuturan Ana, memang seperti ini rupanya anak orang kaya terlebih lagi Ana anak tunggal.
Namun yang membuat Luca tak habis pikir kenapa orang tua ana setega itu memutuskan hubungan mereka? Bukan kah Ana anak kesayangan mereka?
"Hah.. Sudah lah, ayo kita berangkat sekarang nanti keburu kemalaman" Desah Ana seraya berdiri.
Luca mengangguk pria itu berjalan dengan tas Ana yang berada di bahu sebelah kanan nya.
"Sini tas nya biar aku aja yang bawa" Pinta Ana merasa lucu melihat pria di depan nya memakai tas milik nya.
"Ga usah saya aja, nanti kamu kabur"
Tawa Ana lepas di detik berikut nya mendengar celetukan Luca.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Muhammad Abbas
8
2024-01-01
0
Dwi Winarni Wina
luca berusaha menghibur istrinya biar kesedihannya berkurang...
2023-12-14
1
Nurul Pky
sesakit apapun masih bisa tertawa
2023-12-07
0