Jam telah menunjukkan pukul delapan malam di dalam salah satu stand makanan yang berada di pinggir jalan saat ini Luca dan Ana tengah menyantap nasi goreng untuk mengganjal perut kosong mereka.
"Enak?" Tanya Luca menatap ekspresi Ana yang baru saja menyuap nasi goreng tersebut.
Ana mengunyah, mengecap rasa nasi goreng yang berada di mulut nya sebelum akhirnya kepala wanita itu mengangguk cepat.
"Enak! Ini lebih enak dari nasi goreng yang biasa aku makan di restoran!" Jawab nya penuh semangat.
Mendengar dan melihat itu sudut bibir Luca yang semula berkedut tegang, kini langsung tertarik membentuk senyum.
"Syukur lah, dan maafkan saya karena hanya bisa membawa mu makan di sini. Ini pun saya harus meminjam uang mu"
"Sudah lah, untuk uang makan selama kamu belum gajian kita bisa menggunakan uang ku terlebih dahulu"
Luca mengangguk. "Aku akan mengganti.."
"Tidak perlu, setidaknya tabungan ku cukup untuk beberapa bulan" Potong Ana mulai menikmati nasi goreng nya.
Luca terdiam sesaat, menatap wajah Ana yang tengah nikmati rasa dari nasi goreng tersebut seraya memperhatikan suasana sekitar yang cukup ramai.
"Terima.." Ucapan Luca terhenti begitu pendengaran nya menangkap suara seorang wanita yang menyebut nama istri-Nya.
"Hei, bukan kah itu Anastasya Gates?!" Pekik nya heboh membuat suapan Ana terhenti dan berganti dengan wajah nya yang menegang.
"Dimana?!" Sahut kompak beberapa orang wanita.
"Itu!" Wanita yang memekik itu menunjuk ke arah Ana.
"Astaga iya benar!"
Mendengar itu Ana langsung berdiri dan menarik tangan Luca untuk ikut berdiri juga. "Kita pergi sekarang!" Ucap nya terburu-buru mengambil tas nya.
Luca mengangguk, untung nya nasi goreng yang baru di makan setengah itu sudah di bayar.
Namun baru saja satu langkah, tiba-tiba para wanita itu sudah mengelilingi Ana dan Luca yang membuat wajah Ana yang semula terlihat panik kini berubah santai dan begitu profesional.
"Oh ini model yang mengharumkan nama negara kita tetapi kelakuan nya mirip jal*ng?" Cibir salah satu dari wanita itu.
"Tutup mulut anda, nona!" Tegur Luca tidak senang.
Mendengar perkataan Luca para wanita itu pun beralih menatap nya dan turun menatap tangan mereka yang saling menggenggam.
"Ah, memang tidak punya malu" Desah sinis salah satu nya lagi.
"Pria ini pasti yang terpergok di dalam kamar hotel itu bersama model jal*ng ini 'kan?"
"Anda.." Teguran Luca yang semakin memanas mendengar nya langsung terhenti saat merasakan tangan nya di genggam begitu erat dengan Ana.
Suasana semakin panas, beberapa orang mulai terhenti menyaksikan keributan itu bahkan ada yang merekam nya.
"Maaf nona-nona, tolong jaga bahasa kalian atau saya akan melaporkan nya pada pihak yang berwajib" Tegus tenang Ana yang langsung mendapat cemoohan dari wanita-wanita itu.
"Hahaha, pasti mau melaporkan nya lewat selangk*ngan 'kan?" Ejek nya.
"Atau jangan-jangan selama ini dia menjadi model terkenal karena selangk*ngan itu hahaha"
Mata Ana terpejam sesaat, menahan sakit dari cemoohan yang jauh lebih kejam dari pada saat Ana memulai karir nya.
Tidak ingin melihat Ana semakin tersakiti karena mendengar semua hinaan dan tuduhan itu, Luca pun menutup kedua telinga Ana dan menarik nya untuk menerobos kerumunan itu.
"Huuu,, Jal*ng memang cocok bersama pria miskin hahaha" Sorak mereka.
Air mata Ana menetes, mengalir begitu deras cobaan hidup nya hari ini tidak ada habis nya. Dengan langkah terburu-buru diri nya terus di tarik oleh Luca menuju tempat mereka menaruh sepeda nya.
"Stt,, tenang lah.." Bisik Luca melepas tangan nya dari kedua telinga Ana dan memeluk wanita itu begitu erat.
Ana tak bersuara yang ada hanya tangis, hidup glamor dan bergelimang harta serta pekerjaan yang menyenangkan hancur begitu saja, entah karena apa diri nya bisa melakukan itu bersama pria yang saat ini tengah memeluk nya.
Cukup lama Luca mencoba menenangkan Ana hingga akhirnya pria itu mulai mengurai pelukan Ana dan menyeka air mata nya.
"Sudah 'ya, kita pulang sekarang oke?" Ujar nya.
Ana mengangguk, sedangkan Luca yang mendapat anggukan itu langsung menuntun Ana untuk duduk di bagian depan sepeda nya.
"Siap?" Tanya Luca yang kembali mendapat anggukan dari Ana.
"Sepeda terbang!!" Seru pria itu mulai meng-goes sepeda nya dengan cukup kencang.
"Woaahh!!" Pekik heboh Ana merasa benar-benar terbang karena rambut dan tubuh nya terasa di tiup oleh angin.
Mudah sekali mengembalikan mood Ana dengan sepeda ini, pasal nya sejak tadi Ana begitu senang saat di bonceng oleh Luca.
"Ayo teriak, luapkan kemarahan kamu!" Titah Luca membuat Ana langsung menoleh kebelakang menatap wajah nya.
"Kenapa? Bukan kah cara seperti ini sering wanita lakukan jika sedang sedih?" Tanya Luca menatap sekilas wajah Ana yang kemudian kembali terfokus ke jalanan.
Ana tersenyum tipis, untuk pertama kali nya ia merasakan sesuatu di dalam hati nya yang tidak pernah ia rasakan saat bersama dengan Gio.
"Aaaaaa!!" Teriak Ana tiba-tiba membuat Luca tiba-tiba mengerem. "Astaga kenapa?" Tanya kaget.
"Kamu kenapa teriak?" Tanya kaget Luca.
Mendengar pertanyaan konyol Luca, Ana pun langsung menyentil kening pria itu di iringi decihan kesal nya.
"Tadi kamu yang nyuruh teriak!" Kesal nya.
"Oh iya, saya lupa" Kekeh Luca. "Setidaknya bilang dulu kalau mu teriak" Lanjut nya.
"Ck, ayo jalan lagi!"
Luca mengangguk dan kembali meng-goes sepeda nya dengan cukup kencang hingga rambut panjang Ana kembali tertiup angin.
"Aku mau teriak nih" Ujar Ana.
"Oke, silahkan"
Di detik berikut nya Ana pun berteriak begitu kuat yang untung nya jalan di sekitar tidak terlalu ramai.
Bukan hanya berteriak, wanita itu meluapkan segala yang ada di hati nya hingga kini perasaan nya benar-benar terasa lega.
"Sudah puas?" Tanya Luca begitu Ana tak lagi berteriak selama beberapa saat.
"Aku benci mereka semua! Mereka hanya menyanjung ku di saat aku berada di atas!!" Lanjut Ana berteriak.
"Mereka bukan pengemar setia ku, mereka percaya dengan berita sialan itu!!" Kali ini teriakan nya terdengar begitu kuat hingga telinga Luca berdenyut sakit.
"Sudah-sudah, nanti tenggorokan kamu sakit" Cegah Luca saat melihat bahu Ana naik seperti berancang-ancang untuk kembali berteriak.
Mendapat larangan itu Ana kembali berdecih kesal kemudian memukul lengan Luca. "Tadi nyuruh teriak, sekarang pas udh teriak-teriak di suruh berhenti"
"Bukan begitu, saya hanya takut tenggorokan mu sakit atau pita suara mu rusak jika terlalu banyak berteriak" Jelas Luca menatap helaian rambut Ana yang berterbangan menyentuh dada nya yang terbalut kaos hitam.
"Ya ya ya, terserah apa kata mu" Sahut malas Ana seraya memperhatikan sekitar nya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
R yuyun Saribanon
ana hatimu baik dan menghargai suami.. keren
2024-01-06
0
epifania rendo
lukas baik
2023-12-29
0
Has Meiliyani
ada kata istri- Nya, kalau Nya pakai huruf besar biasanya untuk menyebut nama Tuhan atau sang pencipta
2023-12-06
2