Luca melepaskan tautan bibir nya beberapa saat lalu ketika merasakan basah pada pipi nya. Kening nya dan kening Ana menyatu, kedua ibu jari nya pun terus mengusap-usap pipi basah itu.
"Saya suami kamu dan saya berhak menghapus semua foto yang membuat hati saya sakit" Ujar Luca berat setelah sekian lama terdiam.
Kelopak mata yang semula terpejam itu kini perlahan terbuka menampilkan binar berair nya. Mengunci netra coklat pekat milik Luca.
"Aku tidak suka jika barang-barang ku di sentuh tanpa izin dari ku, dan yang kamu lakukan benar-benar keterlaluan hikss.." Tutur bergetar Ana yang masih terisak.
"Saya hanya melakukan apa yang seharusnya di lakukan seorang suami pada umum nya" Sahut Luca tanpa rasa ragu.
"Aku tidak suka.." Gumam Ana mendorong dada Luca agar pria itu menjauh.
Namun yang terjadi Luca malah mengangkat tubuh Ana dan di dudukkan nya di meja dapur itu.
"Dengar" Luca menegang kedua pipi Ana, mengarahkan agar wanita itu menatap nya.
Kelopak mata Ana berkedip membuat sisa air mata mengalir membasahi pipi putih nya.
"Saya tidak suka melihat foto istri saya bersama pria lain dan saya tidak mau istri saya terus terjebak dalam masa lalu nya karena hanya saya yang boleh mengisi hati kamu mulai sekarang!" Ucap Luca penuh ketegasan.
"Setidaknya izin dulu pada ku atau biar aku yang menghapus nya sendiri" Sahut Ana.
"Itu akan memakan waktu yang lama, karena kamu belum bisa melepas pria yang sekarang sudah menjadi kekasih dari sahabat mu sendiri"
Ana terdiam tak menyahut lagi, mendengar penuturan terakhir Luca membuat Ana kembali mengingat pengkhianat itu.
"Mulai sekarang di hati kamu hanya ada saya!"
"Kamu tidak bisa memaksa seperti ini"
"Saya harus memaksa"
Setelah tiga kata yang Luca ucapkan sebelum kini yang terdengar hanya deru napas kedua nya yang saling beradu.
Sampai akhirnya Ana memutus tatapan itu seraya kembali mendorong tubuh Luca yang saat ini berdiri di antara paha nya yang terbuka.
"Aku mau masak" Ujar Ana hendak turun dari meja dapur tetapi Luca menahan nya.
"Ingat perkataan saya?" Tanya Luca dengan tatapan serius.
"Apa?" Tanya balik Ana masih dengan nada pelan nya.
"Di hati kamu hanya ada saya dan lupakan masa lalu mu entah tentang pria itu ataupun sahabat mu"
"Keluarga ku? Bagaimana tentang keluarga ku?" Tanya Ana penuh kepedihan.
Dari semua yang ia lalui belakangan ini, masalah dengan keluarga nya lah yang membuat Ana begitu sakit.
'Kamu bukan lagi keluarga Gates!"
Kata-kata penuh kemarahan, dan kekecewaan yang keluar dari mulut sang Mommy terus terngiang di kepala Ana. Setiap hari nya kata-kata itu seperti terus di ucapkan di samping telinga nya.
"Jangan lupakan mereka, mau bagaimana pun mereka lah yang telah membesarkan dan menyayangi mu" Ujar Luca setelah beberapa saat terdiam.
Mendengar ucapan Luca, Ana pun mengangguk dan tersenyum begitu tipis.
"Dan ingat, jangan lagi meninggikan suara mu di hadapan ku" Peringat Luca mengusap sisa air mata Ana.
"Lain kali izin terlebih dahulu sebelum menyentuh barang-barang ku"
"Akan saya lakukan" Jawab Luca yakin, karena semua yang menganggu hati nya telah ia selesaikan.
"Sudah, aku mau masak dulu" Ana kembali mendorong tubuh Luca yang kali ini tidak menahan nya melainkan menurunkan tubuh nya.
"Maafkan saya memecahkan satu gelas itu" Luca menatap ke arah pecahan gelas yang berhamburan di lantai karena ulah nya.
"Denda dua dolar!" Seru Ana menadahkan tangan kanan nya, bermaksud meminta uang yang baru saja ia ucapkan.
Namun bukan nya memberikan apa yang Ana mau, Luca malah menggenggam tangan itu kemudian membalik nya dan mengecup punggung tangan Ana.
Hal itu pun mampu membuat Ana membeku sesaat menatap wajah Luca dengan ekspresi kaget nya.
"Uang saya sudah jatuh ke tangan kamu semua, istri ku"
Blush~
Seketika saja pipi Ana memerah, namun di detik berikut nya saat melihat senyuman menggoda Luca, Ana pun berdehem.
"Bisa 'tidak bicara nya biasa saja?" Tanya Ana pura-pura kesal.
"Biasa bagaimana? Apa perkataan saya tidak biasa?"
"Maksud aku tuh, kamu bicara nya jangan saya-kamu terus. Coba aku dan kamu" Jelas Ana yang tak ingin terlihat seperti sedang membujuk Luca agar mengikuti perkataan nya.
"Baiklah karena ini permintaan istri ku jadi aku akan menuruti nya" Putus Luca mencubit gemas hidung Ana yang masih memerah akibat tangis nya.
"Ish aku tidak meminta ya!" Desis sebal Ana mendorong pelan tubuh Luca yang menghalangi langkah nya. "Cepat bereskan beling-beling itu dan aku akan memasak"
"Siap sayang.."
Cup!.
Mata Ana membulat sempurna saat mendengar ucapan Luca yang di iringi kecupan pada pipi nya.
"Dimana sapu dan tempat sampah nya?" Tanya Luca seraya menggulung lengan kemeja seragam nya yang belum sempat ia ganti karena pertengkaran sebelum nya.
"Ada di belakang pintu" Jawab Ana tergagap.
Mendengar itu Luca pun langsung melangkah menuju pintu guna mencari benda yang ia cari. Meninggalkan Ana yang kini malah memegang dada nya yang terasa berdebar begitu cepat.
"Astaga tidak Ana, jangan baper!" Peringat nya pada diri sendiri.
Walaupun mulut nya memperingati tetapi lain dengan bibir nya yang terus berkedut membentuk senyuman. Secepat ini kah dia melupakan Gio yang sudah bersama dengan nya selama bertahun-tahun dan mulai menerima Luca yang baru ia kenal karena kejadian menyakitkan itu?
Mengingat kejadian itu seketika senyum Ana luntur. "Aku harus mencari tau apa yang sebenarnya terjadi"
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Nurul Pky
Dia adalah orang tuan muda kaya yaitu luka
2023-12-07
1
azzalea
aku merasa Luca bukan orang biasa deh.... pasti ada rahasianya
2023-06-16
4