Chapter 6

Entah kenapa meski sudah mengetahui kenyataan yang paling menyakitkan untuk seorang istri dimana suaminya berselingkuh dan memiliki seorang anak dengan selingkuhannya, Mira tidak sedikitpun merasa sakit hati.

Sepertinya memang benar, hati dan perasaannya sudah benar-benar mati untuk pria yang menjadi suaminya itu.

Setelah mengetahui semuanya, Mira berganti menyuruh Adnan untuk mencari semua hal yang berkaitan dengan Arumita.

Perempuan itu bahkan memerintahkan tangan kanannya itu untuk mendapatkan wanita itu dalam keadaan hidup.

"Baiklah, aku akan buat sedikit perhitungan untukmu Arnold. Tunggu sebentar lagi!" gumam Mira dengan meremas ponselnya serta seringai menakutkan yang terlihat di bibirnya.

Ceklek.

Mira bergegas menaruh kembali ponselnya di tempat persembunyian saat mendengar suara pintu yang terbuka, dia lalu menolehkan kepalanya dan menemukan suaminya sedang berdiri di tengah-tengah pintu sambil menggendong anaknya.

"Mir, mas capek sekali. Boleh gantikan mas menggendong Rion?" ucap Arnold.

Ya, saking cintanya dia dengan anak itu. Arnold bahkan sampai mengambil cuti dari kantornya demi bisa merawat bayinya.

Setidaknya dia akan dirumah ini satu minggu lagi sebab dia telah mengambil cuti selama dua minggu.

Mira tetap mengeluarkan senyuman manisnya saat netranya bertemu pandang dengan Arnold, bersikap seakan dia tidak tahu apapun.

"Tentu saja mas, ayo berikan bayi tampan itu padaku." jawab Mira yang terus menampilkan wajah penuh senyum itu sambil mengulurkan tangannya.

Meminta sang suami memberikan bayi itu ke tangannya.

"Terimakasih Mir."

Arnold langsung menyerahkan Arion ke tangan istrinya dan segera berjalan menuju ranjang lalu berbaring di atasnya.

Tidak butuh waktu lama untuk Arnold tertidur, sepertinya pria itu benar-benar sangat lelah mengurus Rion setengah hari ini.

Ya, sejak lagi tadi Arnold lah yang menjaga Rion sebab Mira sudah pasti disibukkan dengan urusan rumah.

Memasak, membersihkan seluruh isi rumah, mencuci dan masih banyak lagi.

Setelah suaminya benar-benar tidur, Mira yang awalnya menatap Rion dengan gemas dan sesekali bercanda dengan bayi itu pun seketika berubah menatap Arion dengan tatapan tajam.

Melihat bayi dalam gendongannya mengingatkan dirinya akan penghianatan sang suami sampai akhirnya dia ada.

'Jujur saja, aku sebenarnya sangat ingin melenyapkan kamu sayang. Tapi rasanya kurang pantas jika kamu yang tidak bersalah sedikitpun justru mendapatkan akibat yang paling mengerikan atas perbuatan orang tuamu.' batin Mira.

Dirinya merasa tidak setega itu menghilangkan nyawa bayi dalam gendongannya yang masih berusia hitungan hari.

Baginya bukankah lebih menyenangkan jika kelak anak itu mengetahui semuanya sendiri saat dia beranjak dewasa?

Bukankah akan lebih menyenangkan melihat anak itu tumbuh dengan perasaan benci pada sosok ibu yang telah membuangnya?

Atau tumbuh dengan rasa tidak diinginkan?

Setelahnya Mira menggendong sebentar bayi itu hingga dia tidak lama kemudian tertidur.

Sepertinya Arnold baru saja memberikannya susu sehingga membuat Arion mengantuk dan akhirnya tertidur.

Mira lalu memandangi wajah bayi laki-laki yang ada di atas ranjang tempat tidurnya tepat disebelah Arnold yang berbaring dengan tatapan tajam dan datar miliknya.

Dia baru menyadari jika anak itu sangat mirip dengan suaminya.

Dimulai dari bentuk matanya, hidung, bentuk bibir dan juga warna kulitnya.

'Akh, aku akan mengingat bayi ini sebagai bukti jika aku pernah berniat meninggalkan duniaku sendiri dan dan hidup bahagia dengan rumah tanggaku tapi pada akhirnya dikhianati suamiku!' batin Mira.

Mulai saat itu juga Mira bertekad dalam hatinya untuk tidak lagi menurut dan menghormati Arnold dan keluarganya seperti sebelumnya.

Dia berjanji akan melawan dan bersikap seperti dirinya sendiri.

Oek

Oek

Oek

Suara tangis Arion menggema pagi ini, entah kenapa meski Mira sudah menggendongnya dan mengayunkan pelan tubuhnya, bayi itu tetap saja menangis.

Mungkin bayi itu tidak nyaman dengan dekapan Mira sebagai ibu tirinya, atau dia merindukan dekapan ibu kandungnya?

"Aduh Mira! Kamu itu bisa ngurus bayi nggak sih!"

"Dari tadi nangis mulu, masa cuma ngurusin begitu aja nggak becus sih!"

"Pantes belum dikasih anak!" cerocos Ning di samping Mira yang tengah berusaha mendiamkan Arion dalam gendongannya.

'Aku belum dikasih anak karena aku pakai KB kali bu, cuma kalian nggak tahu aja!' batin Mira.

Usai mengatakan ucapannya, Ning kembali berlalu menuju kamarnya dengan membanting pintu.

Sontak saja perbuatan itu membuat Arion dalam gendongannya semakin histeris karena ketakutan mendengar gebrakan pintu ibu mertuanya.

Lima belas menit setelahnya perempuan paruh baya itu kembali terlihat berjalan ke arah Mira dan Arion dengan muka garangnya.

Memang saat itu Arion masih menangis keras sehingga membuat Ning merasa terganggu dan juga emosi.

"Hey, diemin itu anakmu! Berisik tahu!" sentak Ning di samping Mira.

Lagi-lagi bukannya membuat Arion tenang, apa yang dilakukan oleh Ning justru membuat tangisan Arion lebih keras dari sebelumnya.

Wajar saja, Ning membentak Mira tepat di samping Arion.

Sudah pasti bayi itu ketakutan juga merasa terkejut sehingga membuat tangisnya semakin keras.

Mira yang sudah mulai kesal dengan tingkah mertuanya itu memutuskan memberikan Arion pada Ning dan kemudian berkata,

"Nih, ibu diemin aja sendiri. Aku capek!"

Gegas Mira melangkah pergi dari hadapan Ning yang menatap tidak percaya dengan apa yang dilakukan oleh menantunya, bahkan mulut Ning sampai terbuka lebar saking tidak percayanya.

"Heh, jangan kurang ajar kamu ya!" serunya ketika tersadar dengan apa yang dilakukan oleh Mira.

"Kenapa bu? Kan itu anaknya mas Arnold."

Mira menjawab perkataan ibu mertuanya tanpa sedikitpun menoleh ataupun berhenti sejenak, wanita itu terus saja berjalan dengan percaya diri meninggalkan Kemuning dengan bibir yang tak berhenti mengumpat.

Tanpa Mira tahu Arnold melihat apa yang dia lakukan terhadap Rio dan dan juga ibunya dengan tatapan tidak percaya.

Yah, pria itu tidak percaya dengan apa yang dilakukan istrinya itu.

Sebab selama ini Mira memang selalu bersikap patuh dan hormat pada apapun yang dikatakan oleh dirinya dan juga ibunya.

Tidak pernah membantah sekalipun hatinya benar-benar ingin memberontak.

Tapi hari ini, didepan matanya sendiri dia melihat sikap yang tidak pernah dilakukan oleh Mira pada ibunya.

Gegas Arnold membawa langkahnya menyusul sang istri yang berjalan menuju halaman belakang, disana memang tersedia sebuah gazebo kecil yang menghadap ke arah danau buatan dengan taman bunga di sebelahnya.

Sangat cocok untuk menenangkan diri dan pikiran yang sedang kalut.

"Kenapa kamu bersikap seperti itu pada ibu, Mira! Ingatlah jika dia juga ibumu." ucap Arnold tepat di belakang Mira.

"Kenapa?"

"Apa kamu keberatan mas?" jawab Mira bertanya.

"Tentu saja aku keberatan Mira! Sikapmu itu mencerminkan kalau kamu sama sekali tidak menghargai ibuku!"

Tidak ada lagi raut wajah takut mendengar bentakan Arnold padanya seperti yang biasa dia tunjukan, kini Mira justru mengangkat satu sudut bibirnya dalam menanggapi ucapan suaminya dan lalu berkata,

"Lalu kenapa? Bukannya selama ini kamu oke-oke saja kalau ibumu bersikap buruk pada istrimu?"

"Seharusnya kamu juga tidak keberatan dong kalau aku mengembalikan semua itu pada ibumu juga?"

Terpopuler

Comments

Miftahur Rahmi23

Miftahur Rahmi23

melawannya cuma didalam hati doang. sesekali skatmat dong

2025-03-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!