Tidak lama setelah Arnold pergi, seorang wanita dengan pakaian sederhana yang dikenakan olehnya terlihat turun dari sebuah mobil mewah yang terparkir tidak jauh dari rumah pria itu.
Ya, wanita itu adalah Mira!
Dia sengaja kembali ke rumah itu setelah suaminya pergi karena dia tidak ingin mendengar celotehan panjang dari mulut laki-laki yang bergelar suami itu, walaupun semuanya akan tetap sama saja ketika nanti Arnold sudah kembali ke rumah lagi.
Sejak tadi pun sebenarnya wanita itu sudah berada di sana, bahkan dia juga sebenarnya melihat saat mobil milik Arnold pergi meninggalkan rumah itu.
'Lihat saja, aku tidak akan pernah melepaskan kalian semua ... Pembalasan dariku baru akan dimulai sekarang,' batinnya.
Langkah kakinya dengan pelan membawa Mira mendekat ke arah rumah suaminya berada, tidak ada sedikitpun keraguan di dalam hatinya, meski dia tahu setelah ini pasti tidak akan ada yang baik-baik saja. Terlebih untuk Ning yang sudah pasti akan mengeluarkan banyak kalimat yang tidak enak didengar, akan tetapi Mira tidak peduli dengan semua itu.
Dia merasa dirinya hanya ingin pulang karena statusnya masih istri dari Arnold, itu saja. Selain itu, dia sama sekali tidak peduli apa dan bagaimana mertuanya itu akan bersikap kepadanya. Tidak perlu didengarkan, pikir wanita itu.
Krieeet ....
Pandangan yang saat itu sedang memangku Arion sontak langsung tertuju pada pintu rumah saat dia mendengar suara pintu yang terbuka, disusul dengan kemunculan Mira. seseorang yang sejak tadi dia nantikan kehadirannya.
Ya, apalagi alasannya jika bukan karena agar ada yang menggantikan dia untuk merawat Arion?
"Dari mana saja kamu, Mira?! Dasar menantu dan istri tidak tahu diri, seharusnya kamu itu di rumah merawat anak dan suamimu dengan baik. Tapi kamu malah keluyuran begitu, apa yang bisa diharapkan dari dirimu, huh?!" sarkas Ning bersama dengan tatapan mata sinis yang terarah kepada Mira, seolah dia sedang menunjukkan betapa dirinya sangat tidak suka dengan menantunya itu.
"Ya nggak apa-apa dong, Bu! Lagi pula, menantumu ini juga butuh hiburan di luar sana. Kalau di rumah terus nanti yang ada menantumu ini stres lama-lama," celetuk Mira dengan begitu santainya, tapi, sontak membuat Ning yang mendengar langsung membulatkan kedua matanya. Terkejut dengan perkataan Mira yang bahkan tidak pernah dia dengar sebelumnya, wajar saja, semua karena selama ini Mira sangat jarang bahkan tidak pernah membantah perkataan Ning sehingga ketika perempuan itu membalasnya, maka wanita itu akan merasa sangat terkejut.
"Sudahlah, Bu! Aku capek dan ingin istirahat terlebih dahulu, tolong jangan ganggu aku ya, Bu." ucap Mira, lagi.
Kali ini berhasil membuat Ning jauh lebih terkejut daripada sebelumnya, sebab secara terang-terangan Mira sudah berani menunjukkan perlawanan kepadanya.
"Eh, enak saja kamu mau istirahat! Rumah saja kotor begini, cepat sana ke dapur dan siapkan makan, jangan lupa juga bersihkan rumah ini ... Capek sekali mataku melihatnya," Ning bersedekap dada sambil memandang Mira dengan tatapan tajamnya, seakan dia sedang menunjukkan ancaman kepada menantunya itu agar dia tidak berani-berani melawannya.
"Ck, nanti saja lah, Bu! Tapi, kalau Ibu maunya sekarang, ya sudah kerjakan saja sendiri."
Tak ingin mendengar perkataan ibu mertua lebih lanjut, Mira dengan segera melangkahkan kakinya menuju ke kamar lain yang ada di rumah itu. Tidak ingin pergi ke kamarnya sendiri karena dia tahu bayi Arion pasti ada di dalam sana.
"Kurang ajar, awas saja kamu, Mira! Nanti kalau Arnold pulang, aku pasti akan mengadukan apa yang kamu lakukan ini dan aku akan memastikan Arnold memberikan kamu pelajaran yang setimpal karena sudah berani melawanku!" pekik Ning dengan penuh amarah.
Tanpa dia sadari kalau perbuatannya itu justru malah membangunkan Arion yang sedang tidur hingga membuat bayi itu menangis keras, terkejut oleh teriakan neneknya sendiri.
'Hahaha, rasakan saja itu, ibu mertuaku tersayang! Salah sendiri bersikap begitu bodoh,' batin Mira, sedangkan salah satu sudut bibirnya tersenyum sinis ketika melihat apa yang dilakukan ibu mertuanya dan apa akibat yang harus ditanggung oleh wanita itu sendiri.
Sementara Ning sendiri tidak memiliki pilihan lain selain mendatangi kamar Arion, mengambil bayi itu dan menggendongnya dengan sedikit menggoyang-goyangkan badannya untuk membuat Arion terdiam.
Namun sayangnya bayi iyh sama sekali tidak bisa diam dan justru malah semakin menangis kencang.
"Dasar bayi sialan! Diamlah, atau aku akan membiarkan kamu menangis terus di dalam kamar itu sendirian, huh!" desis Ning di samping telinga bayi Arion.
Wanita itu merasa dirinya seperti hampir kehilangan akal sehatnya saat mendengar suara tangisan bayi itu terus-menerus, dia baru saja hendak beristirahat setelah sekian lama berusaha mendiamkan Arion. Tapi dengan begitu cepatnya bayi itu kembali menangis lagi.
Anehnya, bayi Arion tidak juga berhenti menangis dan malah semakin menjerit-jerit ketakutan. Tampak jelas jika dia merasa tidak nyaman berada dalam gendongan neneknya.
'Ah, padahal dia adalah nenek kandungnya sendiri. Tapi kenapa bayi itu tetap saja menangis seperti itu,' gumam Mira yang masih fokus mendengarkan suara di luar kamar.
Sampai kemudian, tiba-tiba seseorang datang dan mengetuk pintu kamarnya. Mira tahu orang itu adalah ibu mertuanya, terbukti dengan suara tangisan Arion yang terasa berada di depan pintu kamar tersebut.
"Mira, tolonglah tenangkan Arion dulu sebentar ... Ibu benar-benar sangat lelah, sejak tadi belum beristirahat sama sekali," ucapan Ning terdengar di telinga Mira.
"Tidak mau, Bu! Aku juga capek baru pulang, lagi pula, bayi itu kan juga anak Mas Arnold, cucu Ibu sendiri ... Lalu kenapa Ibu keberatan mengurusnya," sahut Mira.
"Tapi Ibu benar-benar sudah lelah mengurus bayi ini sejam pagi, Mira ... Ibu belum istirahat sama sekali," Ning terus bersikeras untuk membujuk Mira agar dia bersedia untuk menggantikannya mendiamkan Arion, wanita paruh baya itu sungguh merasa sudah tidak kuat lagi untuk mengurus bayi yang sedang menangis itu. Bahkan jika dibiarkan lebih lama, mungkin Ning akan terbawa amarah dan malah melakukan sesuatu yang buruk pada bayi itu.
Sementara itu, Mira sendiri tampak diam sambil memikirkan sesuatu. Hingga pada akhirnya dia membuka pintu dan berkata,
"Baiklah, aku mau menggantikan Ibu mengurus bayi itu. Tapi dengan satu syarat,"
"Katakan saja syarat apa yang kamu mau, Mira!"
"Aku tidak ingin lagi mengerjakan pekerjaan rumah, silahkan Ibu atau anak perempuan Ibu yang mengerjakannya," kata Mira yang dalam sekejap langsung membuat Ning membulatkan kedua matanya.
"Bagaimana bisa seperti itu, Mira?! Semua sudah menjadi tugasmu sebagai seorang istri, enak saja kamu tidak mah mengerjakannya."
"Ya sudah kalau Ibu tidak mau, aku juga tidak akan mau mengurus anak itu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments