"Kenapa kamu berubah seperti itu, Mira? Aku tahu kamu begitu lelah mengurus Arion, tetapi kenapa kamu sampai berubah begitu besar dan bahkan sampai berani kepada ibuku?" Arnold mengubah ekspresi wajahnya menjadi penuh kesedihan di depan Mira, berharap dengan demikian istrinya itu akan luluh dan kembali seperti semula
Akan tetapi semua ternyata tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan oleh Arnold, sebab Mira yang sekarang sudah bukan lagi Mira yang dulu, rasa cinta yang masih tersisa secuil di dalam hatinya kini benar-benar telah lenyap usai menyadari bahwa suaminya ternyata tidak pernah berniat untuk berubah sedikitpun semi dirinya.
Bahkan Arnold sampai mengkhianati cinta dan pernikahan mereka hingga memiliki seorang anak dari wanita lain yang tidak diketahui siapa dirinya.
"Tidak apa, sekarang aku memang belum tahu siapa perempuan yang menjadi ibu dari bayi itu. Tapi tenang saja, aku bisa mencari tahu semuanya dalam waktu singkat. Aku juga akan memberikan pelajaran kepada wanita itu oleh karena dia berani bermain-main denganku," batin Amira dengan pikirannya.
"Mira, kenapa kamu diam saja?! Jawab perkataanku, Amira!"
"Sekarang juga aku ingin kamu meminta maaf kepada ibu dan mengambil alih Arion lagi, kasihan Ibu ... Dia sudah tua dan sudah waktunya beristirahat dengan nyaman, kenapa malah kamu bebani dia untuk mengurus Arion?!" ucap Arnold sambil mencengkeram kedua pundak Mira dengan kencang, membalikkan tubuh wanita itu hingga saling berhadapan dengan dirinya.
"Kenapa bukan kamu saja yang mengambil alih urusan bayi itu, Mas?! Bukankah kah ayahnya," sahut Mira dengan seringai tipis di bibirnya.
Degh!
'Apa maksud Mira bicara seperti itu? Dia tidak mungkin tahu kan kalau Arion memang anak kandungku,' gumam Arnold bertanya-tanya dalam hatinya.
"Kenapa kamu terkejut begitu, Mas?! Apa benar yang aku katakan ini, jangan-jangan bayi itu memang adalah anak kandungmu bersama perempuan lain." Mira terkekeh pelan setelah selesai mengatakan kalimat tersebut, seakan merasa lucu dengan ekspresi yang berikan oleh Arnold sesat setelah mendengar kata-katanya.
"Jaga bicaramu, Mira! Aku bukan seorang pria seperti itu, lagi pula istriku itu kan kamu, lalu bagaimana bisa aku memiliki anak dari perempuan lain!" Suara Arnold terdengar biasa saja di telinga, padahal jauh dalam lubuk hatinya, Arnold benar-benar merasa panik dan khawatir, takut kalau-kalau sebenarnya Mira sudah mengetahui yang sebenarnya terjadi di belakangnya selama ini.
'Ah, untuk apa aku takut dan berpikir seperti itu? Lagi pula selama ini Mira kan tidak pernah pergi kemanapun, ponsel juga dia tidak punya dan tidak bisa menggunakannya, lalu untuk apa aku menaruh curiga dengan sikapnya kali ini. Dasar bodoh!' umpat Arnold dalam pikirannya sendiri.
"Ya, siapa tahu saja kamu sudah tidak sabar memiliki seorang anak sehingga membuatmu memilih untuk mendapatkannya meski dari wanita lain, tidak peduli kalau sampai benar-benar anak itu tumbuh di dalam rahim seorang perempuan maka anak itu akan menjadi anak .... Haram!" Tiba-tiba saja Mira menoleh dan menatap Arnold dengan tatapan datarnya, membuang Arnold yang berada di sana tersentak kaget sebab dia tidak pernah melihat Mira bersikap demikian.
Entah kenapa Arnold merasa saat ini Mira berubah menjadi seseorang yang tidak dia kenal, Mira berubah menjadi pribadi yang jauh lebih tegas dan bisa berubah-ubah dalam waktu singkat.
Mira seperti memiliki kepribadian ganda yang baru dia tunjukkan saat ini kepadanya!
"Sudahlah, jangan terlalu serius begitu, Mas! Aku mau masuk dulu, tubuhku capek dan aku ingin beristirahat. Tolong beritahu kepada ibumu agar tidak menggangguku sementara waktu dan menggantikan aku mengurus rumah dan anak itu, kamu tahu kan apa maksudku, Mas?!"
Tanpa menunggu jawaban yang keluar dari mulut Arnold, Nira sudah lebih dulu melangkah pergi memasuki rumah kembali dengan seringai simpul di bibirnya.
"Eh, Mira! Bagaimana kalau ibu sampai kelelahan karena mengurus Arion," ucap Arnold, akan tetapi semua sudah terlambat karena Mira sudah lebih dulu masuk ke dalam dan tidak lagi terlihat punggung tubuhnya.
"Wanita itu, kenapa berubah begitu cepat seperti itu? Aku merasa dia seperti bukan lagi Mira yang dulu pernah aku kenal, atau jangan-jangan sebenarnya Mira sudah mengetahui perselingkuhanku dengan ibu dari Arion?" gumam Arnold dalam diamnya, akan tetapi pemikiran itu langsung diputuskan begitu saja karena dia sangat yakin kalau Mira tidak mungkin mengetahui tentang perselingkuhan yang dia lakukan.
Arnold berpikir Mira tidak akan pernah mengetahuinya karena dia sudah melakukan semuanya dengan rapih, bahkan tidak meninggalkan jejak sedikitpun.
Lagi pula istri bodohnya itu bagaimana bisa mengetahui perselingkuhan yang secara diam-diam dia lakukan, dalam pandangan Arnold, Mira hanyalah seorang wanita yang tidak berpendidikan dan lemah.
Selain itu, Mira juga adalah seorang wanita yang tidak memiliki koneksi dan pengetahuan tentang sosial media, lantas bagaimana caranya Mira mengetahui semua itu?
Padahal yang sebenarnya terjadi sangat jauh berbanding terbalik dengan apa yang dia ketahui, nyatanya Mira bahkan jauh lebih mahir menggunakan teknologi untuk mengalahkan musuh-musuhnya, hanya saja dia berhasil menyembunyikan semuanya di depan banyak orang, termasuk suaminya sendiri.
"Sudahlah, lebih baik aku segera pergi dan menyusul Mira. Sedikit bujukan mungkin akan membuatnya kembali luluh dan mau merawat kembali bayi Arion," pikir Arnold. Dengan penuh percaya diri, pria itu melangkah masuk ke dalam rumahnya lagi dan berjalan menuju ke arah kamar. Tetapi saat dia hendak membuka pintu kamar itu, Arnold baru sadar kalau ternyata pintu kamarnya terkunci.
Ah, lebih tepatnya dikunci dari dalam dan pelakunya sudah pasti istrinya sendiri!
Tok ... Tok ... Tok
"Mira, buka pintunya, Sayang! Mas mau bicara sesuatu kepadamu," ucap Arnold di depan pintu kamarnya, namun meski sudah berulangkali dia mengetuk pintu di depannya itu dan memanggil nama Mira, sosok sang istri tidak juga menyahuti ucapannya sama sekali.
"Mira, kenapa kamu diam saja?! Buka pintunya, Mira." Arnold kembali mengetuk pintu kamar tersebut dengan sedikit lebih keras, kali ini dia bahkan melakukannya dengan sedikit menggedor pintu itu, membuat siapapun yang ada di rumah itu mendengar keributan kecil yang dia buat di depan kamar.
Termasuk dengan ibunya sendiri yang juga ikut berjalan tergopoh-gopoh menghampiri anaknya yang sedang berdiri di depan pintu kamar, menunggu benda mati itu terbuka dari dalam dengan ekspresi wajah kesalnya.
"Arnold, kamu ini kenapa teriak-teriak begitu? Lihatlah, Arion jadi bangun lagi dan menangis lagi. Ibu sungguh sudah sangat lelah mengurus dia," ucap Ning dengan wajah lesunya, tidak lupa juga dengan kedua tangannya yang menggendong tubuh kecil bayi Arion sambil menggoyangkannya dengan perlahan, berusaha menenangkan Arion kembali dan menidurkannya.
Sedangkan Arnold yang mendengarnya mendadak kembali dikuasai amarah, merasa bahwa Mira sudah keterlaluan hari ini bersikap kepada mereka.
"Mira, cepat buka pintu ini atau aku yang akan mendobraknya!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments