Dengan langkah yang terlihat begitu yakin, Mira mulai melangkahkan kakinya memasuki perusahaan besar itu. Tentu saja setelah sebelumnya mengenakan sebuah masker yang menutupi sebagian wajahnya, sebab selama ini tidak ada yang pernah melihatnya secara keseluruhan. Oleh karena itulah Mira memutuskan untuk mengenakan masker sebagai penutup wajah agar tidak ada yang mengenal dan mengetahuinya.
"Sella, akhirnya kau datang ke perusahaan lagi ini setelah sekian lama." ucap seorang pria yang berusia sekitar dua puluh sembilan tahun, pria itu juga membungkuk dengan begitu hormat kepada Mira, sekalipun usianya berada di atas wanita itu.
"Tentu saja, Ken! Aku hanya ingin berisitirahat sebentar dari urusan kantor, dan sekarang aku sudah kembali lagi bekerja di sini. Jadi, kamu tidak perlu lagi khawatir denganku."
Pria itu tampak terkekeh pelan, dia tahu, meskipun usia Mira sedikit lebih muda darinya. Tapi, terkadang Mira memang senang sekali membuat beberapa kejutan yang sangat diluar nalar dan tentunya sangat mengejutkan bagi targetnya.
"Kau selalu tahu segalanya, Sella! Dan sebenarnya aku cukup tidak menyukainya," ujarnya, lagi.
"Hahaha, sudahlah ... Lebih baik sekarang kamu segera kumpulkan semua karyawan yang bekerja di perusahaan saat ini juga, kumpulkan mereka tanpa terkecuali!" Mira sedikit tersenyum menyeringai saat dia mengatakan semua kalimat itu, yang kemudian dibalas dengan seringai yang sama oleh pria itu juga.
"Tapi, suamimu itu belum terlihat juga di kantor ini, Sella "
"Aku tahu, dia sedang sibuk mengurus seorang bayi di rumah."
Kedua bola mata pria yang dipanggil dengan sebutan Ken itu kemudian terbelalak dengan penuh keterkejutan saat mendengar apa yang dikatakan oleh Mira.
"Jangan berpikir macam-macam, itu bukan anakku!" sambung Mira dengan cepat setelah dia menyadari apa arti tatapan mata Ken itu.
"Kalau bukan anakmu, lalu anak siapa, Sella?!"
"Dia anak Arnold dengan wanita lain," ucap Mira dengan begitu santainya, seolah apa yang sudah dia lakukan ini, benar-benar seperti sesuatu yang sangat tidak berharga sama sekali.
Sampai saat itu, perasaannya untuk pria yang menyandang gelar sebagai suaminya itu mungkin saja sudah mati dan hal itulah yang menyebabkannya bisa berbicara selancar itu dengan nada datar dan tatapan dingin yang begitu jelas.
"Aj, pria itu ... Apakah dia sudah gila karena melakukan semua itu kepadamu, Sella?!"
"Hm, sepertinya memang begitu! Tapi, bukankah dia memang tidak pernah bersikap seperti seorang pria normal pada umumnya ... Dia bahkan tidak pernah memperlakukan aku yang notabene adalah istrinya sendiri layaknya seorang istri sungguhan, dia hanya menganggap aku sebagai seorang pembantu dan budak yang harus selalu menuruti perkataannya."
"Jika saja aku tahu akhirnya akan menjadi seperti ini, mungkin aku sudah memilih untuk melepaskan dan menghukumnya seberat mungkin sejak dulu ... Rasanya sia-sia saja selama ini aku berusaha menahan diri dan menjauh dari diriku yang sebenarnya," sambung Mira, atau Rosella selanjutnya.
"Bukankah sudah aku katakan, kamu memang terlalu naif karena berpikir akan hidup normal seperti wanita di luar sana, Sella ... Padahal, sejak dulu duniaku dan mereka jelas sangat berbeda."
"Kau benar, Ken! Tapi, untungnya aku masih memiliki semuanya. Dan aku juga masih menjalankan semuanya meski secara diam-diam, jadi, seharusnya bukan hal yang sulit untuk mengatasi mereka, kan?" sahut Mira dengan seringai mengerikan yang ada di kedua sudut bibirnya, dan dibalas dengan hal yang sama oleh Ken.
"Sudahlah, lupakan pembahasan kita baru saja. Sebaiknya sekarang ini kamu segera pergi dan panggil seluruh karyawan untuk berkumpul, aku ingin kamu memperkenalkan aku sebagai pemilik perusahaan ini di depan mereka. Bukankah selama ini yang mereka tahu, kamu adalah pemilik perusahaan ini," ungkap Mira, masih mempertahankan ekspresi misterius yang ada di wajahnya.
"Baiklah, Sella. Aku akan segera melakukan apa yang kamu perintahkan itu, tapi-"
"Untuk Arnold, telepon saja dia dan paksa untuk datang saat ini ... Jika tidak datang, katakan saja mungkin aku bisa menurunkan jabatannya di perusahaan ini." ucap Mira seakan dia sudah tahu apa yang akan ditanyakan oleh Ken itu.
"Baiklah, kalau begitu aku akan segera melakukannya!"
****
Di tempat yang berbeda, Arnold sedang mengistirahatkan tubuhnya yang terasa begitu lelah di atas kursi sofa. Dia sengaja tidak mengistirahatkan dirinya di dalam kamar karena dia tidak mau mengganggu bayi Arion yang baru saja tidur dan saat ini baru saja terlelap di atas ranjang kamar mereka.
Sampai secara mengejutkan, ponselnya yang dia simpan di atas nakas itu berdering dengan begitu nyaring. Sontak saja hal itu pun langsung membuat Arnold terkejut dan mengambil benda pipih persegi itu, dan keterkejutannya tidak berhenti di situ saja, namun dia jauh lebih terkejut lagi saat melihat atasannya lah yang menelpon dirinya.
"Kenapa Pak Ken menelponku?" gumamnya dengan suara lirih.
Sesaat setelahnya, Arnold langsung menggeser tombol berwarna hijau untuk mengangkat panggilan telepon tersebut.
"Arnold, saat ini juga segera kembali ke kantor. Akan ada pengumuman penting sebelum jam empat sore nanti, dan seluruh karyawan perusahaan harus hadir di aula, termasuk kamu!" ucap Ken tanpa basa-basi, bahkan sebelum Arnold sempat bertanya terlebih dahulu.
"Lho, tapi, Pak! Hari ini masih masuk hari terakhir saya cuti," sahut Arnold, bagaimanapun juga, pria itu merasa dirinya masih berhak untuk menghabiskan sisa cutinya di rumah tanpa terganggu dengan aktifitas kantor.
"Saya tidak peduli, Arnold! Sore ini, pemilik asli perusahaan akan datang dan melakukan pemeriksaan, beliau ingin menyaksikan secara langsung bagaimana cara kerja seluruh karyawan yang ada di perusahaan ini. Jadi, sebaiknya kamu segera datang ke kantor atau jabatanmu di kantor ini akan dialihkan!"
Degh!
Arnold sontak kembali terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Ken itu, tapi sebelum dia sempat mengatakan apapun, Ken sudah lebih dulu mematikan panggilan telepon tersebut dan membuatnya mau tidak mau harus segera bersiap untuk pergi ke kantor.
Walaupun dengan sangat terpaksa.
"Arnold, kamu mau kemana, huh?!"
Sekali lagi Arnold dibuat terkejut dengan kehadiran Ning yang secara tiba-tiba sudah berada di belakangnya, padahal sebelumnya dia sangat yakin kalau wanita itu tidak berada di sana.
"Ah, Ibu! Mengagetkan aku saja," sahut Arnold.
"Jangan basa-basi, Arnold! Katakan kepada Ibu kamu mau kemana sekarang ini, kenapa pakaianmu seperti akan pergi ke kantor?!"
Hembusan nafas panjang terdengar dari mulut Arnold, sesaat sebelum dia berkata,
"Iya, memang benar aku akan pergi ke kantor. Bu, tolong jaga dulu Arion sebentar ya ... Nanti setelah Mira pulang, serahkan saja Arion sama dia, biar Mira yang menggantikan Ibu menjaganya."
Sesaat setelah mengatakannya, Arnold langsung saja bergegas pergi, tidak peduli sekalipun Ning terus berteriak dan memanggilnya dengan keras.
"Biarkan saja lah, nanti biar aku urus setelah urusan kantor selesai!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments