Chapter 18.

'Ibu, jika kamu merasa dirimu itu pandai bersandiwara, maka aku juga bisa melakukannya. Bahkan aku sangat yakin kalau diriku ini jauh lebih pandai bersandiwara daripada dirimu, bahkan selama beberapa tahun ini aku sudah melakukan sandiwaraku dengan sangat baik di hadapan kalian semua sehingga membuat kalian tidak bisa melihat siapa aku sebenarnya ... Aku sudah cukup membuat kalian semua bisa melakukan segala sesuatu sesuka hati kalian kepadaku selamat beberapa tahun ini, dan sekarang sudah waktunya untuk aku memulai pembalasan itu.' batin Mira, dalam hatinya tersenyum penuh kemenangan saat dia melihat Ning yang hanya bisa mengalah dan pergi menjauh dari mereka berdua.

Walaupun saat ini pun Mira masih yakin kalau Arnold pasti akan mengintrogasinya telah mendengar laporan dari ibunya itu, perempuan itu masih sangat yakin kalau laki-laki yang menyandang gelar sebagai suaminya itu masih menyimpan kecurigaan terhadap dirinya.

Akan tetapi bagi Mira itu bukanlah masalah yang besar, perempuan itu sudah begitu banyak menghadapi manusia dengan berbagai sifat yang mereka miliki. Hal itu jugalah yang membuat dia merasa yakin kalau menghadapi Arnold tidaklah sesulit yang dia pikirkan, apalagi pria itu sebenarnya tidak seberuntung yang dia katakan.

Ya, tentu saja karena dalam setiap keberuntungan yang didapatkan oleh Arnold, di situ sudah pasti ada campur tangan Mira di dalamnya.

"Mira, sebaiknya sekarang kamu ikut aku dan jelaskan apa yang dimaksud oleh ibuku tadi. Aku yakin dia tidak akan menuduhmu secara sembarangan jika dia tidak memiliki bukti yang kuat," ucap Arnold, tepat sesuai dengan apa yang sebelumnya dipikirkan oleh Mira.

"Baiklah, Mas! Lagi pula aku juga tahu kalau kamu tidak pernah mempercayai apa yang aku katakan," Mira kemudian mengajak Arnold untuk pergi ke dalam kamar mereka, lalu setelahnya menunjukkan beberapa obat yang memang sempat dia beli sebelumnya. Sengaja dibeli untuk mengelabuhi Arnold dan Ning, awalnya dia berpikir obat itu tidak akan terlalu berguna, tapi siapa sangka ternyata obat itu saat ini cukup berguna juga untuknya.

Arnold menganggukkan kepalanya, pria itu kemudian berjalan di belakang istrinya yang melangkah lebih dulu ke dalam kamar tempat mereka tidur. sebelumnya, Mira juga meminta kepada Arnold agar pria itu berjalan dengan tanpa suara, semua itu semata-mata hanya agar Arion tidak kembali terbangun dan menangis kencang seperti sebelumnya.

sesampainya di dalam kamar yang mereka tempati, Mira dengan segera mengambil sebuah kantong plastik yang bertuliskan nama salah satu apotek yang cukup terkenal di kota itu.

"Lihatlah, Mas! Tidak ada obat tidur yang aku beli, kalau kamu masih belum percaya kepadaku, aku juga bisa membawamu ke apotek tempat aku membeli semua obat-obatan ini dan kamu bisa bertanya kepada mereka apakah aku membeli obat tidur seperti yang dituduhkan oleh ibu." ucap Mira sambil memperlihatkan obat-obatan yang berada di dalam kantong.

Arnold tampak terdiam selama beberapa saat, pria itu sepertinya masih cukup bingung harus bereaksi seperti apa untuk menghadapi setiap perkataan Mira. Tidak tahu juga kenapa secara tiba-tiba, wanita itu menjadi sedikit lebih pandai berbicara dan menjawab setiap ucapannya dan ucapan Ning. Padahal, biasanya Mira hanya akan diam dan menundukkan kepalanya, apapun yang dikatakan oleh Arnold dan juga Ning.

"Mas, kenapa kamu diam saja?! Apa kamu masih memikirkan apakah kamu harus percaya atau tidak kepadaku, atau, apa kamu masih mau terus percaya dengan ibu kamu itu?!" ucap Mira.

"Ibu kita, Mira! Dia bukan hanya ibuku, tapi dia juga ibu kamu ... Jadi, jangan pernah lagi bicara begitu, Mira."

Perempuan itu hanya tersenyum sinis menanggapi pernyataan Arnold, lalu berbalik badan dan duduk di samping tubuh kecil Arion yang masih terlelap.

'Seperti biasa, kamu tidak mau aku menyinggungmu atau anggota keluargamu yang lainnya. Tapi, kamu tidak bisa menahan mereka dan dirimu sendiri agar tidak terus-menerus menggangguku, Arnold!' batin Mira.

Tangannya terangkat dan mengelus pelan wajah Arion yang masih tertidur, seolah dia sedang menunjukkan kepada Arnold kalau dia tidak seperti yang dibayangkan oleh pria itu. Menunjukkan kalau dia benar-benar menyayangi bayi yang saat ini sedang tidur di atas ranjang mereka.

"Sekarang semua terserah kepadamu, Mas! Kalau kamu mau percaya kepadaku, silahkan saja ... Tapi, kalau tidak percaya juga aku tidak ingin terus berusaha meyakinkan kamu. Aku tahu kalau kamu sudah dewasa, kamu pasti bisa melihat mana yang benar dan mana yang salah." ucap Mira, sesaat setelahnya, perempuan itu segera merebahkan dirinya di samping tubuh Arion. Sedikit mendekap bayi itu untuk menunjukkan kalau dia benar-benar menyayangi bayi Arion, walaupun pada kenyataannya, kasih sayang itu tidak benar-benar nyata adanya.

Akan tetapi, Mira pun juga tidak sekejam itu untuk memberikan obat tidur kepada bayi itu. Dia masih memikirkan kesehatan bayi itu serta efek samping dari pemberian obat tidur kepada anak di bawah umur, dan tanpa ada anjuran dari dokter. Walaupun sebenarnya dia sangat ingin melakukan hal itu.

'Apa yang aku pikirkan ini, tidak mungkin Mira tega memberikan obat tidur kepada Arion. Dia adalah wanita yang lemah lembut dan selalu menurut, melakukan apa saja yang aku dan ibu perintahkan kepadanya tanpa harus berdebat sedikitpun, rasanya akan sangat mustahil kalau sampah dia memberikan obat itu kepada seorang bayi yang bahkan tidak tahu apa-apa,' batin Arnold.

Ditatapnya sosok Mira yang berbaring di samping Arion, memperhatikan bagaimana istrinya bersikap sangat lembut kepada anaknya. Lagi-lagi membantah perasaannya yang sempat berpikir buruk tentang Mira, hatinya menolak untuk percaya dengan apa yang dikatakan oleh Ning tentang apa yang sudah dilakukan oleh Mira kepada Arion.

' Mira terlihat begitu sangat menyayangi Arion, tidak mungkin dia akan memberikan obat tidur kepada bayi itu. Ibu pasti hanya salah paham saja,' pikirnya, lagi.

Beberapa saat setelahnya, Arnold memutuskan untuk keluar dari dalam kamar. Membiarkan anak dan istrinya beristirahat dengan tenang di dalam sana, namun, saat dia baru saja keluar dari kamar. Entah kenapa tiba-tiba ingatan Arnold justru teringat kepada Arumita.

'Mita, jika saja kamu masih ada di sini dan bersedia merawat anak kita bersama-sama, pasti kita akan menjadi sebuah keluarga yang sangat bahagia.' katanya dalam hati.

Langkah kaki Arnold kemudian membawanya menuju ke ruang tamu, dia menjatuhkan dirinya di atas kursi sofa empuk yang ada di sana. Udara malam yang terasa dingin dan suasana yang hening, sangat cocok untuk menemaninya mengenang segala sesuatu yang berhubungan dengan Mita, kekasih gelapnya yang sudah memberikan dia seorang keturunan.

'Mita, aku sangat merindukanmu, Sayang.'

Terpopuler

Comments

Ma Em

Ma Em

Mira untuk apa kamu masih bersama Arnold dan ibu Ning lebih baik sdh tinggalkan Arnold dan ibunya ceraikan Arnold.

2025-03-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!